Memahami Proses Belajar yang Berbeda


Oleh : Loka Pendimaran

Proses belajar yang menyenangkan tergantung pada apa yang dilakukan dan digunakan sebagai sarana belajar. Merealisasikan minat pada proses belajar bisa berbeda-beda setiap individu, maka tidak ada pembenaran terhadap pemaksaan metode tertentu pada proses belajar anak. Pemaksaan berdampak pada keinginan untuk sering menolak ajakan belajar, karena anak-anak merasa tidak nyaman dan tertekan selama proses belajar. Hal ini harus disadari betul oleh orangtua dan  pendidik untuk tidak memaksakan kehendak dalam memilih cara belajar pada anak.

Minat yang timbul pada seseorang tidak terlepas dari distribusi bagian-bagian otak. Jika ditelisik lebih jauh, besar presentase bagian otak tertentu berpengaruh pada minat dan mempengaruhi cara belajar yang efektif. Pada dasarnya, dalam otak manusia hanya ada 5% dari ratusan juta sel-sel otak yang mungkin berkembang, dengan demikian ada sekitar 95% yang belum dimanfaatkan. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menemukan sisanya yang kemungkinan besar selama ini menjadi kendala dalam menumbuhkan minat belajar.

Jika anak sering merasa bosan duduk sambil mendengarkan materi, namun terlihat suka menggoreskan penanya dan menghasilkan gambar atau grafis yang menarik, solusinya adalah mengubah narasi materi yang menjemukan dalam bentuk gambar atau bagan sesuai pengertian pribadi. Hal ini membuat anak lebih mudah menghafal dan mengingatnya kembali. Bagian otak yang berperan pada kemampuan ini adalah bagian Occipital Lobe, lebih suka metode yang mengikutsertakan gambar dan grafis.

Ada pula anak yang lebih suka berdiskusi, bertanya, tidak suka membaca dan lebih suka mendengarkan lagu sebagai teman belajar. Bagi anak tipe ini, kesunyian membuat ia susah berkonsentrasi karena merasa sendiri dan sepi, sedangkan berdiskusi membuat ia mudah memahami materi dengan bahasa bertutur, bukan bahasa buku yang sulit dimengerti. Anak dengan kemampuan seperti ini lebih dominan pada otak bagian Temporal Lobe. Kecenderungan belajar dengan media suara atau bahasa.

Ada juga anak yang merasa perlu mengetahui apa tujuan mempelajari sesuatu, bukannya hanya mengerti maksud materi, namun tidak tahu dampak mempelajarinya. Maka, dianjurkan untuk mencari alasan mengapa ia harus mempelajari dan melakukan suatu hal. Alasan-alasan inilah yang nantinya akan menumbuhkan semangat belajar karena merasa semakin dekat dengan cita-cita yang diinginkan. Bagian otak yang berperan dengan kemampuan ini adalah bagian Frontal Lobe.

Tipe yang terakhir adalah anak yang jarang bisa duduk diam, aktif bergerak dan suka mengamati apa yang ada di sekitar. Dengan bagian otak Parietal Lobe yang banyak berperan, tipe macam ini kadang mengundang kejengkelan dari orangtua atau pendidik, karena sulit membuat ia berkonsentrasi dan fokus. Padahal, dalam keaktifan ia bergerak, ia sedang mempelajari sesuatu. Jangan larang ia untuk aktif bergerak, ini bukanlah cara belajar yang keliru dan harus diubah seperti lazimnya proses belajar, duduk di kursi, menghadap meja dan menulis. Alam bebas dan gerak tubuh membuat ia lebih bahagia dan mudah memahami materi belajar.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesalahan menangkap materi bukanlah terletak pada seberapa besar kemampuan akademis anak, namun bisa juga karena sebenarnya orangtua, pendidik atau lingkungan belum mengetahui kemampuan si anak secara utuh. Memaksakan proses belajar sewajarnya yang dinilai akan memberi efek baik, bukanlah cara yang tepat karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap dan memahami materi.

Penulis : Loka Pendimaran, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta
Foto: https://i1.wp.com/mugscope.lontarnews.id/wp-content/uploads/2016/09/belajar-bersama1.jpg?fit=945%2C665
Powered by Blogger.
close