Barokah Makan Siang di Sekolah



Oleh : Drs. Slamet Walyoto

Saya menjumpai sekolah yang tidak mau kehilangan waktu belajar bagi muridnya. Sekolah yang memaksimalkan waktunya hanya untuk belajar secara akademis sesuai dengan tuntutan kurikulum. Bahkan menambahkannya karena sekolah tersebut adalah sekolah full day sehingga bisa menambah jam pertemuan di kelas. Waktu makan siang pun tidak dikelola. Anak dipersilakan makan siang dengan memanfaatkan waktu istirahat, yang hanya 15 menit.

Anak sudah diajari tentang makanan yang barokah dan adab makan. Tapi tidak ada jaminan apakah ketika anak makan sendiri mereka sudah menggunakan adab yang baik? Karena yang tergambar, anak-anak makan dengan lahap dan pasti ingin cepat agar ada lebih banyak waktu untuk bermain.

Sekolah demikian bisa memenuhi target kurikulum. Bahkan bisa melampaui. Tetapi mereka kehilangan kurikulum berharga. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum).

Sangat penting memberi jam khusus untuk memunculkan kurikulum yang tersembunyi ini. Kurikulum ketika anak makan siang bersama. Apalagi sekolah full day. Pasti masih memungkinkan untuk mengelola jam makan siang. Agar makan siang di sekolah benar-benar barokah.

Selain waktu, yang perlu diadakan adalah tempat dan alat makan bersama. Makin panjang proses yang bisa dialami murid, makin besar barokahnya bagi pendidikan anak. Sistem prasmanan lebih besar manfaatnya dari pada system paket. Memang repot. Tetapi disitulah anak akan belajar dengan aktif. Pelajaran apa saja yang didapat dari makan siang bersama? Pertama, belajar melayani. Menyiapkan alat, mengambil makanan, mengatur hidangan dan membereskan lagi. Kegiatan ini dimasukkan sebagai bagian dari kerja anak yang piket. Kedua, belajar tertib dan antri. Saat bergantian mengambil nasi, sayur dan lauk.

Ketiga, belajar tanggung jawab. Anak dituntut memberesi dan mencuci alat makannya masing-masing. Hingga ruangan kembali bersih dan rapi. Keempat, belajar menghormati. Makan siang diikuti juga oleh guru. Anak akan belajar menghormati. Mendahulukan guru dalam mengambil makanan, mencucikan alat makan yang digunakan guru. Kelima, belajar adab makan. Guru mengontrol kegiatan makan bersama. Mengontrol ketertiban, dan adab makan.

Di samping pelajaran di atas ada beberapa manfaat lain dari makan bersama di sekolah. Antara lain anak menjadi mau makan sayur. Sayuran adalah makanan yang paling tidak disukai oleh kebanyakan anak. Padahal sayuran yang kaya dengan serat dan mineral ini sangat penting bagi anak. Saat makan bersama, Guru akan mendorong bahkan bisa “memaksa” anak untuk mengambil makanan yang ada. Termasuk sayur. Karena semua anak makan makanan yang sama anak pun akan terdorong untuk menikmati kebersamaan dalam makan ini.

Dalam makan bersama juga ada situasi yang kondusif menumbuhkan rasa syukur akan nikmat Allah Ta’ala. Tempat duduk ditata rapi. Anak-anak yang sudah mengambil makan akan duduk tenang menunggu teman-temannya yang lain. Setelah semua anak mengambil makanan, Guru memberi pengantar tentang makanan yang ada di hadapannya. Kemudian salah satu murid untuk mengawali dengan memimpin doa sebelum makan. Ketika makan bisa terjadi dialog ringan antara guru dan murid.

Anak yang sudah selesai makan akan menunggu menunggu teman-temannya yang belum selesai. Setelah semua selesai makan salah satu akan memimpin doa selesai makan. Adab makan yang bisa dilakukan antara lain; cuci tangan sebelum makan, membaca doa sebelum makan, makan sambil duduk tenang, makan dengan tangan kanan, mengambil makan dari yang dekat dulu, makan sampai habis tidak bersisa, makanan tidak berceceran, tidak mencela makanan, mendahulukan yang tua atau yang lebih dihormati, dan berdoa setelah makan.|

Penulis : Drs. Slamet Waltoyo, Guru MI di Sleman
Powered by Blogger.
close