Ekspektasi Guru Pada Murid
Oleh : Salim
Abu Hanan
Murid-murid
yang diekspektasikan guru untuk meraih prestasi yang baik cenderung memiliki
prestasi yang lebih baik. Sementara murid-murid yang diekspektasikan guru sebagai
murid yang kurang berprestasi cenderung memenuhi ekpektasi gurunya.
Kita tentu
bisa saja berdalih bahwa hubungan antara ekspektasi guru terhadap prestasi
murid- muridnya semata-mata merupakan
hasil persepsi akurat guru terhadap kemampuan muridnya. Meskipun pendapat ini
banyak dibenarkan, tetapi ada hal lain menarik yang terjadi. Penelitian awal
menemukan bahwa guru membentuk ekspektasi tentang murid sebelum mereka memiliki
data apapun terhadap kinerja muridnya. Ekspektasi ini didapat berhubungan
dengan karakteristrik dan latar belakang murid.
Guru cenderung
memiliki ekspektasi yang lebih rendah terhadap murid-murid yang berasal dari
keluarga kelas menengah ke bawah dibanding dari keluarga kelas menengah ke atas.
Guru cenderung memiliki ekspektasi yang lebih rendah terhadap murid-murid yang
kurang disiplin dan berpenampilan kurang rapi dibanding murid-murid yang
disiplin dan berpenampilan rapi. Guru cenderung memiliki ekspektasi yang lebih
rendah terhadap murid dari keluarga buruh dan pekerja rendah dibanding murid
dari keluarga pegawai tinggi.
Melalui
berbagai bentuk, guru menunjukkan ekspektasinya terhadap murid tertentu.
Berbagai bentuk ekspresi guru sebagai efek dari ekspektasi guru misalnya;
dengan memberikan perhatian yang lebih tinggi kepada murid-murid dengan
ekspektasi tinggi dan lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya. Dengan tidak
memberikan umpan balik terhadap respon yang berasal dari murid-murid dengan
ekapektasi rendah. Dengan lebih sering mengkritik murid-murid dengan ekspektasi
rendah dan lebih jarang memuji mereka. Dengan tidak mau menunggu terlalu lama
jawaban dari murid-murid dengan ekpektasi rendah. Dengan lebih banyak
mengajukan pertanyaan tingkat rendah kepada murid-murid dengan ekspektasi
rendah. Dan dengan tidak mengikutsertakan mereka pada beberapa kegiatan
belajar.
Guru melakukan
semua ini dengan dalih demi kebaikan dan kelancaran kegiatan belajar mengajar.
Ekspektasi-ekspektasi
ini jika kemudian telah biasa dilakukan maka akan terjiwai oleh murid dan
teman-temannya. Maka mereka pun akan mulai
berperilaku dan bermental seperti yang diharapkan dari mereka oleh guru.
Kadang-kadang ekspektasi ini juga dikomunikasikan dengan lebih langsung dibanding
contoh-contoh diatas. Bahkan, dalam penelitiannya, dijumpai seorang guru yang mengatakan kepada
murid-muridnya dengan nada menyarah “ saya tahu topik ini terlalu sulit bagi
kalian, tetapi ini ada didalam Kurikulum Nasional , jadi mau tidak mau kami
harus mengajarkannya”.
Ekspektasi
negatif guru dapat menjadi masalah
serius di sekolah dengan budaya belajar yang rendah. Yang dapat menciptakan
sebuah atmosfer di mana para gurunya akan mengatakan “ Yah, apa yang dapat
diharapkan dari murid-murid kami?” Ini akan sering membuat upaya meningkatkan
prestasi murid kurang berhasil.
Bahkan guru yang
memiliki ekspektasi yang kuat terhadap murid, sulit diyakinkan dengan realitas
murid yang berkembang. Misalnya seorang murid yang biasanya mendapatkan nilai
tinggi pada mata pelajaran tertentu mungkin akan tetap menerima nilai baik meskipun
ia membuat esai yang buruk. Sebaliknya, seorang murid yang tidak pernah
mendapatkan nilai baik dari guru bahasa arabnya, kemudian suatu saat ia bertemu
kembali dengan guru tadi dalam sebuah acara reuni, dan bercerita bahwa ia
mendapatkan penghargaan balam bidang bahasa arab, maka guru pun tidak
sepenuhnya bisa percaya.
Bagaimana cara
terbaik untuk menghindari efek ekspektasi negatif semacam itu? Guru harus
menyadari adanya subyektifitas diri. Bahwa ia hanya melihat murid secara fisik,
hanya melihat latar belakangnya secara social atau ekonomi. Belum tentu
menggambarkan realitas mental murid. Menyadari bahwa apa yang dilihat belum
tentu menggambarkan kemampuan yang ada.
Tetapi
mengubah keyakinan yang tidak disadari bukan pekerjaan mudah. Meskipun demikian
ada sejumlah hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu mengatasi masalah
ini. (1) Ingat bahwa semua murid dapat belajar, dan guru perlu
mengkomunikasikan keyakinan itu kepada
murid-muridnya. (2) Memastikan bahwa semua murid mendapat kesempatan yang sama untuk
menjawab pertanyaan, memberi pendapat, mengajukan pertanyaan dan sebagainya.
(3) Berusaha mengetahui seberapa sering mereka menunjuk dan memberi perhatian
kepada murid-murid tertentu. (4) Berusaha
menggunakan kriteria yang obyektif ketika menilai pekerjaan murid. (5) Memantau
diri bagaimana ia mendistribusikan hadiah dan hukuman terhadap murid.
Penting diingat
bahwa efek ekspektasi dapat menjadi cermin diri melalui tindakan membiarkan
murid yang diekspektasi rendah untuk berperilaku buruk. Atau lebih sering
menjatuhkan hukuman dan lebih jarang memberikan hadiah dibanding yang diberikan
kepada murid-murid yang diekspektasikan tinggi. (diolah dari: Effective
Teaching, Daniel Muijs, David Reynolds).
Penulis : Salim
Abu Hanan, Pimpinan Madin Saqura Sleman
Foto: SDIT Luqman Al Hakim, Ngawi Jawa Timur
Post a Comment