Hidup Sederhana dan Kerja Keras
Oleh : Prof. Dr. Ir. INDARTO, D.E.A.
Biasanya
dalam perjalanan ke kantor, saya membuka WA Grup Alumni. Kebanyakan mereka
sudah pensiun sehingga mereka aktif berkomunikasi. Saya hanya sebagai peserta
pasif, sebagai pembaca yang baik untuk menambah informasi dan wawasan.
Pagi
itu saya membaca sebuah berita tentang cepatnya penguasaan teknologi di China,
dan produk Hi-Tech yang dijual dengan harga murah. Dalam berita
tersebut dituliskan bahwa saat ini China sudah mampu membuat pesawat penumpang,
yang unjuk kerjanya setara dengan pesawat buatan Amerika Boeing 737, atau pesawat
buatan konsorsium negara Eropa Airbus A320, dengan harga jual
setengahnya...luar biasa, bagaimana hal ini bisa terjadi....
Menurut
perhitungan kami, rendahnya harga tersebut, salah satunya pasti disebabkan oleh
murahnya tenaga kerja di sana, karena tenaga ini memang menjadi salah satu
komponen cukup besar yang diperhitungkan
dalam biaya produksi.
Berita
tersebut telah membuat saya teringat pada etos kerja, daya juang dan ketahanan,
serta kemauan untuk hidup sederhana yang dipunyai oleh teman-teman dari China,
yang saat itu bersama-sama kuliah di Perancis selama hampir tujuh tahun. Sehingga
saya tidak heran kalau saat ini dalam waktu relatif singkat China sudah
menguasai teknologi, dan bahkan mampu menghasilkan barang berteknologi tinggi
dengan harga yang lebihmurah dibanding dengan produk negara lain.
Pada
saat itupun kami sudah melihat sendiri bagaimana teman-teman dari China
mempunyai semangat kerja yang luar biasa. Secara umum kalau dibandingkan dengan
mahasiswa dari negara lain, termasuk yang dari Indonesia, mereka lebih baik. Kemampuan
akademik, secara rata-rata mereka juga lebih unggul. Saya kira hal ini tidak
lepas dari besarnya jumlah pelajar di China yang ingin belajar ke luar negeri, sehingga
tingkat persaingan para calon menjadi sangat ketat.
Mereka,
kalau sudah melakukan penelitian di laboratorium, seolah-olah mereka tidak
mengenal waktu, ketika yang lain sudah siap-siap pulang, dia tidak bergeming,
tetap melanjutkan penelitiannya. Sehingga para profesor disana sangat senang
ketika mendapatkan bimbingan mahasiswa dari China.
Mereka
juga sangat telaten, cermat, dan teliti. Kami merasakan sendiri, bagaimana
waktu itu ketika bersama-sama menyusun thesis. Semua informasi dan data yang
terkait dengan penelitiannya, termasuk peralatan yang digunakan, dimasukkan
dalam naskah laporan/ thesisnya, bahkan juga foto, gambar dari rangkaian
listriknya. Saat itu kami merasakan apa yang mereka lakukan sangat berlebihan,
hal kecil yang menurut kami sepele juga dituliskan dalam thesis. Namun setelah
beberapa tahun kami kembali berada di Indonesia, kami baru menyadari bahwa apa
yang mereka kerjakan adalah tepat, mereka mempunyai semua informasi yang
diperlukan.
Selain
etos kerja yang sangat tinggi, mereka juga mampu hidup sederhana atau bahkan
menderita. Bagaimana tidak, beasiswa yang kami terima dari pemerintah setempat
untuk satu mahasiswa, mereka dapat menggunakan untuk dua orang. Sehingga untuk
tempat tinggalpun tidak jarang mereka harus berbagi dengan temannya. Kemudian
untuk menghemat biaya makan, sering mereka masak sendiri dan kadang-kadang bahan
makanan yang dibeli adalah yang mendekati expired
date, batas tanggal kedaluwarsa karena biasanya harganya turun menjadi
setengahnya. Kami juga jarang sekali ketemu dengan teman-teman tersebut jalan-jalan
dipertokoan atau supermarket, berbeda
dengan mahasiswa Asia lainnya termasuk Indonesia, banyak yang hobinya
jalan-jalan.
Kami
tidak heran kalau saat ini, di bidang teknologi mereka mampu mensejajarkan diri
dengan negara maju dan sekaligus produknya bisa bersaing dalam harga. Nampaknya
saat ini mereka sedang menikmati hasil jerih payah yang telah dilewatinya,
sesuai dengan prinsip hidup “Berakit-rakit
ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian”. Sehingga tidak ada salahnya kalau kita perlu belajar hal-hal
yang baik dari mereka, sesuai pepatah Arab “Carilah
ilmu sampai ke negeri China”. Wallahu A’lam Bishawab.
Penulis : Prof. Dr. Ir. INDARTO, D.E.A., Guru
Besar Fakultas Teknik Mesin UGM, Pemimpin Umum Majalah Fahma
Post a Comment