Kecukupan itu Datang Karena Adanya Keberkahan
Oleh : Galih Setiawan
Rutinitas dan kesibukan tiap hari tak urung
membuat waktu dan kebersamaan keluarga makin berkurang. Tak jarang ada orangtua
yang berangkat bekerja sebelum anaknya bangun dan baru pulang ketika anak sudah
tidur. Namun tidak sedikit pula orangtua yang walau memiliki waktu kebersamaan
yang banyak dengan keluarga, namun tidak merasakan kedekatan dengan keluarga.
Apalagi dengan perkembangan teknologi saat ini. Orangtua ada yang terlalu asik
dengan smartphone. Bahkan saat makan, di mana waktu yang tepat untuk membangun
kedekatan dengan keluarga pun, justru dilewatkan hanya demi membalas pesan WA.
Padahal ada banyak manfaat di balik kebiasaan
makan bersama keluarga. Makan bersama keluarga mampu menyatukan ikatan
emosional antar anggota keluarga. Saat makan bersama, setiap orang bisa saling
berbagi cerita untuk mempererat interaksi.
Selain itu, ada barokah di balik kebiasaan
makan bersama keluarga. Seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut:
"Sesungguhnya para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan namun tidak merasa
kenyang." Nabi menjawab, "Adakah kalian makan sendiri-sendiri?",
Sahabat menjawab, "Betul". Nabi lalu menjawab, "Untuk itu,
makanlah bersama-sama serta sebutlah nama Allah sebelumnya, sehingga makanan
tersebut menjadi berkah." (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits di atas, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berpesan pada kita agar jangan meremehkan kebiasaan makan
bersama. Mengapa? Sebab dengan makan bersama tersebut, makanan tersebut menjadi
lebih barokah. Jika ditelusur lebih lanjut lagi, ada banyak bentuk-bentuk
keberkahan di balik makan bersama ini.
Makan bersama dalam keluarga
mampu menyatukan ikatan emosional antar anggota keluarga. Di saat makan bersama
dalam satu meja, setiap orang bisa saling melempar obrolan ringan atau berbagi
cerita tentang apa saja; kegiatan selama seharian tadi siang - misalnya.
Sehingga, makan bersama tidak saja mengenyangkan perut bahkan mampu
mengenyangkan jiwa. Akibat dari kumpul bareng dalam keluarga - setiap individu
bisa merasakan energi positif yang tumbuh dalam dirinya, dan mempererat setiap
interaksi yang terjalin secara harmonis.
Makan bersama dalam keluarga
bisa menjadi ajang diskusi untuk membicarakan berbagai hal serius dalam
keluarga; semisal perkembangan pendidikan anak-anak. Ketahuilah, teknologi
komunikasi tidak bisa mengalahkan kekuatan kebersamaan saat makan bersama. Saat
anggota keluarga saling bertemu secara fisik, saat itu pula bisa menjadi
kesempatan yang tepat guna membicarakan persoalan keluarga dari hati ke hati.
Untuk itu, jadikanlah kegiatan makan bersama bareng keluarga sebagai sarana
edukasi, berbagi pengetahuan, atau rapat non formal keluarga.
Makan bersama dalam keluarga
bisa pula menjernihkan suasana, seperti suasana makan bersama yang dilakukan
dengan relaks atau santai. Suasana cair bisa menjadikan perasaan emosional
menjadi lumer, sehingga otak bisa berpikir dengan jernih.
Makan bersama juga mampu
melakukan kontrol pola makan dan porsi makan yang proporsional. Salah satu
penyebab munculnya penyakit dalam diri seseorang karena pola makan yang tidak
tentu serta porsi makan yang tidak terkontrol, sehingga dengan adanya kegiatan
makan bersama keluarga bisa melatih kedisiplinan bagi setiap anggota keluarga
dalam berkomitmen.
Makan bersama bareng
keluarga pun mampu melatih kemandirian serta menghindari pemborosan, coba
bandingkan berapa biaya yang harus dikeluarkan bila selalu makan dengan
berkuliner-ria. Boleh saja wisata kuliner tapi lakukanlah sesekali saja.
Sadarilah, dengan menyiapkan makanan yang akan disajikan dari dapur sendiri
bisa menjadi ajang mendisiplinkan kemandirian selain mengasah kemampuan
memasak.
Makan berjamaah itu dianjurkan oleh
Rasulullah. Seperti dalam HR. Bukhari no. 5392 dan Muslim no. 2059, dari Abu
Hurairah, “Makanan porsi dua orang sebenarnya cukup untuk tiga, makanan
tiga cukup untuk empat.” atau dalam redaksi yang berbeda oleh Muslim “Makanan
porsi satu orang sebenarnya cukup untuk dua, makanan dua sebenarnya cukup untuk
empat, dan makanan empat sebenarnya cukup untuk delapan.”
Makan dengan berjamaah itu akan lebih berkah.
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa makanan dengan porsi dua orang itu
sebenarnya cukup untuk tiga orang. Dalam kitab Fathul Bari (9:535)
karya Ibnu Hajar, dijelaskan bahwa kecukupan itu datang karena keberkahan dari
makan secara berjamaah.
Penulis : Galih
Setiawan, Sekretaris Redaksi Majalah Fahma
Post a Comment