Menguatkan Keyakinan Anak Kepada Allah Ta’ala melalui Adab Makan



Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan

Nak, sebagai Muslim yang baik, makan itu bukan hanya peristiwa biologis di mana perutmu terasa lapar, kemudian engkau makan, dan setelahnya rasa laparmu hilang. Kamu masih ingat yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Hafsh Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu ‘anhuma, “Duhai anakku, sebutlah nama Allah Ta’ala, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang terdekat denganmu!” (Muttafaq Alaih). Jadi, makan yang kita lakukan merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk hanya melakukan kegiatan-kegiatan makan yang dianjurkan dan disukai-Nya, dan sebaliknya menghindari kegiatan-kegiatan makan yang dilarang dan sangat dimurkai-Nya.

Jadi, wajib bagi kita sebagai seorang muslim yang sangat menghendaki rahmat, karunia, dan ridho-Nya, untuk senantiasa membaca basmallah (bismillah, atau menyempurnakannya menjadi bismillahir rahmanirrahiim) di awal makan dan tidak boleh meninggalkannya. Bahkan ketika kita lupa menyebut nama Allah Ta’ala di permulaan makan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kita untuk segera membaca bismillaahi awwalahu wa aakhiruhu (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi). Dengan menyebut nama Allah di awal dan di akhir makan,  maka sesungguhnya dia telah menghadapi makanan baru dan menyingkirkan makanan kotor yang telah dimakannya (HR Ibnu Hibban, Ibnus Sunni, dan Ath Thabrani).

Dengan membaca basmallah, insya Allah kegiatan makan kita akan diberkahi-Nya dan diharamkan syaithan untuk ikut makan. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika ada seseorang memasuki rumahnya, lalu dia menyebut nama Allah Ta’ala pada saat memasukinya dan pada saat makan,  maka syaitan akan berkata kepada sahabat-sahabatnya: ‘Tidak ada tempat menginap bagi kalian dan tidak ada juga makan malam untuk kalian.’ Dan jika masuk rumah, lalu dia tidak menyebut nama Allah pada saat memasukinya, maka syaitan akan berkata: ‘Kalian bisa menginap.’ Dan jika tidak menyebut nama Allah pada saat akan makan, maka syaitan akan berkatan: ‘Kalian bisa menginap dan juga dapat makan malam.’ (HR Muslim).

Wajib hukumnya sebagai muslim yang baik makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan. Bukan karena alasan tangan kiri itu ’jelek’, sebagaimana yang sering kita dengar di masyarakat umum, tapi karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita makan dan minum dengan tangan kiri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa syaithan  makan dan minum dengan tangan kirinya dan sebagai orang yang beriman (QS An Nuur [24]:21) kita dilarang Allah Ta’ala untuk mengikuti langkah-langkah syaitan karena sesungguhnya syaitan menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan mungkar. Di samping itu, makan dan minum dengan tangan kiri juga merupakan kebiasaan orang-orang kafir. Kecuali kondisi darurat—misalnya tangan kanannya lumpuh atau terluka dan tidak kuat mengangkat ke mulutnya—maka tidak ada alasan bagi seorang Muslim makan dan minum dengan tangan kirinya.

Sebagai muslim yang baik, makanlah makanan yang ada di dekat kita dan janganlah makan makanan yang berada di depan orang lain karena itu tidaklah sopan. Kecuali jika makanan itu bermacam-macam seperti mengambil daging di depan orang lain yang tidak ada di depanmu, maka itu tidaklah mengapa, atau sajian makanannya dengan cara diputar dan sebagainya, maka diperbolehkan makan makanan yang tidak berdekatan dengannya. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam makan kambing dalam satu wadah besar.”

Penulis : Irwan Nuryana Kurniawan, Pemimpin Redaksi Majalah Fahma, Dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia
Powered by Blogger.
close