Berawal dari Sebuah Keinginan
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim
Setiap hari, saya memberikan uang saku kepada anak-anak saya
yang masih SD 2 ribu sehari. Jika ada kegiatan tambahan semisal les, saya
tambahkan seribu sehingga menjadi 3 ribu rupiah. Bukan jumlah yang besar untuk
ukuran zaman sekarang. Bahkan ketika uang saku tersebut sudah bertambah
jumlahnya semenjak setahun yang lalu, yakni menjadi 20 ribu per minggu, ada
atau tidak ada les tambahan.
Tetapi...
Ketika anak telah memiliki tekad yang kuat, 2-3 ribu sehari
bukan halangan untuk membeli hewan qurban. Selama 3 tahun, Muhammad Navies
Ramadhan, anak saya yang nomor 5 ini akhirnya dapat mewujudkan harapannya. Ia
menabung setiap hari sejak kelas 3 SD, rela tidak jajan, hingga akhirnya ‘Idul
Adha tahun ini tertunaikan. Tahun lalu, hampir saja ia dapat membeli hewan
qurban, tetapi uangnya masih kurang 100 ribu. Dia menolak ketika saya
menawarkan untuk memberinya uang 100 ribu karena dia ingin membeli hewan qurban
murni dari uangnya sendiri.
Adakalanya dia bikin kue di rumah, kemudian dititipkan adiknya
untuk dijual di sekolahnya. Kebetulan Navies dan Nida belajar di sekolah yang
berbeda. Dari keuntungan bikin kue, sebagian dia berikan kepada adiknya sebagai
"gaji" dan sebagian lagi dia pakai sendiri atau menjadi tambahan
tabungan qurban. Ia sangat bersemangat untuk mencari penghasilan tambahan
dengan membuat makanan untuk dijual demi dapat mewujudkan tekad membeli hewan
qurban yang senantiasa dia katakan sebagai “kendaraan di surga”.
Awalnya sebuah
keinginan. Sangat senang dia mendengar keutamaan qurban. Dan keinginan itu
menjelma menjadi tekad yang diwujudkan dengan upaya bersungguh-sungguh setelah
menyaksikan penyembelihan hewan qurban secara langsung saat usianya 8 tahun.
Tepatnya kelas 3 SD. Navies sendiri biasa menyaksikan penyembelihan hewan
qurban sejak beberapa tahun sebelumnya.
Saat hewan qurban
yang dibelinya disembelih, dia pun turut membantu proses penyembelihan dengan
turut memegangi kambing tersebut.
Sebuah permulaan.
Semoga Allah Ta’ala kokohkan imannya dan melimpahinya barakah. Uang yang masih
tersisa dari pembelian hewan qurban tahun ini, dia tabung lagi. Untuk apa? Ada
dua yang dia rindukan; beli hewan qurban lagi dan pergi ke Tanah Suci. Semoga
Allah Ta’ala mampukan dia dengan tekadnya itu.
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim, Penulis buku Segenggam
Iman Anak Kita
Post a Comment