Bahkan Terhadap Binatang Pun Kita Harus Berlaku Ihsan, Nak!



Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan

Ihsan secara sederhana diartikan mengerjakan sesuatu dengan baik dan Ihsan termasuk akhlak utama Islam. Ihsan dalam bekerja, ihsan dalam bergaul, ihsan dalam berbicara. Allah Subhanahu wa Ta’ala senang jika kalian mengerjakan sebuah pekerjaan dengan ihsan (HR Al-Thabrani), dan kasih sayang Allah Azza wa Jalla sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat Ihsan (QS Al-A’raf:56). Allah Ta’ala bersama dengan orang yang bertakwa dan orang yang berbuat Ihsan (QS An-Nahl:128), dan orang yang berbuat Ihsan mendapatkan balasan terbaik (surga) berikut tambahannya (QS Yunus:26)

Allah Azza wa Jalla mewajibkan Ihsan dalam segala hal (HR Muslim), baik dalam hal kecil maupun hal besar. Apa saja yang terpikir dalam benakmu, Nak, di situ engkau dituntut untuk berbuat Ihsan. Termasuk ihsan kepada binatang. “…Apabila kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan Ihsan. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya (HR Muslim). Saat menyembelih ayam, burung, kambing, sapi pun kita harus bersikap Ihsan dengan cara menajamkan pisaunya dan tidak menyiksa sembelihannya.

Ketika seseorang merobohkan kambingnya, lalu mulai mengasah pisaunya, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Engkau ingin membunuhnya dua kali?” Orang itu menjawab, “Jadi apa yang mesti aku lakukan?” Beliau berkata, “Mestinya engkau mengasah pisaumu dulu, baru kemudian membaringkannya.” (HR Al-Hakim).

Nak, Rasululah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang keras kita untuk menyiksa binatang dengan cara apa pun, membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, menyiksanya, atau membakarnya. “Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga tanah.” (HR Bukhari). “Allah melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sebaliknya, Nak, berikan makan dan minum karena Allah Ta’ala semata ketika binatang itu lapar dan haus dan engkau akan mendapatkan pahala, kata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (HR Bukhari), ketika berbuat baik pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan). Menyayangi dan mengasihi binatang karena Allah Ta’ala semata. “Barang siapa tidak berbelas kasih niscaya tidak dibelaskasihi.” (HR Bukhari dan Muslim) “Sayangilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya Dzat yang ada di langit menyayangimu.” (HR Tirmidzi).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membolehkan kita untuk membunuh hewan yang mengganggu seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus, dan lain-lainnya, sebagaimana sabdanya, “Ada lima macam hewan fasik (yang mengganggu) yang boleh dibunuh di tanah halal maupun di tanah haram yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas, dan rajawali.” (HR Muslim).

Dan yang terpenting, Nak, kesibukan mengurus hewan ini tidak boleh menyebabkan kita lalai taat dan dzikir kepada Allah Ta’ala (QS Al Munafiquun:9). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengingatkan kita, “Kuda itu ada tiga macam: Kuda bagi seseorang menjadi pahala, menjadi penutup kebutuhan, dan menjadi dosa. Kuda yang mendatangkan pahala adalah kuda seseorang yang ia tambat di jalan Allah, ia banyak berdiam di padang rumput atau di kebun. Maka apa saja yang dimakan oleh kuda itu selama diikat di padang rumput atau di kebun itu, maka pemiliknya mendapat pahala-pahala kebajikan. Dan seandainya talinya putus, lalu mendaki satu atau dua tempat yang tinggi, maka jejak dan kotorannya menjadi pahala-pahala kebajikan baginya. Maka dari itu kuda seperti intu menjadi pahala bagi pemiliknya. Kuda yang diikat oleh seseorang karena ingin menjaga kehormatan diri (tidak minta-minta) dan ia tidak lupa akan hak Allah Ta’ala pada leher ataupun punggung kuda itu, maka kuda itu menjadi penutup kebutuhan baginya. Dan kuda yang seseorang menambatnya hanya untuk berbangga diri, riya (pamer), dan memusuhi orang-orang Islam, maka kuda itu mendatangkan dosa baginya.”(HR Bukhari)

Mahasuci Allah yang mengajari kita untuk bersikap Ihsan kepada binatang. Mahasuci Zat yang telah Membaguskan Segala Ciptaan-Nya. Mahamulia Sang Pencipta Yang Agung. Bersyukur menjadi Muslim  karena memiliki syariat yang penuh rahmat dan sarat dengan kebaikan bagi segenap makhluk, baik manusia maupun hewan.

Penulis : Irwan Nuryana Kurniawan, Pemimpin Redaksi Majalah Fahma. Dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia
Foto : https://www.mabrurmandiri.com
Powered by Blogger.
close