PR Bertema Menyayangi Binatang
Oleh : Slamet
Waltoyo
“Pak guru, tolong
anak saya sering dikasih PR” kata seorang bapak, salah satu dari oran tua
murid. “Betul Pak. Anak saya kalau tidak ada tugas atau PR dia tidak belajar”.
Demikian kata seorang bapak dan ibu, mewakili kebanyakan orangtua yang resah
menghadapi anak di rumah karena malas
belajar.
Sebagai
seorang guru, saya pun menjadi gundah. Satu sisi saya berprinsip, anak sudah
seharian belajar di sekolah. Banyak pekerjaan yang sudah diselesaikan di
sekolah. Tentu akan membebani anak jika masih harus membawa pekerjaan sekolah
ke rumah. Tidak elok juga jika orangtua jadi kehabisan waktu untuk memberikan
pendidikan kepada anaknya. Karena waktu anak tersita hanya untuk pendidikan
dari gurunya.
Dalam sebuah
pertemuan dengan orangtua, saya sampaikan hal di atas. Kemudian saya mengajak
berkompromi. Intinya. Ketika anak di rumah ada kebersamaan dalam mendidik anak.
Kebersamaan antara guru dan orang tua.
Di rumah anak
mendapatkan PR (Pekerjaan Rumah) yang benar-benar “pekerjaan rumah”. Bukan
pekerjaan sekolah yang dirumahkan. PR ini dibuat oleh orangtua. Berupa
aktivitas yang bisa mendukung pelajaran di sekolah. Agar orangtua mempunyai “kekuatan”
terhadap anak dalam memberi PR, maka guru bertugas memeriksa hasil atau laporan
dari PR yang diberikan orang tua di rumah.
Nah, jadilah
kesepakatan PR. Kurikulum disusun oleh guru, bentuk PR dirancang dan diajari
pelaksanaannya oleh oreng tua, dan hasilnya dililai oleh guru.
Salah satu
bentuk PR yang menarik untuk dikemukanan di sini adalah PR bertema menyayangi hewan.
Kegiatannya berupa; memelihara hewan di rumah. Hewan yang dipelihara boleh apa
saja mulai dari ikan sapi sapi. Kepada orangtua saya sampaikan hal-hal sebagai
berikut:
Dasar Kegiatan :
Iman dan Kasih sayang
“Barang
siapa yang memelihara kuda (binatang) di jalan Allah dengan penuh keimanan pada
Allah dan yakin akan janji kebaikan-Nya, maka sesungguhnya makanan terhadap
kudanya yang dikenyangkan, pemberian minuman kepada kudanya hingga puas, bahkan
kotoran dan kencing (kuda) nya kelak akan ditimbang (sebagai kebaikan) pada
hari kiamat”. (HR. Bukhori).
“Seorang
wanita pelacur melihat seekor anjing di atas sumur dan hampir mati karena
kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya, diikatnya dengan kerudungnya dan
diambilnya air dari sumur (lalu diminumkan ke anjing itu). Dengan perbuatannya
itu dosanya diampuni”. (HR. Bukhari)
Sasaran
Kegiatan :
a.
Mengetahui dan memberi kebutuhan hidup hewan
piaraan
b.
Mengetahui dan mendapatkan manfaat dari hewan
piaraan
Dasar iman dan
kasih sayang disampaikan baik oleh guru maupun orangtua. Atas dasar itu anak
termotivasi bahwa ia memelihara hewan bukan hanya karena menjalankan tugas dari
guru atau karena perintah dari orangtua. Tetapi diharapkan tumbuh kesadaran
pada diri anak untuk memberikan kasih sayang kepada sesama makhluk Allah
ta’ala.
Dalam
kegiatan, yang harus diketahui dan dilakukan anak dengan dibimbing atau diawasi
orangtua adalah; (1) Menempatkan pada kadang atau tempat hidup yang nyaman bagi
hewan piaraan. (2) Menjaga kebersihan kandang atau tempat hidup hewan piaraan,
(3) Memberikan makanan dan minuman yang
sesuai dan cukup. (4) Tidak boleh menyakiti atau menterlantarkan hewan piaraan.
(5) Merasakan manfaat dari hewan yang dipelihara, atau jika belum mendapatkan
hasil, paling tidak anak bisa menjelaskan manfaat apa yang akan didapat dari
memelihara hewan tersebut.
Salah satu
bentuk mensyukuri nikmat adalah mengambil manfaat dengan baik dari hewan yang
dipelihara, tanpa harus menyakitinya. Mulai dari madu, telur, susu, daging,
hingga tenaga, keindahan rupa dan suara. Semua adalah manfaat yang bisa
dinikmati.
Penulis : Slamet Waltoyo, Guru Madrasah di Sleman
Yogyakarta
Foto : https://www.cosmomom.net
Post a Comment