Jadilah Tetangga Yang Baik!



Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.

Sebagai seorang muslim yang sangat berharap kepada rahmat, karunia, dan ampunan Allah Subhananu wa Ta’ala, kita diperintahkan Allah Azza wa Jalla berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat baik kepada tetangga kita, baik tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh (QS An-Nisa [4]:36). Memuliakan tetangga, kata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (Muttafaq ‘alaih; Al-Bukhari No 6019; Muslim No 47), adalah bukti nyata dari keimanan kita kepada Allah Ta’ala  dan Hari Akhir. Sebagai orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan Hari Akhir, kita dilarang menyakiti tetangga (Muttafaq ‘alaih; Al-Bukhari No 6018; Muslim No 47). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan kita semua,“Tidak termasuk orang mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan” (Ath-Thabrani No 154).

Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jairi dalam Tafsir Al-Aisar (2015) menjelaskan bahwa tetangga ada tiga macam, yaitu tetangga yang mempunyai tiga hak, tetangga yang mempunyai dua hak, dan tetangga yang mempunyai satu hak. Tetangga yang mempunyai tiga hak adalah tetangga Muslim dan kerabat keluarga, yaitu hak bertetangga, hak kekerabatan, dan hak Islam. Tetangga yang mempunyai dua hak adalah tetangga Muslim yaitu hak bertetangga dan hak Islam. Tetangga yang mempunyai satu hak adalah tetangga Non Muslim yaitu hanya mendapatkan hak bertetangga.

Termasuk ke dalam berbuat baik kepada tetangga yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla adalah misalnya memberikan pertolongan ketika diminta, membantunya jika ia meminta bantuan dan memerlukan, menjenguknya jika ia sakit, mengucapkan selamat bila ia mendapat kesenangan, menghiburnya jika ia mendapat musibah,  mendahuluinya dengan sapaan dan salam, berbicara dengan lembut kepadanya dan kepada anaknya, menunjukkan kepada hal-hal yang mengandung kemaslahatan agama dan urusan dunianya, menjaga perasaannya, memaafkan kekhilafannya, tidak mencari-cari aibnya, tidak menyempitkannya dengan bangunan atau jalanan, tidak menyakitinya dengan menimpakan aliran talang air kepadanya atau melemparkan kotoran atau sampah di depan rumahnya (Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jairi dalam Minhajul Muslim,2016).

Suka menyakiti tetangga, meskipun sering bangun malam (Shalat Tahajjud), siangnya berpuasa, dan gemar bersedekah, menyebabkan yang bersangkutan disebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai,”Tidak ada kebaikan baginya, dia masuk neraka.” (HR Al-Hakim No 184). Sampai-sampai Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Muttafaq ‘alaih; Al-Bukhari No 6016) bersumpah sebanyak tiga kali, ‘Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman’ seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-gangguan/kejahatan-kejahatan/keburukan-keburukan/ kezhaliman-kezhalimannya.’

Bahkan gangguan terhadap keluarga tetangga dikategorikan termasuk dosa paling besar di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, ia berkata,”Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dosa apakah yang paling besar di sisi Allah Ta’ala?” Beliau bersabda,”Engkau manjadikan bagi Allah Ta’ala tandingan-tandingan padahal Allah Ta’ala lah yang telah menciptakanmu.” Aku berkata, “Sesungguhnya perkara tersebut sungguh sangat besar.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena takut ia makan bersamamu.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.” (Muttafaq ‘alaih; Al Bukhari No 4477; Muslim No 86). “Seseorang berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan hukumannya daripada berzina dengan istri tetangganya” (HR Ahmad No 8; HR Ath-Thabrani No 256).

Jadi, mari mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk diberikan kekuatan dan kemampuan untuk terus-menerus mengupayakan perbaikan diri dan keluarga kita untuk menjadi tetangga yang baik karena diperintahkan demikian oleh Allah Ta’ala dan menjadi indikator keimanan yang sangat penting sebagaimana berkali-kali dinyatakan secara jelas dan tegas oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tetangga yang baik bahkan menjadi penentu kebahagiaan hidup kita bukan hanya di akhirat, tapi juga di dunia. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Di antara kebahagiaan seorang Muslim adalah tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang tenang.” (HR Abd bin Humaid).

Penulis : Irwan Nuryana Kurniawa, M.Psi. Pemimpin Redaksi Majalah Fahma, Dosen Psikologi UII Yogyakarra
Powered by Blogger.
close