“Teriakan” Terpuji

Oleh : Imam Nawawi
Setiap orang pernah berteriak, tapi ada orang yang tugasnya memang mesti “berteriak” dan “teriakan” itu adalah hal yang sangat terpuji. Apalagi kalau bukan muadzin, orang yang bertugas adzan memanggil orang datang sholat berjama’ah.
Secara bahasa “adzan” bermakna al i’lan yang berarti pengumuman atau pemberitahuan. Sedangkan secara syar’i adzan adalah pemberitahuan masuknya waktu shalat dengan lafazh-lafazh yang khusus.
Berbicara adzan ini, mengingatkanku pada masa anak-anak, tepatnya kala kelas 2 atau kelas 3 SD. Saat itu dengan data berdegup kencang, kupegang microphone di musholla. “Ayo adzan,” ujar ustadzku kala itu memerintahkanku untuk segera melakukannya.
Dengan menutup mata dan pasang kuda-kuda suara semampu diri langsung berteriak, “Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Alhamdulillah, begitu sampai pada kalimat, “Laailaaha illallah,” diriku seperti dapat terpaan angin sejuk yang semilir. Tenang seluruh tubuh, ada rasa bahagia. “Akhirnya aku bisa adzan,” gumamku dalam hati kegirangan.
Seusai sholat, langsung kumainkan kakiseribuku, berhambur menuju pelukan kedua orangtua di rumah. Ternyata beliau berdua mengenal bahwa yang adzan Dzuhur tadi adalah suara anak bungsunya. Keduanya memeluk dan mengusap-usap kepalaku.
Mugo-mugo kowe dadi anak sholeh, nak,” ucap bapak dan ibuku dengan berlinang air mata yang menetes di pipi kananku.
Memori akan masa itu kembali menguat saat menyaksikan seorang santri di Pesantren Ruhama Gunung Sindur Bogor Jawa Barat mengumandangkan adzan Dzuhur.
Menyaksikan moment langka itu, langsung saja kumainkan kamera yang sejak pagi menggantung dileherku. “Jepret-jepret. Dapat deh,” gumamku kegirangan.
“Subhanalloh, orang tuamu pasti bahagia dek. Seperti orang tuaku dulu. Kalau orang tuamu telah tiada, ia akan tersiram ampunan Allah dek berkat “teriakanmu” yang sangat terpuji ini,” ucapku membatin.
Ingin rasanya kupeluk anak itu, tapi “gengsiku” menyala. “Jangan lebay aghh.. cukup Allah yang tahu suasana hati ini,” batinku berkata.
Anak-anak yang bisa adzan, kemudian dia adzan di musholla atau masjid, kemungkinan mendapatkan keberkahan hidup sangat luas. Terlebih kepada para muadzin memang ada keutamaan-keutamaan yang menanti.
”Diampuni bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap yang basah atau pun yang kering yang mendengar adzannya akan memintakan ampun untuknya.” (HR. Ahmad).
Subhanalloh, luar biasa adzan dan muadzin. “Ya Allah jadikanlah putra-putra kami orang-orang yang baik dan gemar “meneriakkan” seruanmu untuk sholat berjama’ah. Sebuah “teriakan” yang sangat terpuji di sisi-Mu. Dan, jadikan kami semua orang yang bergegas menuju masjid-Mu begitu adzan dikumandangkan.”
Ayah bunda, yuk didik anak kita untuk bisa adzan di musholla, masjid atau di rumah. Dan, adik-adik, yuk belajar adzan, jangan malu (tapi jangan juga malu-maluin) agar diri kita mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala. “Teriakan” terpuji itu untuk kalian, wahai adik-adik generasi Islam.
Jakarta, 18 Januari 2017
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Powered by Blogger.
close