Mengenali Tahapan Tamyiz dalam Mendidik Anak

Oleh : Imam Nawawi
Alhamdulillah, pekan ini benar-benar special bagiku. Sejak awal pekan sampai akhir, Allah berikan kepadaku kesempatan menimba ilmu.
Sabtu, 9 Jumadil Akhir 1439 H (24/2/2018) saya diminta mendampingi Ustadz Mohammad Fauzil Adhim sebagai moderator dalam Seminar Parenting “Tahapan-Tahapan Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits di SD Integral Hidayatullah Depok Jawa Barat.
Tentu saja dengan gaya beliau yang khas dalam mempresentasikan perihal kepengasuhan dan pendidikan anak, banyak hal baru (yang sebenarnya setiap Muslim idealnya mesti paham) beliau sampaikan dalam forum.
Seperti soal tahapan pendidikan anak, apakah anak sudah sampai pada tahap “Tamyiz” orangnya disebut mumayyiz.
Tamyiz beliau sebutkan sebagai keadaan dimana anak sudah mampu membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah. Artinya tidak sekedar tahu, tapi akalnya sudah berfungsi untuk mampu membedakan.
Tamyiz, kata beliau, berada dalam rentang usia 2-6 tahun, hingga 10 tahun. Tetapi, selambat-lambatnya, paling tidak pada usia 7 tahun anak sudah masuk tahap pendidikan tamyiz.
Apa indikasi anak telah mumayyiz. Penulis buku-buku parenting itu pun mengambil sebotol air mineral. Lalu mengilustrasikan sebuah dialog antara ayah dengan anak.
“Nak, air ini baik atau tidak. Anak menjawab, baik. Kita tanya, darimana kamu tahu itu baik. Lantas anak menjawab, ayah kan sering minum air seperti itu, berarti itu baik. Jika jawaban anak masih seperti itu, berarti ia belum mumayyiz.”
Singkat cerita, penggemar kopi itu menyatakan di awal paparan bahwa, seharusnya anak mencapai kedewasaan penuh itu pada usia 15 tahun dalam hitungan kalender Qomariyah. Atau, 14,5 tahun dalam hitungan kalender Syamsiyah.
“Kalau ada anak usia 21 tahun masih juga dinafkahi oleh kedua orangtuanya, maka kita mesti banyak istighfar. Sebab mestinya anak sudah bisa mandiri pada usia 15 tahun.”
Acara berlagsung sangat menarik dan antusias wali murid SD Integral Hidayatullah Depok juga sangat spesial. Kuota kursi yang tersedia baik bapak-bapak dan ibu-ibu terisi penuh hingga ada yang duduk melantai.
Tentu saja, paparan beliau masih banyak dan insya Allah akan saya ulas dalam blog ini secara perlahan-lahan. Karena kalau sekaligus, sahabat pasti kelelahan membacanya ðŸ™‚
Prinsipnya, orangtua harus terus mengasah ilmu yang telah dimiliki, kemudian dibagikan, dan dipikirkan kembali. Jika tidak, maka ilmu yang ada di dalam diri kita, terutama dalam hal mendidik dan mengasuh anak tidak akan mewujud dalam kehidupan sehari-hari.
Itu nasihat Ustadz Mohammad Fauzil Adhim sebelum beliau masuk dalam paparan inti dalam seminar tersebut. Allahu a’lam.*
 Depok, 10 Jumadil Akhir 1439 H
Imam Nawawi : Pemimpin Redaksi Majalah Mulia
Powered by Blogger.
close