Wahai Orang Tua, Yuk Bercanda dengan Buah Hati
Bercanda bersama anak-anak memang memberikan kesan dan kebahagiaan tersendiri.
Para ayah, ibu, atau orang tua penting sekali menyempatkan waktu bercanda bersama anak-anak di rumah.
Dr. Abdul Aziz al-Fauzan dalam bukunya Fikih Sosial merekomendasikan para ayah untuk meluangkan sebagian waktunya duduk bersama anak-anak, bergaul bersama mereka, bersenda gurau dan bercanda bersama mereka, berbincang-bincang bersama mereka.
Hal itu, menurutnya akan menjadikan anak dapat mengambil manfaat yang besar dari sang ayah, hubungan antarkeduanya menjadi erat, dan kehadiran sosok ayah benar-benar dirasakan.
Bahkan, jika itu dapat berjalan dengan baik, anak akan menjadikan sang aah sebagai sahabat setia, konsultan yang amanah, sehingga anak lebih siap menerima dengan ikhlas nasihat dari ayahnya.
Lebih jauh kondisi tersebut akan membantu kemudahan pembentukan akhlak yang baik bagi anak, tumbuhnya rasa percaya diri, tahu akan nilai dan harga diri, serta hadirnya ketenangan dan kekuatan sehingga kelak anak-anak akan mampu menghadapi kehidupan dan memikul beratnya cobaan hidup.
Melalui momentum interaksi bersama anak, di antaranya dengan bercanda bersama, seorang ayah dapat mengajarkan bagaimana akhlak, etika bergaul dengan orang lain dan orang banyak.
Saya sendiri kala kembali dari aktivitas di luar, bertemu anak-anak senantiasa bertanya, “Apakah kalian tadi menjadi anak yang sholeh dan sholehah?”
Mereka akan spontan menjawab apa adanya. Kala mereka tertib, mereka mantap mengatakan, “Kakak sholehah, Aa sholeh, Adik sholehah.” Biasanya salah seorang otomatis menjadi juru bicara.
Jika sebaliknya, mereka hanya akan tersenyum serempak dan kemudian disusul dengan beragam penjelasan ala anak-anak. Lucu, ringan dan terkesan tidak penting, tapi ini baik untuk dilakukan.
Pernah suatu waktu, saat saya ke Bogor, ada dua orang anak yang awalnya akrab main bersama, tiba-tiba muncul ketegangan dan mereka berdua nyaris bertengkar.
Tak lama kemudian, lewat seorang ayah yang cukup berpengalaman. Rupanya ia telah mengabadikan momentum kedua anak itu saat akrab bermain.
“Kalian kenapa, mau bertengkar? Coba lihat ini, nah,” serunya sembari menyodorkan smartphone-nya.
“Nah, ini foto berdua ganteng sekali, masak sekarang mau bertengkar. Ilang lah gantengnya. Ndak percaya, sini kufoto, marah, ayo marah,” ucapnya yang langsung disambut tawa kedua anak itu yang langsung mencair lagi pertemanannya.
Meski demikian, jangan karena alasan penting bercanda bersama anak, setiap hari anak hanya diperhatikan sisi ini saja. Tetap berlaku secara proporsional.
Bahkan, orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu banyak apalagi terlalu panjang bercerita bersama anak. Hal itu akan menjadikan anak kesulitan menangkap pesan yang mesti ia tangkap.
Salah-salah, malah membuat orang tua terjerembab pada sindrom “Bicara-Teriakan-Debat” dan ujung-ujungnya kesabaran melayang.
Oleh karena itu, penting orang tua memahami waktu yang tepat. Sebab, hal ini juga butuh ketepatan waktu. Dengan demikian, maksud hati untuk berinteraksi, bercanda bersama anak-anak benar-benar mendatangkan manfaat yang positif, yang kita harapkan.
Terakhir, ini buat orang tua yang apa-apa perlu data, ada ini sebuah hasil riset tentang bercanda bersama anak.
Bercanda dengan anak (termasuk balita) dapat membantu mereka sukses secara sosial.
Anak akan menerima stimulasi ketika orang tua mulai bercanda dengan mereka. Biasanya anak-anak ini akan tumbuh dengan berpikir kreatif, mudah bergaul dan mampu mengelola stres.
Data ini disampaikan dalam Festival Dewan Riset Ekonomi dan Ilmu Sosial pada 2011.
Jadi, mendidik anak tak melulu harus dengan teori kaku dan narasi yang berat, bercanda pun bisa. Asal tadi, tepat waktu, proporsional dan diniatkan untuk menanamkan nilai-nilai positif kepada buah hati.
Selamat mencoba, dan bagi yang telah berpengalaman, jangan sungkan untuk berbagi.
Jakarta, 5 Jumadil Akhir 1439 H
Sumber : www.abuilmia.wordpress.com
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Para ayah, ibu, atau orang tua penting sekali menyempatkan waktu bercanda bersama anak-anak di rumah.
Dr. Abdul Aziz al-Fauzan dalam bukunya Fikih Sosial merekomendasikan para ayah untuk meluangkan sebagian waktunya duduk bersama anak-anak, bergaul bersama mereka, bersenda gurau dan bercanda bersama mereka, berbincang-bincang bersama mereka.
Hal itu, menurutnya akan menjadikan anak dapat mengambil manfaat yang besar dari sang ayah, hubungan antarkeduanya menjadi erat, dan kehadiran sosok ayah benar-benar dirasakan.
Bahkan, jika itu dapat berjalan dengan baik, anak akan menjadikan sang aah sebagai sahabat setia, konsultan yang amanah, sehingga anak lebih siap menerima dengan ikhlas nasihat dari ayahnya.
Lebih jauh kondisi tersebut akan membantu kemudahan pembentukan akhlak yang baik bagi anak, tumbuhnya rasa percaya diri, tahu akan nilai dan harga diri, serta hadirnya ketenangan dan kekuatan sehingga kelak anak-anak akan mampu menghadapi kehidupan dan memikul beratnya cobaan hidup.
Melalui momentum interaksi bersama anak, di antaranya dengan bercanda bersama, seorang ayah dapat mengajarkan bagaimana akhlak, etika bergaul dengan orang lain dan orang banyak.
Saya sendiri kala kembali dari aktivitas di luar, bertemu anak-anak senantiasa bertanya, “Apakah kalian tadi menjadi anak yang sholeh dan sholehah?”
Mereka akan spontan menjawab apa adanya. Kala mereka tertib, mereka mantap mengatakan, “Kakak sholehah, Aa sholeh, Adik sholehah.” Biasanya salah seorang otomatis menjadi juru bicara.
Jika sebaliknya, mereka hanya akan tersenyum serempak dan kemudian disusul dengan beragam penjelasan ala anak-anak. Lucu, ringan dan terkesan tidak penting, tapi ini baik untuk dilakukan.
Pernah suatu waktu, saat saya ke Bogor, ada dua orang anak yang awalnya akrab main bersama, tiba-tiba muncul ketegangan dan mereka berdua nyaris bertengkar.
Tak lama kemudian, lewat seorang ayah yang cukup berpengalaman. Rupanya ia telah mengabadikan momentum kedua anak itu saat akrab bermain.
“Kalian kenapa, mau bertengkar? Coba lihat ini, nah,” serunya sembari menyodorkan smartphone-nya.
“Nah, ini foto berdua ganteng sekali, masak sekarang mau bertengkar. Ilang lah gantengnya. Ndak percaya, sini kufoto, marah, ayo marah,” ucapnya yang langsung disambut tawa kedua anak itu yang langsung mencair lagi pertemanannya.
Meski demikian, jangan karena alasan penting bercanda bersama anak, setiap hari anak hanya diperhatikan sisi ini saja. Tetap berlaku secara proporsional.
Bahkan, orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu banyak apalagi terlalu panjang bercerita bersama anak. Hal itu akan menjadikan anak kesulitan menangkap pesan yang mesti ia tangkap.
Salah-salah, malah membuat orang tua terjerembab pada sindrom “Bicara-Teriakan-Debat” dan ujung-ujungnya kesabaran melayang.
Oleh karena itu, penting orang tua memahami waktu yang tepat. Sebab, hal ini juga butuh ketepatan waktu. Dengan demikian, maksud hati untuk berinteraksi, bercanda bersama anak-anak benar-benar mendatangkan manfaat yang positif, yang kita harapkan.
Terakhir, ini buat orang tua yang apa-apa perlu data, ada ini sebuah hasil riset tentang bercanda bersama anak.
Bercanda dengan anak (termasuk balita) dapat membantu mereka sukses secara sosial.
Anak akan menerima stimulasi ketika orang tua mulai bercanda dengan mereka. Biasanya anak-anak ini akan tumbuh dengan berpikir kreatif, mudah bergaul dan mampu mengelola stres.
Data ini disampaikan dalam Festival Dewan Riset Ekonomi dan Ilmu Sosial pada 2011.
Jadi, mendidik anak tak melulu harus dengan teori kaku dan narasi yang berat, bercanda pun bisa. Asal tadi, tepat waktu, proporsional dan diniatkan untuk menanamkan nilai-nilai positif kepada buah hati.
Selamat mencoba, dan bagi yang telah berpengalaman, jangan sungkan untuk berbagi.
Jakarta, 5 Jumadil Akhir 1439 H
Sumber : www.abuilmia.wordpress.com
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Post a Comment