Ada Porsi untuk Anak Laki-laki di Sekolah
Oleh : Drs.
Slamet Waltoyo
Harta yang paling berharga dalam keluarga adalah anak.
Jika anak pertama, kedua, ketiga semuanya laki-laki, merasa belum lengkap.
Pasti mengharapkan kehadiran anak perempuan. Begitu juga sebaliknya. Ya, merasa
belum lengkap karena keduanya saling melengkapi. Artinya keduanya mempunyai
peran yang berbeda. Orangtua pun mendidik dengan spesifikasi berbeda. Laki-laki
adalah pemimpin. Orang tua akan mendidiknya sebagai calon pemimpin.
Kurikulum Nasional tidak
membedakan murid laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai hak yang sama
untuk mendapatkan layanan pendidikan. Maka sekolah harus memberikan hal yang
spesifik untuk murid laki-laki. Ketika dewasa laki-laki dan perempuan mempunyai
peran dan tanggung jawab berbeda.
Bolehlah dengan kurikulum yang
tidak membedakan gender, tetapi sekolah dan madrasah sebagai pemegang dan
pelaksana kurikulum harus memperhatikan spesifikasi laki-laki. Sekolah harus
memberi porsi secukupnya untuk laki-laki sebagai calon pemimpin. Ini lebih
efektif jika kelas dipisah laki-laki dan perempuan. Berikut beberapa
spesifikasi pendidikan laki-laki pada tingkat konsep hingga aktifitas.
Pendidikan ketangkasan dan
kekuatan
Pemimpin adalah pelindung. Termasuk dari tantangan
fisik. Maka pendidikan jasmani bagi laki-laki harus dengan porsi yang berbeda
dari perempuan. Tantangan fisik harus dihadapi dengan kekuatan dan ketangkasan.
Maka pendidikan olahraga pada laki-laki diarahkan pada latihan kekuatan dan
ketangkasan otot-ototnya. Atletik penting untuk kekuatan termasuk kecepatan,
permainan penting untuk ketangkasan. Maka betapa pentingnya olahraga terutama
ketiga olah raga sunnah Rasulullah, yakni berkuda, memanah, dan berenang
Pendidikan kepemimpinan.
Murid laki-laki harus selalu ditanamkan jiwa pemimpin.
Sering dimunculkan (ditampilkan) untuk melatih keberanian sebagai salah satu
cirri pemimpin. Karakter lain yang harus dipupuk dalam kepemimpinan adalah
sikap mandiri dan tegas. Selain itu juga harus pahamkan akan perannya sebagai
seorang laki-laki. Memupuk karakter berani, mandiri dan tegas harus
diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Dan secara khusus diberikan pada
pendidikan budi pekerti dan kepanduan.
Membiasakan sebagai pelindung perempuan
Pemimpin adalah pelindung. Laki-laki harus menjadi
pelindung bagi ibunya, pelindung bagi istrinya, pelindung bagi adik dan anak
perempuannya. Ya, pelindung bagi perempuan. Tidak akan dijumpai secara
eksplisit dalam kurikulum. Maka harus dijadikan kurikulum tersembunyi. Dan
dimunculkan dalam aktifitas. Pembiasaan yang terintegrasi dalam setiap mata
pelajaran. Misalnya menempatkan posisi laki-laki di depan perempuan, di kelas
maupun ketika berbaris di lapangan. Membawa barang yang lebih berat. Menangani
tugas atau pekerjaan yang lebih beresiko, dan sebagainya.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap umat
Pemimpin adalah khalifah Allah di bumi. Maka harus
memiliki rasa tanggung jawab terhadap kondisi kehidupan di bumi. Terutama
kondisi umat. Maju mundurnya umat di masa depan adalah bagian dari tanggung
jawabnya. Integrasikan pemahaman ini ketika membahas dalam mata pelajaran
sejarah. Tunjukkan peran dan posisi umat dalam sejarah kebangsaan maupun dunia.
Tumbuhkan rasa tanggung jawab akan kemajuan umat di masa depan.
Pendidikan Kreatifitas dan Pemecahan Masalah
Setiap bangsa, umat, kelompok, atau keluarga pasti akan
menghadapi problematika. Apalagi kelompok yang berkembang. Makin cepat
perkembangannya makin besar tantangannya. Seorang pemimpin dituntut kreatif
dalam memecahkan masalah. Memang dibutuhkan kekuatan, keberanian, dan ketegasan
tetapi kreatif dalam memecahkan masalah sangat dibutuhkan. Ini tidak cukup
dengan pengembangan logika melalui matematika dan IPA. Diperbanyak porsi
latihan pemecahan masalah dalam komunitas. Dengan memberi tekanan untuk
memunculkan kreatifitas. Ini perlu sering dilakukan dalam outbond dan
kepanduan.
Penulis : Drs. Slamet Waltoyo, Guru Sekolah Dasar di Yogyakarta
Post a Comment