Mendidik Anak Laki-laki


Oleh: Imam Nawawi

Umumnya orang akan melihat perbedaan kelamin anak sebatas pada karakternya belaka, sehingga kala berbicara pendidikan anak laki-laki atau perempuan, banyak yang hanya fokus pada sisi perbedaan karakter tersebut.

Namun demikian, selain sisi karakter ada prinsip-prinsip yang selayaknya dimengerti oleh para orangtua dalam mendidik mereka yang cenderung kurang mau mendengar, tidak mudah nurut dan tentu saja sangat suka dengan permainan.

Adnan Hasan Shalih Baharits dalam bukunya yang berjudul "Mendidik Anak Laki-Laki" menerangkan seorang ayah mesti memiliki pemahaman tentang strategi menerapkan konsep-konsep Al-Qur'an dan As-Sunnah terhadap perilaku anak; intelektual dan jasmaninya.

Terlebih, dalam riset yang dilakukan oleh Adnan Hasan Shalih Baharits ditemukan bahwa ada keteledoran keluarga muslim dalam pendidikan anak, kecerobohan dalam mengarahkan dan membimbing anak, sehingga lahir generasi yang tidak menjalankan aqidah Islam dengan benar, bahkan tidak mengerti ajaran Islam. 

Dengan demikian, maka soal ini bukan semata pada sisi anak, tetapi juga sisi ayah itu sendiri.

Dalam Islam, sosok ayah memiliki kedudukan penting dan mulia. Ayah adalah kepala keluarga yang memimpin ibu, anak-anak, dan unsur lain yang ada di dalam rumah, seperti pembantu dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, tugas ayah sangat penting dalam mendidik anak-anaknya, tentu saja juga terhadap  anak laki-lakinya. Dan, dalam konteks ini beberapa aspek penting mesti hadir dalam sosok ayah; keteladanan, kasih sayang dan cinta, adil, ramah dalam bergaul atau berinteraksi dengan anak-anak, bijaksana dalam membimbing.

Di sini terasa, bahwa tanggung jawab seorang ayah dalam mendidik anak, terutama anak laki-laki bukanlah hal mudah, apalagi proses ini mesti berjalan selama bertahun-tahun.

Dengan demikian, sudah seharusnya keikhlasan dan kesabaran harus dipersiapkan untuk menjaga agar semangat diri berjuang mendidik generasi rabbani dapat terus dilakukan.

Terlebih dalam kenyataan, pendidikan adalah ruang yang terbentang dengan segenap dinamikanya yang selalu menjadi tantangan hidup, maka mendidik anak pun tidak bisa sebatas mengandalkan pengalaman masa lalu kala orangtua mendapatkan pendidikan, tetapi juga perlu memahami tentang bagaimana tantangan pendidikan anak laki-laki untuk ke depan mereka bisa menjawab tantangan.

Namun demikian ada perkara-perkara mendasar yang harus matang dalam diri anak laki-laki kita melihat dari tugas dan tanggungjawabnya kelak sebagai pemimpin.

Pertama, memiliki aqidah yang benar. Seorang ayah harus mampu menanamkan aqidah yang benar kepada anak laki-laki agar mereka siap menjadi muslim yang sesungguhnya, tidak mempersekutukan Allah dengan apapun.

Kedua, akhlak. Terkait ini, Imam Ghazali menegaskan dalam Ihya Ulumuddin.
"Apabila akhlak itu tidak dapat diubah, niscaya sia-sialah pesan, nasihat, dan pembinaan. Rasulullah bersabda, "Baguskanlah akhlakmu." Sabda itu mengisyaratkan bahwa perubahan akhlak pada diri manusia tidak dapat dimungkiri. Binatang saja perilakunya dapat diubah, burung elang yang buas menjadi jinak, anjing yang rakus dapat terlatih menahan diri dari mangsanya, kuda yang binal menjadi penurut; yang kesemuanya menunjukkan bahwa perilaku itu dapat diubah."

Ketiga, ketangkasan. Rasulullah memberikan kode perihal ini. “Ajarkanlah anak-anak kalian renang, melempar dan ajari kaum wanita kalian memintal.” (HR. Baihaqi).

Dengan demikian sangat terang, dari sisi kehidupan ketangkasan adalah bagian penting dari setiap lelaki. Maka mengajarkannya sejak dini merupakan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, para ayah, mesti menyempatkan waktu khusus untuk mengajak anak laki-lakinya berenang, berolahraga, dan tentu saja jika sudah cukup mental dilatih menunggangi kendaraan, seperti menggunakan motor, mobil atau pun lainnya.

Tentu saja, bahasan mengenai mendidik anak laki-laki sangatlah luas dan kompleks, namun setidaknya ini adalah beberapa hal yang patut dipahami oleh para orangtua agar kelak, anak laki-laki kita mampu menjadi pemimpin yang membawa kemajuan bagi keluarga, agama, bangsa dan negara. Insya Allah.||
Powered by Blogger.
close