Saling Memahami

Tak seorang pun manusia yang sudi menjadi budak orang lain. Seorang pemimpin, meski ia memiliki bawahan, tetapi tetaplah ia tak bisa memiliki dan mengendalikan secara penuh bawahannya. Kumpulan manusia yang menjadi tanggung jawabnya itu sejatinya adalah mitra yang bisa diajak kerjasama untuk mewujudkan berbagai keinginan dan harapan yang telah disepakati bersama. Itu sebabnya pula, seorang bawahan sejatinya jangan merasa dikerdilkan perannya, tapi menjadi pendukung gerak dalam meraih keinginan dan harapan yang disepakati bersama atas keputusan yang ditetapkan atasan. Alangkah indah hubungan seperti ini, karena kita bukan saja bisa bersama tapi sekaligus bersatu.

Kebersamaan dan kesatuan yang terjalin erat di antara kita tentunya dibangun oleh sebuah komitmen. Komitmen untuk salah memahami. Sebab, tanpa saling memahami, kita akan senantiasa salah paham dan bahkan salah persepsi. Tidak seiring sejalan, tidak kompak dan malah bertolak belakang. Masing-masing merasa benar sendiri, masing-masing merasa paling tahu. Jika ini yang terjadi, berarti komunikasi di antara kita telah gagal dan tentu saja tak akan pernah terwujud itikad untuk saling memahami.

Pasangan suami-istri yang tak saling memahami karakter masing-masing, dipastikan rumah tangga mereka hambar dan rawan konflik. Bukan cinta yang kian tumbuh tapi ketidakcocokkan yang makin sering terjadi. Padahal, cinta akan bersemi dan mekar di antara pasangan suami-istri tersebut ketika mereka berusaha untuk mengidentifikasi pribadi masing-masing. Waktu yang dilalui bersama akan mempertemukan mereka lebih sering dan semakin memberi peluang untuk mengungkap dan mengetahui karakter masing-masing.

Cinta akan tumbuh ketika kondisi personalitas dari pasangan suami-istri ini semakin dipahami oleh kedua belah pihak. Sehingga, kekurangan dan kelebihan yang ada di antara mereka akan diketahui dan keduanya akan saling memaklumi kondisi masing-masing. Pada saat itulah, hubungan mereka akan kian hangat, romantis, dan penuh kasih sayang. Mereka akan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dan menguatkan. Saling percaya dan saling peduli.

Begitu pun dengan dua orang sahabat yang saling mencintai tak mungkin bisa terus langgeng ikatan persahabatannya, tanpa itikad baik untuk saling memahami pribadi masing-masing. Memahami pribadi masing-masing berarti harus rela untuk menerima kenyataan bahwa hakikatnya kita bukanlah manusia yang sempurna. Itu sebabnya, jangan takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama lain.

Saling memahami, juga akan menghindarkan kita dari prasangka buruk terhadap sahabat kita. Rasulullah saw. bersabda: “Jauhilah prasangka, karena prasangka itu merupakan perkataan yang paling dusta.” (HR Bukhari dan Muslim).

Begitu pula jika kita ingin saling memahami dengan saudara kita, maka tunjukkan bahwa diri kita mencintainya. Agar ia paham, bahwa dirinya kita cintai. Sabda Rasulullah saw., “Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah ia menyatakannya kepadanya.” (HR at-Tirmidzy, Abu Daud dan Bukhari)

Salam,

O. Solihin
Powered by Blogger.
close