Bekal Terbaik Anak



Oleh : Imam Nawawi
 
Apa bekal terbaik untuk anak kita? Sebenarnya itu adalah bekal terbaik untuk kita, orang tua. Sebab anak dan kita selaku orang tua sama, yakni manusia.

Jika merujuk pada konteks kehidupan dunia, maka harta menjadi kekhawatiran banyak orang tua terhadap anaknya. Yang karena itu, tidak sedikit para orang tua rela melakukan apapun, katanya demi masa depan sang anak.

Sebagian orang juga banyak yang merujuk kepada perintah Allah agar para orang tua jangan meninggalkan anak keturunannya dalam keadaan lemah kesejahteraannya.
Semakin giatlah orang tua mencari bekal untuk itu. Sampai malam jadi siang, siang jadi malam. Berangkat anak masih tidur, pulang anak baru saja terlelap tidur.

Namun, sejenak mari kita perhatikan apa yang Allah kisahkan di dalam Al-Qur’an.
“Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 133).

Pertanyaan Nabi Yakub, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” menunjukkan bahwa bekal yang sangat penting bagi anak-anak kita adalah keimanan kepada Allah Ta’ala.

Jika kita nalar, pertanyaan itu tentu saja disampaikan kepada anak yang sudah dewasa. Artinya, penanaman keimanan kepada anak-anak adalah hal yang mesti terus dilakukan.

Bahkan sangat baik, kedua orang tua senantiasa memompakan spirit keimanan ini secara terus menerus, sampai-sampai Allah gambarkan, saat maut menjelang pun, orang tua jangan sampai lupa menanamkan aqidah, iman dan tauhid yang kuat kepada anak-anaknya.

Jadi, tidak patut orang tua mengkhawatirkan rezeki sang anak, sebab Allah sudah jamin, yang terpenting dibekali ilmu dan keterampilan. Tetapi yang sangat patut dikhawatirkan oleh para orang tua adalah aqidah dan tauhid anak.

Toh, pada akhirnya keimanan pula yang akan menjadikan anak semakin terdorong meningkatkan kapasitas diri agar bisa lebih baik dalam memberikan manfaat bagi sesama dan kehidupan.

Kala kita mau berpikir lebih mendalam,  apalah arti anak berpendidikan tinggi, berpangkat hebat, jika akhirnya tuhannya berubah menjadi dinar dan dirham?

Sungguh siapapun yang menjadikan dunia sebagai tujuan, wanita sebagai qiblat, dan dirham sebagai tuhan, kecerdasan yang dimiliki semakin tergerus dan lama kelamaan hilang, kemudian diri dikuasai oleh kebodohan demi kebodohan.

Lantas, sudah siapkah kita sebagai orang tua untuk itu? Siap tidak siap, harus siap. Sebab apa yang Allah kisahkan di dalam Al-Qur’an sudah mesti patut dijadikan teladan dan karena itu, semampu kita mesti bersungguh-sungguh mengamalkan.

Semoga putra-putri kita menjadi generasi penerus yang kuat aqidah dan keimanannya, sehingga mereka bisa menampilkan keindahan ajaran Islam, tidak saja dalam wujud ritual, tetapi juga peradaban. Aamiin.

Bogor, 19 Rajab 1439 H
 

Penulis : Imam Nawawi, Pemimpin Umum Majalah Mulia
Powered by Blogger.
close