Penelitian Ilmiah tentang Gangguan Kesehatan Mental Lesbian, Gay, Biseksual (LGB)



Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan

Semlyen, King, Varney, & Hagger-Johnson (2016) dalam studi meta analisis (penelitian berbentuk evaluasi terhadap sejumlah penelitian yang mengangkat topik/tema yang sama) yang melibatkan 94.818 partisipan menemukan orang-orang dewasa yang menganggap dirinya sebagai lesbian/gay/biseksual (penulisan selanjutnya disingkat LGB, berjumlah 2,8% partisipan)  memperlihatkan prevalensi yang lebih tinggi dalam hal gejala-gejala gangguan mental umum dan kebahagiaan yang rendah dibandingkan mereka yang orientasinya bersifat heteroseksual (berjumlah 97.2% partisipan). Perbedaan antar kedua kelompok orientasi seksual ini tampak nyata pada kelompok usia di bawah 35 tahun dan paling kuat pada kelompok usia 55 tahun ke atas.

Kelompok LGB ini kemungkinan besar mengalami berbagai bentuk prasangka, viktimisasi, dan diskriminasi yang dapat mengakibatkan mereka mengalami permasalahan-permasalah kesehatan karena pengalaman-pengalaman negatif tersebut terinternalisasi (baca: terhayati). Stress yang diakibatkan oleh pengalaman tersebut kemungkinan mengakibatkan orang-orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai LGB mengalami kesehatan mental dan kesejahteraan yang lebih buruk, melakukan perilaku-perilaku yang tidak sehat, dan akhirnya memperburuk kesehatan fisik mereka. Mereka bisa jadi lebih rentan untuk melakukan perilaku-perilaku beresiko seperti merokok, minum-minum yang membahayakan, dan penyalahgunaan obat-obatan di mana semua hal tersebut disebutkan dalam studi-studi terkini dan pustaka lainnya menjadi prevalensi di dalam komunitas LGB.

Temuan yang kurang lebih sama ditemukan pada penelitian (Becker, Cortina, Tsai, & Eccles, 2014), sebuah analisis longitudinal (penelitian yang dilakukan dalam jangka panjang, dalam satuan waktu semester, tahunan) tentang kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental terhadap 2.451 sample remaja (berumur 16 tahun) yang diikuti perkembangannya sampai mereka pada tahapan dewasa awal (berusia 28 tahun). Secara keseluruhan tingkat depresi afektif, pikiran bunuh diri, konsumsi alkohol, dan keterasingan sosial lebih menonjol/dominan perkembangannya pada kelompok remaja LGB (n=77 orang) dibandingkan kelompok remaja heteroseksual (n=1631orang ).

Terkait bunuh diri, Hottes, Bogaert, Rhodes, Brennan, & Gesink(2016) dalam telaah sistematis dan studi meta analisis yang melibatkan 21.201 orang dewasa LGB menemukan kelompok LGB menunjukkan prevalensi usaha-usaha untuk bunuh diri yang lebih tinggi dalam masa hidupnya dibandingkan kelompok heteroseksual. Survey berbasis komunitas menemukan sebanyak 20% kelompok LGB pernah mencoba untuk bunuh diri.

Plöderl & Tremblay(2015) dalam telaah sistematik terhadap 199 studi tentang permasalahan kesehatan mental kelompok orientasi seksual minoritas (baca non heteroseksual). Mayoritas studi secara jelas melaporkan meningkatnya resiko depresi, kecemasan, usaha-usaha bunuh diri atau bunuh diri, masalah penyalahgunaan napza, baik pada saat remaja atau dewasa, dari berbagai wilayah geografik, dan pada berbagai dimensi orientasi seksual (perilaku, atraksi,identatitas).

Przedworski et al., (2015) dengan melibatkan 34.342 mahasiswa yang berpartisipasi dalam Minnesota College Student Health Survey dari tahun 2007 sampai 2011, juga menemukan permasalahan gangguan-gangguan mental pada mahasiswa yang mengidentifikasikan dirinya sebagai LGB. Dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki orientasi seksual heteroseksual, mahasiswa-mahasiswa LGB lebih sering melaporkan keluhan-keluhan yang masuk ke dalam diagnosis gangguan kesehatan mental. Mereka juga secara signifikan lebih sering melaporkan mengalami stress mental dibandingkan mahasiswa-mahasiswa heteroseksual. Mereka memperlihatkan kesehatan mental yang lebih buruk dibandingkan mahasiswa dengan orientasi seksual heteroseksual.

Demikianlah sebagian potret empiris yang terungkap lewat temuan-temuan penelitian tentang kesehatan mental dan gangguan mental terkait perilaku hubungan seksual sesama jenis yang ditegaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai orang-orang yang melampaui batas (QS Asy-Syu’ara:165-166) dan Allah Ta’ala menurunkan azab-Nya kepada mereka dari langit yaitu dihujani oleh batu dari langit Sijjil dan kemudian Allah Ta’ala membalikkan bumi yang mereka pijak.

Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi. Pemimpin Redaksi Majalah Fahma
Powered by Blogger.
close