Belajar Melalui Fenomena Alam
Oleh : Muhammad Abdurrahman
Ada banyak media pembelajaran yang ada
di sekitar kita. Dari seekor semut saja, anak dapat belajar berbagai hal. Tidak
hanya soal biologi saja. Anak dapat belajar dari semuttentang pentingnya gotong
royong dan kerjasama. Dan yang tidak kalah penting, bagaimana Allah menciptakan
semut dengan desain yang sebaik-baiknya.
Mengajak anak menikmati dan mengamati
alam dapat menjadi sarana yang menarik untuk menambah pengetahuan mereka.
Kebersamaan orangtua dan anak dapat dibangun saat berjalan-jalan di taman.
Bersamaan dengan itu orangtua dapat membahas dan mengaitkan banyak hal dengan
benda-benda yang ada di taman, seperti bunga, rumput, pohon, serangga, burung,
kolam, sungai, tong sampah dan lainya.
Belajar melalui pengalaman dan
fenomena alam akan membuat kemampuan berpikir anak kian terangsang. Anak
membayangkan kembali apa yang dilihatnya lalu mempertanyakannya. Misalnya,
ketika diajak ke kebun binatang, rasa ingin tahu anak terpancing, dan kemudian
bertanya, “Ma, kenapa kuda nil senang bermain air?” Karena itu, orangtua harus
rajin membaca atau menggali informasiseputar fenomena alam agar tidak gagap
ketika anak melontarkan pertanyaan yang mungkin tak terduga.
Segala keanekaragaman dan bahan
pembentuk alam tidak dapat digantikan dengan bahan buatan manusia seperti bunga
plastik. Anak tidak dapat menghentikan sensor momen mereka ketika melihat
fenomena alam seperti kilauan sinar matahari menembus dedaunan, titik air di
daun saat pagi hari (embun), suara dan gerakan pohon ketika ditiup angin,
beragam warna menempel pada sayap kupu-kupu atau bereksperimen dengan air.
Kelihatannya mungkin sepele tapi tidak bagi anak yang menganggap itu hal baru
dan ajaib.
Ketertarikan anak tergantung pada
bagaimana cara orangtua mengenalkannya pada alam. Diawali dengan mengajak anak
berjalan di taman atau kebun binatang, tunjukkan beragam hewan, bunga atau apa
yang ada disana. Pada usia dua athun, anak pun lebih mudah menerima informasi
karena melihat langsung dibanding melihatnya di buku. Atau saat anak
mempelajari tanaman jeruk, coba rangsang indera penglihatan, perabaan, dan
penciuman. Seperti mencium wangi daun dan buah jeruk serta mengecap rasa jeruk.
Hal yang tidak dapat anak pelajari di
dalam ruangan, dapat anak dapatkan di luar ruangan. Anak belajar membuat
kesimpulan tidak hanya berdasarkan informasi yang diterima dari guru. Alam kaya
akan pengetahuan sehingga anak dapat menguji apa yang diterimanya di kelas.
Terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan anak untuk memudahkan masukanya
informasi, yaitu mendengar, menulis atau mengambar lalu melihat dan melakukan
percobaan sendiri. Misalnya, belajar tentang tanaman pisang, anak bisa
mengeksplorasi batang misal permukaan dan bentuk batang, buah atau daunnya.
Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur 4 sampai 12 tahun.
Seiring perkembangannya, ajak anak
melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati, menyentuh atau meraba dan
menganalisa. Misalnya, belajar mengenal bagian-bagian dari tumbuhan, misalnya
daun, akar, batang, kelopak, dan sebagainya. Tak hanya itu, paparkan pada anak
masing-masing fungsinya dan bentuknya yang beragam sehinga anak belajar
mengenal apa yang ada di alam melalui semua inderanya. Anak punya cara yang
unik dan eksperimental untuk mengenal dunia sebagai tempat indah, misterius dan
ajaib. Sehingga lingkungan alam bisa berkaitan langsung dengan perkembangan
anak dan caranya mengeksplorasi sesuatu. Tumbuhan yang tumbuh di tanah, pasir
dan air, merupakan sesuatu yang nyata dan bukan bohongan. Anak bisa belajar
menanam pohon di tanah liat, tanah berpasir atau tanah dengan pupuk dan mengamati
perkembangan pohon tersebut sehingga timbul kesimpulan, tanah mana yang cocok
untuk menanam tumbuhan. Alam membuat anak berpikir lebih kreatif dengan mencoba
sesuatu yang berbeda-beda.
Semakin kompleks dan beragamnya hal
yang ditawarkan alam, maka anak bisa semakin tertantang dan lebih kompleks lagi
mempelajarinya. Seperti, anak tertarik pada tumbuhan karena tumbuhan memiliki
campuran warna, bentuk, tekstur, keharuman dan kelembutan yang membuat anak
nyaman, missal bunga-bungaan. Hal ini juga membantu kesehatan emosinya. Saat
mempelajari alam sebaiknya anak didampingi orang dewasa, misalnya orangtua atau
guru. Tak cuma itu, orang dewasa tersebut juga diharapkan memiilki pandangan
dan tindakan yang positif terhadap alam. Sehingga anak akan termotivasi untuk
mencontoh.
Post a Comment