Komunikasi dan Solusi
Oleh : O. Solihin
Komunikasi itu penting. Salah memahami bisa terjadi karena gagal dalam komunikasi (mengkomunikasikan pesannya). Mampu memahami, bisa berarti berhasil sebuah komunikasi. Itu artinya, komunikasi memiliki dua sisi: negatif dan positif. Setiap orang satu sama lain saling berhubungan. Komunikasi menjadi jembatan penting, agar pesan sampai dengan benar dan baik. Oya, ada perbedaan antara informasi dan komunikasi. Perbedaannya hanya satu, yakni pada feedback alias umpan balik. Bagaimana penjelasannya?
Baru bisa dikatakan hanya sebatas informasi jika memenuhi 4 unsur: penyampai pesan, isi pesan, media penyampai pesan, dan penerima pesan. Ini informasi. Contohnya banyak, seperti berita di televisi, pengumuman, iklan, dan sejenisnya. Nah, akan terjadi komunikasi jika 4 unsur tadi ditambah 1 unsur, yakni feedback alias umpan balik.
Misalnya, isi pesannya tentang bagaimana urusan masak untuk santri di pondok? Ini masalah umum. Penyampai pesan biasanya jodoh pertama saya dan penerima pesan jodoh kedua saya, media penyampai pesan bisa langsung karena jodoh pertama dan kedua berdekatan tempatnya atau bisa juga via WhastsApp, lalu terjadi komunikasi karena ada umpan balik, yakni diskusi. Begitu pula dengan banyak hal lainnya (seperti seputar anak-anak, pergi ke pasar, mengantar ke pengajian, jadwal giliran, terkait keluarga besar, jalan bareng untuk rekreasi atau juga masalah dakwah) yang memang perlu didiskusikan bersama, atau cukup di antara kedua jodoh saya, tanpa melibatkan saya. Ini tergantung temanya.
Memangnya seperti sih, contoh dialognya dalam berkomunikasi? Bisa yang ringan seperti ini:
“Mbak, nanti sore untuk makan santri menunya ayam kecap dan tahu ya?”
“Boleh Dik, tapi tahunya tinggal tersisa sedikit. Apakah dipotong-potong lebih kecil saja supaya cukup?”
Lain waktu terjadi diskusi agak serius, tentang dakwah. Seperti pada hari ini, membahas bagaimana sikap umat Islam terhadap perayaan tahun baru masehi. Kami bertiga terlibat dalam diskusi di grup WhastApp internal (hanya bertiga) yang diberi nama: “SAMARA dakwah”. Diskusi mengalir deras, saling adu argumen dan mencari pendapat para ulama. Saya biasanya menengahi. Kami merasa komunikasi seperti ini mendekatkan hubungan. Bukan saja kami satu keluarga dalam pernikahan poligami, tetapi juga sahabat dalam dakwah. Insya Allah.
Semua ini tentu ada alasannya. Ketika kami memutuskan poligami, agar niat dan tujuan yang kami bangun dengan mengharap keridhoan Allah Ta’ala tercapai, maka kami membangun terus komunikasi di antara kami (saya, jodoh pertama saya, dan jodoh kedua saya). Komunikasi yang kami bangun semata niatnya untuk mencari solusi atas permasalahan yang mungkin akan timbul dan sudah terjadi.
Selain di dunia nyata kami sering berkomunikasi, di dunia maya juga kami tetap bisa berhubungan. Penyampai pesan ada, isi pesan ada, media penyampai pesan ada, penerima pesan ada, dan tentu saja harus ada umpan balik. Ini penting agar setiap masalah yang mungkin akan muncul dan sudah terjadi bisa segera teratasi.
Sejauh ini alhamdulillah efektif dan efisien (walau tidak seratus persen, sebab tak ada gading yang tak retak). Di grup WhatsApp juga tak jarang kami berdiskusi masalah dakwah dan permasalahan umat seperti contoh yang saya tulis di paragraf sebelumnya. Bukan melulu masalah keluarga kami. Apalagi setelah saya menyarankan agar kedua jodoh saya membuat grup “Wanita Shalihah” di jaringan WhatsApp. Saya fasilitasi juga website dan juga FanPage di Facebook (dengan nama yang sama dengan grup WhatsApp) sebagai sarana kedua jodoh saya dalam berdakwah di dunia maya. Saya senang kedua jodoh saya bisa memanfaatkan fasilitas grup WhatsApp dan juga FanPage Facebook untuk berdakwah. Semoga menjadi amal shalih mereka dan manfaatnya bisa diambil para anggota grup dan pembaca.
Kami memang berkomitmen bahwa dengan poligami berharap banyak kemaslahatan bisa ditebar, kepada siapapun yang menginginkannya. Poligami bukan sekadar memenuhi kebutuhan naluri dari sisi kami pribadi, tetapi kami berkomitmen untuk menyokong dakwah dan kemaslahatan umat. Insya Allah. Mohon doanya, agar kami tetap bisa melakukannya dengan benar dan baik. Kami menyadari belum sepenuhnya ideal, khususnya dalam masalah komunikasi. Namun, dari kesalahan atau kekurangsempurnaan itulah kami belajar untuk terus memperbaiki pola komunikasi di antara kami. Sampai jumpa pada sharing berikutnya. Insya Allah.
Sumber : www.osolihin.net
O. Solihin, Penulis dan Motivator Remaja
Post a Comment