Pintu Pornografi Itu Dibuka Oleh Orangtua?


Oleh: Abi Asgar

Anak kecil berusia sekitar tiga tahun itu asyik memainkan gadget. Goyangan kereta di atas rel sama sekali tidak menganggu keasyikannya. Ibunya liyer-liyer dan ayahnya sudah tertidur sejak tadi. Di tengah keasyikannya, tiba-tiba si anak menjerit keras dan menangis meraung-raung. Para penumpang di sekitar mereka memanjangkan leher dan menoleh, khawatir terjadi sesuatu.
Rupanya gadget si anak tiba-tiba mati karena baterai habis. Seperti sudah amat terbiasa, sang ayah yang masih mengantuk bereaksi dengan cepat. Gelagapan, ia berdiri dan mengambil sebuah power bank yang disimpan di tas di rak atas tempat duduk penumpang. Setelah listrik mengaliri gadget, si anak langsung terdiam. Ia melanjutkan keasyikannya  kembali bermain game. Orangtuanya pun langsung mengatupkan matanya kembali.

Ilustrasi di atas adalah kejadian nyata yang penulis lihat sendiri dalam sebuah perjalanan.

Di luar kejadian ini, amat sering penulis melihat bagaimana orangtua memberikan gadget kepada anak mereka supaya orangtua bisa bersantai.

Berdasar tahun kelahiran, anak-anak masa kini memang lebih dini terpapar gadget yang terkoneksi internet. Begitu mereka lahir, internet dan perangkatnya sudah ada di samping mereka. Sayangnya, banyak orangtua yang abai terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang satu ini.

Ketika orangtua memiliki anak, sesungguhnya bukan hanya rasa bahagia yang hadir, melainkan juga tanggung jawab dalam mendidik anak tersebut. Tugas orangtua tidak mudah dan tidak dapat digantikan oleh apa pun, termasuk gadget.

Menjadi orangtua memang melelahkan karena anak-anak belum memiliki kemandirian. Anak-anak masih memerlukan bimbingan dalam semua aspek hidupnya.

Pada saat yang sama, orangtua juga masih disibukkan dengan urusan mencari nafkah. Rasa lelah ini yang kadang-kadang membuat sebagian orangtua melempar tanggung jawab dengan memberikan gadget kepada anak.

Untuk sesaat, memang orangtua akan menjadi “santai” tetapi kelengahan itu mungkin harus dibayar dengan penyesalan berkepanjangan di masa depan.

Mengapa? Gadget yang terkoneksi dengan internet relatif sulit dikontrol. Salah satu muatan yang amat cepat menyusup melalui gadget adalah pornografi. Konten ini bisa ada pada tayangan porno, iklan, game,kartun, berita atau materi apa pun.

Penulis tidak akan memaparkan definisi dan bahaya pornografi karena hal tersebut telah banyak dikupas oleh para ahli. Tetapi secara umum, pengaruh pornografi amat mengerikan karena bisa merusak otak anak yang masih dalam masa perkembangan.

Bisa dibayangkan jika anak terpapar pornografi pada usia dini, apa yang akan terjadi? Bagaimana jika ini juga dilakukan oleh jutaan anak-anak di negeri ini? Bagaimana perkembangan mereka 10 atau 15 tahun lagi?

Dampaknya, masyarakat pun akan mengalami kerusakan secara massal. Hal ini bisa dilihat pada negara-negara yang mengedepankan kebebasan individu dan menjadikan pornografi sebagai industri yang legal.

Negara-negara itu mungkin maju secara ekonomi, tetapi ternyata keropos. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kebebasan seksual terus mengintai. Keuangan negara dihabiskan untuk biaya pengobatan.

Uniknya, di negara-negara itu penduduk semakin enggan menikah, dan kalau pun menikah banyak yang tidak mau memiliki anak. Dampaknya, populasi penduduk terus menurun.

Tulisan ini memang tidak secara spesifik menguraikan akibat dari paparan pornografi, tetapi menunjukkan, jangan-jangan orangtua-lah yang membukakan pintu-pintu pornografi.

Pada awalnya mungkin orangtua “hanya” bermaksud memberikan hiburan pada anak.
Pada kasus lain, barangkali orang tua sengaja memberikan gadget supaya bisa lebih santai. Tapi dua-duanya memberikan peluang teraksesnya pornografi.

Jika pintu pornografi sudah terbuka, maka akan sulit untuk menutupnya kembali karena pornografi juga memunculkan sifat kecanduan.

Kalau  kemudian orang tua melarang menggunakan internet di rumah , maka anak akan mencari dari sumber lain, seperti dari teman, warnet atau sumber lainnya.

Oleh kerena itu, antisipasi menjadi jalan terbaik. Orangtua memang perlu berlelah-lelah mendidik anak-anak. Gadget bukanlah sarana untuk melarikan diri untuk berleha-leha. Akses gadget harus benar-benar dalam pengawasan, misalnya memakai secara bersama dengan gadget milik orang tua. Tidak perlu merasa ketinggalan zaman jika kita belum memberikan gadget  untuk mereka.||
Powered by Blogger.
close