Perjalanan
Oleh : Imam Nawawi
Sejak media sosial menjadi bagian kehidupan umat manusia, istilah otw (on the way) menjadi status yang “pantas” dipublikasikan. Hal ini bisa dilihat dari banyak sudut pandang. Mulai dari mereka yang memang pekerjaannya otw, hingga mereka yang otw merupakan satu momen istimewa.
Tetapi, sadar atau tidak, hidup ini sendiri hakikatnya juga otw, ya, otw kepada Allah di akhirat. Karena otw, maka sudah barang tentu ada jalan, ada rambu dan ada sisi penting yang harus disiapkan. Otw dengan sepeda motor saja sudah jelas apa yang harus dipersiapkan. Apalagi otw menuju Allah.
“Agama itu sesungguhnya seperti safar (bepergian) menuju Allah Subhanahu wa Taala. Dan, salah satu pilar bersafar adalah berbaik hati ketika berteman,” demikian pernyataan Imam Ghazali dalam Arbain fii Ushuluddin, yang dijadikan status seorang sahabat di status fb dan wa-nya.
Perjalanan hakikatnya memang menghubungkan dua titik, yakni berangkat dan tujuan. Pada titik berangkat kita meninggalkan teman, dan pada titik tujuan kita menuju teman. Jika teman-teman itu kita perlakukan dengan baik, sudah barang tentu, perjalanan kita adalah perjalanan yang indah, ,menyenangkan dan tentu saja inspiratif.
Allah Taala juga secara gamblang mendorong agar kita melakukan perjalanan.
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15).
Adalah benar saat ini, hampir setiap perjalanan mudah dilakukan, mulai dari keliling dalam negeri hingga melancong ke seluruh dunia. Terlebih umroh dan ibadah haji, subhanalloh. Tapi ingat, perjalanan bukan untuk dibangga-banggakan tapi dijadikan media untuk semakin dekat kepada-Nya dengan senantiasa mengambil pelajaran dari setiap perjalanan yang kita lakukan.
Menariknya, kalau kita lihat sejarah, orang terdahulu, sekalipun tak mengenal mobil, kereta dan pesawat, semangat bepergiannya tinggi sekali, terutama dalam urusan ilmu.
Sa’id bin Al Musayyab juga mengatakan, “Saya terbiasa melakukan rihlah berhari-hari untuk mendapatkan satu hadits.” (Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/100).
Sekarang, ada reporter sepakbola menyiarkan bahwa suporter bola suatu negara berasal dari berbagai negara. Andai, kita paham sejarah, tak patutlah kita senang mendengar berita yang seperti itu. Apa hebatnya, jauh-jauh sebatas untuk ke stadion. Sekalipun tentu saja, itu tidak keliru.
Nah, sekarang sahabat pasti juga telah, sedang dan akan emlakukan perjalanan, entah mudik atau balik. Niatkanlah untuk mendapatkan hikmah dan lakukanlah perjalanan dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah berkahi setiap perjalana hidup kita.
Gambir, 5 Syawal 1439 H
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Post a Comment