Aku dan Guruku
Oleh : Imam Nawawi
“Kamu punya pengalaman indah nggak kala belajar di sekolah. Bukan dengan gebetan, ya. Tapi dengan guru,” seru Hendar tiba-tiba memecah suasana pagi yang masih hening di teras masjid.
Asep dan Yono saling pandang dengan ucapan Hendar sebelum kemudian keduanya tertawa renyah bersama.
“Aku ada. Saat SMP aku punya guru yang hebat tapi tidak kelihatan karena beliau sangat sederhana. Beliau guru yang pernah menjadi juara II dalam lomba fisika antar guru se-Indonesia, waktu itu sekitar setahun sebelum masa reformasi dimulai di negeri ini.
Yang paling indah bagiku adalah ketika setiap pagi, beliau selalu memboncengku ke sekolah. Maklum angkot kalau sama pelajar agak jaga jarak, mungkin karena ongkosnya separuh penumpang umum. Bersama Pak Ghufron, aku tidak pernah terlambat ke sekolah,” Yono langsung menjawab.
“Keren kamu, No. Kamu bagaimana, Sep,” kejar Hendar, penasaran.
“Aku mirip sama Yono. Tapi guruku adalah guru matematika. Beliau sangat perhatian kepada semua murid-muridnya. Terlebih kepada yang nyambung kalau dialog bersama beliau.
Menjelang Ujian Nasional beliau mengajariku hampir setiap malam tentang Matematika, termasuk melatihku menjawab soal-soal Matematika yang dalam tiga tahun terakhir pernah menjadi materi ujian akhir sekolah.
Beliau namanya, Edi Siswoko, kami biasa menyapa beliau Pak Edi. Sampai lulus pun, aku masih tetap kontak melalui sms dan hape, belakangan lewat whatsapp, tapi beliau nampaknya sibuk, sehingga hanya bisa saling balas sesekali saja.
Yang sangat indah pengalamanku dengan beliau adalah, beberapa saat sebelum beliau wafat, Allah perkenankan aku bertemu beliau untuk kali terakhir. Aku ingat kala itu, beliau mengatakan mohon maaf karena tidak bisa menemani,” urai Asep lebih detail.
Suhendar tersenyum dan menyalami Asep beserta Yono.
“Subhanalloh, kalian benar-benar murid hebat, punya guru yang hebat. Saya bangga dengan kalian,” Suhendar memuji keduanya.
Sebagai senior di tempat pengabdian, Suhendar memang dianggap sebagai kakak oleh Yono dan Asep. Cara Suhendar memotivasi keduanya pun selalu dengan bertanya pengalaman, lalu memberikan pujian.
“Terimakasih, Kak Hendar,” ucap Yono dan Asep kompak.
“Kalian bersama guru kalian, benar-benar seperti yang Rasulullah sabdakan,” Hendar mulai memberikan petuahnya.
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama.” (HR. Ahmad).
Hendar pun tak segera beranjak, ia terus memberikan penguatan kepada dua juniornya itu.
“Kalian, bagaimanapun sudah pintar, sudah lulus kuliah, jangan merasa hebat, jangan merasa pintar. Kala ada pimpinan kita di pesantren ini memberikan nasihat, sebisa mungkin kita mendengar dengan sebaik-baiknya lalu memahami dan mengamalkannya. Jangan sebaliknya, merasa diri lebih baik kemudian memandang remeh orang yang telah memberikan ilmu kepada banyak orang.”
“Tapi kalau guru itu kasar, bagaimana Kak?” Yono bertanya.
“Kita harus sabar. Imam Syafi’i rahimahullahu seperti dikatakan oleh Sufyan bin ‘Uyainah, berkata, “Sesungguhnya orang-orang datang kepadamu dari penjuru dunia, lalu engkau marah kepada mereka, hingga dikhawatirkan mereka akan pergi meninggalkanmu.”
Maka ia berkata kepada orang itu, “Kalau begitu mereka itu orang-orang bodoh seperti dirimu jika mereka meninggalkan apa yang bermanfaat bagi mereka hanya karena keburukan akhlakku.”
“Jadi kami tidak boleh mendebatnya?” kejar Asep kurang puas.
“Tidak boleh,” balas Hendar.
Diriwayatkan dari Az-Zuhri rahimahullah, ia berkata, “Salamah dahulu suka mendebat Ibn Abbas sehingga ia pun terhalang dari kebaikan yang sangat banyak.”
“Kalian bertiga sedang apa, dipanggil Pak Kiyai ke rumah, makan malam katanya,” seru Abidin yang baru saja mengangkat telpon dari sang Kiyai.
“Nah, kan. Itulah guru, tahu kita sedang lapar. Yuk segera sambut keberkahan malam ini,” kata Hendar kepada Asep dan Yono.
Ketiganya pun mendekat kepada Abidin dan langsung melangkah ke rumah sang Kiyai.
Nampaknya, ketiganya akan mengalami pengalaman indah terupdate bersama sang guru.
Seperti android, pengalaman indah dalam menuntut ilmu bersama guru harus selalu diupdate kawan. Karena tanpa guru siapapun tidak akan bisa apa-apa.*
Jakarta, 10 Rajab 1439 H
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Post a Comment