Buat Anak Bercerita

Oleh : Imam Nawawi

Sekali waktu sempatkanlah waktu duduk bersama anak-anak di rumah. Tak perlu melulu jalan-jalan. Karena di daerah penyangga ibukota, weekend kadang menjadi horor tersendiri, macet dimana-mana.
Duduklah bersama mereka kala pagi, dan ajaklah mereka berdialog atau bercerita. Suharsono dalam bukunya Mencerdaskan Anak merekomendasikan hal ini.

“Sebanyak mungkin kita perlu merangsang agar anak-anak mau bercerita tentang keinginannya, cita-citanya dan apa yang ditakutkannya.

Di sini, sebenarnya ada proses yang menarik, dimana naak-anak belajar mengeksresikan diri. Mungkin kata atau kalimatnya belum fasih benar, tetapi yang lebih penting dari itu adalah upayanya untuk membangun argumentasi, konsistensi dan upayanya untuk menjelaskan dirinya kepada pihak lain.
Jika hal ini bisa dilakukan secara kontinu, maka anak-anak kita dalam usia dini tidak akan mengalami problem psikologis (introvert), sebaliknya akan menjadi anak progresif dan cerdas” (lihat halaman: 170).
Kala orang tua secara konsisten bisa mempertahankan kesukaan anak bercerita, maka itu akan memberikan dampak positif yang cukup baik.

Pertama, mendorong anak untuk memiliki kecerdasan berbahasa. Kedua, jika cerita yang disampaikan berkualitas, terlebih bersumber dari sejarah kehidupan orang sholeh, maka anak akan berkesempatan membentuk kepribadian yang lebih baik.

Ketiga, kondisi tersebut akan mendorong anak memiliki kreativitas. Keempat, menumbuh dan mengembangkan daya pikir anak. Kelima, mendorong kuatnya imajinasi dan kesadaran anak. Keenam, akan membuat anak merasa nyaman dengan orang tua, sehingga ia tak seperti kucing bertemu air kala di dalam rumah, dimana selalu ingin keluar dan terus keluar.

Sadarlah bahwa anak adalah peniru ulung di dunia. Semakin kita bisa mengajak mereka banyak bercerita hal baik, terlebih bersumber dari sejarah kehidupan manusia agung dalam Islam, insya Allah anak-anak kita akan tumbuh menjadi manusia berkarakter dan berakhlak.

Suharsono menegaskan, “Peranan orang tua dalam memberikan contoh perilaku, bertutur kata dan beribadah, merupakan “guru” yang sesungguhnya dalam proses identifikasi diri (anak).”
Jakarta, 7 Zulqaidah 1439 H

Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Powered by Blogger.
close