Kerap Terlupakan Orangtua Mendidik Adab Anak


Oleh : Iwan Januar

“Waduh mas, saya pernah lihat anak bapak fulan, kerjanya nonton video band Korea di Youtube,” cerita seorang kawan. Kalau sudah megang gadget, maka seperti tak bisa lepas. Termasuk menyimak channel youtube. Padahal bapak fulan yang dimaksud dikenal sebagai aktifis pengajian. Cerita yang lain ada lagi, ada anak yang terbiasa membentak orang tua termasuk opa dan omanya, bahkan dengan kata-kata kasar.

Persoalan adab atau attitude & manner anak-anak jangan dipandang sepele. Sebagian orang tua ada yang abai terhadap penanaman adab untuk anak, lebih fokus pada kemampuan akademik anak seperti pelajaran sains atau menghafal al-Qur’an. Ada kesan bahwa adab pada anak akan terbentuk dengan sendirinya. Masak iya penghafal al-Qur’an tak punya adab yang mulia?

Kenyataannya adab tak berbanding lurus dengan prestasi akademik seseorang, termasuk dengan hafalan pelajaran agama. Dalam kehidupan orang dewasa kita berulangkali melihat orang yang cerdas dalam pengetahuan Islam semisal menguasai bahasa Arab, hafal al-Qur’an, kuasai tafsir, tapi justru nyeleneh. Menolak syariat dan melecehkannya. Seperti ada seorang anak muda di tanah air yang sejak usia kanak-kanak sudah menjadi seorang hafidz tapi menolak mentah-mentah pelaksanaan syariat Islam

Dalam sejarah kita bisa membaca tokoh seperti Hajaj bin Yusuf, gubernur kejam pada masa kekhilafahan Yazid bin Muawiyyah. Sejarah mencatatnya sebagai wali yang zalim dan memusuhi ulama padahal ia adalah murid tabi’in terkemuka, Imam Said bin Musayyab rahimahullah, penghafal al-Qur’an dan tak jarang menangis dalam shalatnya.

Maka jangan abaikan pendidikan adab pada anak-anak kita. Adab bukanlah sesuatu yang alamiah bisa didapat anak ketika mereka menghafal hadits, menghafal al-Qur’an atau belajar fikih. Namun ia perlu pemahaman dan pengkondisian dari kedua orang tua.

Para ulama salaf amat mementingkan penanaman adab pada putra-putri mereka sebelum pengetahuan agama yang lain. Maka para ulama selalu meletakkan adab di awal kajian sebelum menuntut ilmu yang lain. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Adab adalah pembentuk awal kepribadian setelah akidah seorang muslim, sedangkan ilmu adalah jasadnya. Imam Abu Zakariya al-‘Anbariy berkata;

“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad.” 

Para ulama salaf percaya bahwa dari pribadi anak dan remaja yang beradab, maka ilmu agama dan dunia akan mudah untuk diraih. Sebaliknya seorang pelajar yang menguasai ilmu agama dan dunia, tanpa adab, maka ilmu mereka tak akan mendatangkan barakah.

Apa yang bisa orang tua lakukan agar anak-anak kaum muslimin memiliki adab yang luhur?

PERTAMA, setelah menanamkan dan menguatkan keimanan anak pada Allah SWT. dan ajaran Islam maka, tanamkan bahwa Allah Ta’ala mencintai hamba-hambaNya yang berakhlak mulia. Pahamkan mereka kalau seorang muslim beradab luhur seperti berkata sopan, jujur, mendengar nasihat orang tua, mau berbagi, maka akan disayang Allah SWT.

KEDUA, Perlakukan anak-anak dengan akhlak mulia dan penuh kasih sayang. Kurangi kebiasaan memarahi mereka, mencela dan mempermalukan mereka. Panggil mereka dengan panggilan sayang dan pujian semisal ‘soleh’ atau ‘solehah’. Perlakuan orang tua adalah tabungan informasi dan adab pada hati dan pikiran anak-anak.

KETIGA, tegur secara proporsional, jangan berlebih-lebihan, dan perhatikan dulu keadaan mereka. Penting untuk terlebih dulu memberitahu apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tak boleh dilakukan. Pada anak pra-baligh mereka belum tahu kalau membentak orang lain tidak baik. Bagi mereka itu respon alamiah. Maka beritahukan pada mereka bagaimana semestinya berkata baik pada orang lain, terutama pada orang tua.

KEEMPAT, jadilah orang tua responsif bukan reaksioner. Yakni peka dengan kebaikan dan juga kesalahan anak. Jangan biarkan anak berlarut-larut melakukan kesalahan seperti memukul kawan, merebut mainan atau makanan, segera respon dengan baik. Beritahu dan cegah untuk terulang lagi. Adab yang kerap dilakukan anak seringkali muncul akibat orang tua tidak responsif terhadap perbuatan anak yang tidak baik. Mereka diam atau menganggapnya wajar. Pahamilah, anak seperti pohon yang akan tumbuh besar. Saat dahannya masih kecil maka mudah untuk dibentuk, tapi saat sudah besar maka amat sulit untuk melakukan hal itu.

KELIMA, jadikan adab yang baik sebagai habit dalam keluarga. Orangtua biasa berkata lembut, tidak membentak, tidak kasar, tidak mencela, senang merangkul, memuji dan mudah memaafkan kesalahan anak. Pembiasaan ini akan membuat anak mudah untuk melakukannya saat mereka dewasa.

KEENAM, banyak berdoa. Allah adalah Maha Pemberi Hidayah, Maha Pembolak-balik hati, sekeras apapun hati manusia amat mudah bagi Allah untuk melunakkannya dan memberinya hidayah. Jangan hanya berdoa agar anak kita pandai dan juara kelas serta mudah menghafal, tapi minta juga pada Allah agar anak-anak kita dihiasi dengan akhlak yang mulia.

Penulis : Iwan Januar, Penulis Buku DNA GENERASI PEJUANG, al-Azhar Press
Powered by Blogger.
close