Alam Ghaib dan Motivasi Hidup
Oleh : Imam Nawawi
Bagi kebanyakan manusia, tentu saja bahasan alam ghaib sangat tidak menarik, bahkan boleh jadi menganggapnya tidak perlu, karena terkesan sulit dipahami.
Tetapi, disadari atau tidak banyak sesuatu terjadi justeru karena kerja-kerja alam ghaib. Dimana banyak orang dengan ringan mengatakan, “Ya, itu kebetulan.”
Padahal, alam ini punya mekanisme yang tak mungkin bergerak keluar dari hukum yang telah ditetapkan Tuhan. Demikian pula dengan kehidupan manusia yang memiliki dimensi ruh, tak mungkin lepas dari “gravitasi” alam ghaib.
Ketika Allah menjelaskan Al-Qur’an tidak ada keraguan di dalamnya dan petunjuk bagi orang bertakwa, orang muttaqin itu kriteria pertamanya adalah beriman kepada yang ghaib. Artinya alam ghaib adalah alam yang secara langsung berhubungan erat dengan kehidupan umat manusia dan alam semesta ini.
Beriman alias percaya sepenuh hati kepada yang ghaib berarti meyakini bahwa setiap gerak-gerik hati, pemikiran, ucapan dan tindakan sejatinya diketahui oleh Allah dan malaikat yang bertugas mengawasi kehidupan kita.
Oleh karena itu, beriman kepada yang ghaib akan membuat seseorang senantiasa waspada dalam setiap gerak tingkahnya.
Bahkan lebih jauh, orang yang beriman kepada yang ghaib akan memiliki visi jauh ke depan. Senantiasa hadir di dalam dirinya kewaspadaan untuk tidak terperosok pada kenikmatan semu lantas menderita secara hakiki.
Hal ini seperti ditegaskan oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya, “Hukuman terbesar pada Hari Kebangkitan nanti akan dijatuhkan atas orang berilmu yang tidak memperoleh manfaat dari ilmunya.” (HR. Ath-Thabrani).
Artinya, ilmu yang dimiliki justeru membuatnya memburu dunia dan meninggalkan akhirat. Lidahnya fasih menjelaskan bahwa yang dilakukannya adalah benar, tidak masalah, dan karena itu semua harus paham, bahwa langkah-langkahnya selama ini adalah kebaikan.
Perilaku seperti ini telah banyak contohnya dalam setiap episode sejarah kehidupan umat manusia, termasuk yang belakangan kerap terjadi atas nama politik. Semoga Allah menyelamatkan kita dari sikap mengejar dunia-meninggalkan akhirat.
Dengan kata lain, hanya orang yang meyakini adanya alam ghaib yang akan terjaga motivasi hidupnya. Ia akan rela bekerja dalam senyap, bergerak dalam keheningan, asalkan semua diridhai Tuhan.
Pepatah Sunda mengatakan, “Moh Hayang Boga Peurah, Kudu Peurih” (Jika ingin memiliki kebanggaan, mesti siap menderita).
Sederhananya, yakin kepada yang ghaib akan menjadikan diri kita punya ketabahan, keuletan, kesungguhan dan harapan-harapan dengan terus berdoa kepada Allah SWT.
Sedangkan mereka yang tidak beriman kepada yang ghaib akan mencari harta tanpa usaha, ya, mereka memilih gemar mencuri, korupsi, menipu dan lain sebagainya. Istilah sekarang, suka potong kompas, halal-haram, hantam.
Pilihan itu mereka ambil karena tak melihat siapapun di dunia ini dan meyakini bahwa hasil curiannya adalah pemberi kebahagiaan hidupnya. Na’udzubillah!
Bogor, 8 Zulqaidah 1439 H
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Bagi kebanyakan manusia, tentu saja bahasan alam ghaib sangat tidak menarik, bahkan boleh jadi menganggapnya tidak perlu, karena terkesan sulit dipahami.
Tetapi, disadari atau tidak banyak sesuatu terjadi justeru karena kerja-kerja alam ghaib. Dimana banyak orang dengan ringan mengatakan, “Ya, itu kebetulan.”
Padahal, alam ini punya mekanisme yang tak mungkin bergerak keluar dari hukum yang telah ditetapkan Tuhan. Demikian pula dengan kehidupan manusia yang memiliki dimensi ruh, tak mungkin lepas dari “gravitasi” alam ghaib.
Ketika Allah menjelaskan Al-Qur’an tidak ada keraguan di dalamnya dan petunjuk bagi orang bertakwa, orang muttaqin itu kriteria pertamanya adalah beriman kepada yang ghaib. Artinya alam ghaib adalah alam yang secara langsung berhubungan erat dengan kehidupan umat manusia dan alam semesta ini.
Beriman alias percaya sepenuh hati kepada yang ghaib berarti meyakini bahwa setiap gerak-gerik hati, pemikiran, ucapan dan tindakan sejatinya diketahui oleh Allah dan malaikat yang bertugas mengawasi kehidupan kita.
Oleh karena itu, beriman kepada yang ghaib akan membuat seseorang senantiasa waspada dalam setiap gerak tingkahnya.
Bahkan lebih jauh, orang yang beriman kepada yang ghaib akan memiliki visi jauh ke depan. Senantiasa hadir di dalam dirinya kewaspadaan untuk tidak terperosok pada kenikmatan semu lantas menderita secara hakiki.
Hal ini seperti ditegaskan oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya, “Hukuman terbesar pada Hari Kebangkitan nanti akan dijatuhkan atas orang berilmu yang tidak memperoleh manfaat dari ilmunya.” (HR. Ath-Thabrani).
Artinya, ilmu yang dimiliki justeru membuatnya memburu dunia dan meninggalkan akhirat. Lidahnya fasih menjelaskan bahwa yang dilakukannya adalah benar, tidak masalah, dan karena itu semua harus paham, bahwa langkah-langkahnya selama ini adalah kebaikan.
Perilaku seperti ini telah banyak contohnya dalam setiap episode sejarah kehidupan umat manusia, termasuk yang belakangan kerap terjadi atas nama politik. Semoga Allah menyelamatkan kita dari sikap mengejar dunia-meninggalkan akhirat.
Dengan kata lain, hanya orang yang meyakini adanya alam ghaib yang akan terjaga motivasi hidupnya. Ia akan rela bekerja dalam senyap, bergerak dalam keheningan, asalkan semua diridhai Tuhan.
Pepatah Sunda mengatakan, “Moh Hayang Boga Peurah, Kudu Peurih” (Jika ingin memiliki kebanggaan, mesti siap menderita).
Sederhananya, yakin kepada yang ghaib akan menjadikan diri kita punya ketabahan, keuletan, kesungguhan dan harapan-harapan dengan terus berdoa kepada Allah SWT.
Sedangkan mereka yang tidak beriman kepada yang ghaib akan mencari harta tanpa usaha, ya, mereka memilih gemar mencuri, korupsi, menipu dan lain sebagainya. Istilah sekarang, suka potong kompas, halal-haram, hantam.
Pilihan itu mereka ambil karena tak melihat siapapun di dunia ini dan meyakini bahwa hasil curiannya adalah pemberi kebahagiaan hidupnya. Na’udzubillah!
Bogor, 8 Zulqaidah 1439 H
Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia
Post a Comment