Melatih Penghematan Sejak Dini


Oleh: Nur Achsanti, S.S 

“...Adab makan minum didalam Islam, satu cuci tangan, dua duduk yang sopan, tiga berdoa, ambil yang terdekat, tidak berceceran, tidak mencela, ambil secukupnya supaya bertenaga... Allahumma bariklana fiimaa rozaktana waqina adzabannar. Aamiin.”

Begitulah senandung lagu Islami yang dinyanyikam bersama oleh anak-anak PAUD ABA Kemloko, Bumiayu, Selopampang, Temanggung.

Anak-anak didampingi ibu guru tampak antusias dan semangat menyanyikan lagu tersebut sebelum kegiatan makan bersama dimulai.

Di PAUD yang baru berumur dua bulan itu, setiap harinya anak-anak dibiasakan membawa bekal minuman dan makanan dari rumah masing-masing. Sehingga di sekolah ada waktu tersendiri untuk acara makan dan minum, yakni pukul 08.30 pagi.

Tentu hal ini sangat bagus untuk anak-anak, terutama bagi anak-anak yang belum sempat sarapan pagi di rumah. Membawa bekal ke sekolah juga merupakan salah satu kiat mengurangi uang saku anak untuk jajan.

Pada sesi acara makan bersama, ustadzah di PAUD ABA Kemloko menanyakan satu per satu tentang lauknya, bahkan para ustadzah juga menyuapi anak-anak yang masih belum bisa makan sendiri, terutama yang masih berusia dua sampai tiga tahun.

 “Dik Nazih, makannya sama apa?” Tanya ustadzah pada murid yang masih berusia dua tahun, lalu ustadzah memperhatikan lauk yang dibawa Dik Nazih, “Oh...., pakai telur.”

“Mas Haikal makan pakai apa?”

“Mas Daffa makannya sama apa?”

“Mas Galang, Mas Al, Mbak Embun, Mbak Nafisa, dan seterusnya....” Semuanya juga diperhatikan.

Keanekaragaman lauk yang dibawa anak-anak tidak menjadikan anak-anak minder dengan makanan yang dibawa temannya. Misalnya ada anak yang kepingin dengan lauk yang dibawa temannya. Di PAUD ABA Kemloko ini diajarkan berbagi.

Di PAUD ABA Kemloko Bumiayu Selopampang ini, anak-anak tidak jajan di sekolah, meskipun di samping sekolah ada warung terdekat.

Di sekolah juga tidak ada kantin, jadi anak-anak pergi ke sekolah tanpa uang saku. Tentu hal ini sangat menguntungkan bagi wali murid.

Wali murid mengantar anak-anaknya tanpa harus merogoh uangnya untuk jajan anak-anaknya, karena terus terang masalah uang saku bisa dikatakan gampang-gampang susah.

Gampang bagi orangtua yang berkecukupan, hanya tinggal memberikan uang yang diminta anak. Atau mungkin sudah ada jatah yang ditentukan. Tapi bagi orangtua yang pas-pasan masalah keuangan, uang saku terkadang bikin pusing.

Bagaimana tidak pusing? Jika uang jajan dikalkulasikan.
Misalnya dalam satu hari Rp. 4000, jika satu minggu berapa? Rp. 4000 dikalikan 6 hari (Sabtu dan Ahad libur). Total Rp. 24.000. Satu bulan, Rp 24.000 kali 4, total Rp. 96.000. Satu tahun, Rp. 96.000 kali 12= Rp. 1.152.000.

Tentu bukan jumlah uang yang sedikit? Jajan di sekolah selain menyebabkan pemborosan , jajanan juga tidak menjamin kebersihan dan kesehatannya.

Selain anak-anak tidak jajan di sekolah, di PAUD ABA ini, anak-anak dianjurkan menabung setiap hari Senin dan Kamis. Subhanallah anak-anak sudah dilatih berhemat sejak usia dini, semoga kata pepatah “Rajin Pangkal Pandai, Hemat Pangkal Kaya.” Menginspirasi kita semua untuk senantiasa hidup hemat dalam segala keadaan.||



Penulis: Nur Achsanti, S.S. Wali murid PAUD
Powered by Blogger.
close