“Pak, Saya Tidak Perlu Ijazah”

Oleh : Jamil Azzaini


Hari Minggu dan Senin pekan lalu keluarga saya berlibur ke Pulau Pari di Kepulauan Seribu. Di tengah perbincangan antar anggota keluarga, anak saya yang nomor tiga berkata “pak, saya tidak perlu ijazah. Saya tidak usah melanjutkan kuliah ya?” Saya kemudian bertanya “apa alasan kamu tidak melanjutkan kuliah?”

Anak saya menjawab “hampir semua pelajaran yang saya pelajari tidak diperlukan untuk masa depan saya. Contoh-contoh yang diberikan dosen sudah ketinggalan zaman. Daripada saya buang-buang waktu dan uang, saya keluar saja.” Bagaimana apabila Anda menghadapi kenyataan seperti yang saya hadapi ini.

Faktanya, tidak semua profesi yang ada di masyarakat saat ini, memerlukan ijazah. Bahkan tanpa ijazah sarjana pun banyak yang bisa sukses. Apabiila kita kelompokkan dalam hal pekerjaan, ada 5 kelompok orang yang ada di tengah-tengah masyarakat, yaitu:

1. Pengangguran (unemployee)
2. Karyawan (employee)
3. Jual Keahlian diri (Self Employee)
4. Pemilik Bisnis (Business Owner)
5. Pemodal (Investor)


Dari 5 kelompok tersebut, yang mewajibkan adanya ijazah apabila ingin berhasil hanyalah kelompok nomor dua dan tiga saja, yaitu: karyawan dan self employee. Selebihnya tidak memerlukan ijazah, bahkan kita juga bisa menemukan betapa banyak orang yang berijazah tetapi menjadi pengangguran.
Anak saya yang nomor tiga ini ingin menjadi kelompok yang keempat dan kelima. Dimana kelompok ini tidak mewajibkan adanya ijazah. Bahkan, saya juga menemukan banyak mereka yang tidak bergelar sarjana ternyata bisnisnya jauh lebih sukses dibandingkan yang sarjana. Karena memang di kelompok ini, ijazah bukan persyaratan mutlak.

Dari hasil diskusi akhirnya kami sepakat. Pertama, anak saya nomor tiga ini cuti selama satu semester dari salah satu PTN di Jawa Timur. Kedua, anak saya yang nomor tiga ini bersedia dicoaching dan dimentoring oleh kakaknya (anak saya nomor dua) dengan jadwal ketat dan target menantang serta terukur. Ketiga, anak ketiga saya ini berguru langsung dengan expert dibidang yang ingin ia kuasai.

Per 01 Agustus 2018, program ini mulai berjalan. Selain anak ketiga dan kedua saya sudah membuat kesepakatan. Anak saya yang ketiga ini, hari ini bertemu dengan salah satu guru expert, alumni dari Jerman dan Australia yang kini menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi terbaik di Jakarta.

Saya, sebagai orang yang dilahirkan sebelum tahun 1970, dimana ijazah menjadi salah satu hal yang dianggap penting, awalnya gelisah dengan pilihan anak saya ini. Tetapi setelah diskusi mendalam dengan istri, anak ketiga dan anak kedua, saya semakin mantap dengan pilihan anak saya ini.
Dunia memang telah berubah, ijazah yang dulu dianggap lambang kesuksesan, saat ini banyak dari generasi milineal yang justeru berkata “Pak, saya tidak perlu ijazah”. Saya masih terus harus belajar menjadi orang tua. 

Bagaimana pendapat Anda? Silakan bila berkenan disharing di kolom komentar untuk pembelajaran bagi pembaca lainnya.
Salam SuksesMulia

Penulis : Jamil Azzaini, Trainer dan Motivator

Powered by Blogger.
close