PEMIMPIN, Wajah KITA
Oleh : Salim A. Fillah
Ya, selama tukang tambal ban kita masih ada yang
menyebar paku, selama pembuat produsen makanan kita masih ada yang menambahkan
bahan berbahaya demi awetnya, selama masih ada yang mengglonggong sembelihan
atau menjual ayam mati kemarin, selama penjual di pasar masih ada yang pasang
magnet di cawan timbangan, selama pegawai kantor masih ada yang me-mark up nota
belanja, selama pejabat masih ada yang menerima amplop tak jelas, selama
pemegang wewenang masih ada yang kong-kalikong dengan pemilik modal; masih
akan panjang jalan yang akan kita tempuh untuk memiliki pemimpin yang takut
pada Allah dan menyayangi rakyatnya.
Sebab pemimpin adalah wajah kita; dia cerminan
rakyatnya.
كما تكونوا يولى عليكم
Seperti mana keadaan kalian, akan dikuasakan pemimpin
atas kalian. (HR Ad Dailami dan Al Baihaqi)
Sanad hadits ini dha’if menurut Ibn Hajar Al
‘Asqalany, akan tetapi kita tetap dapat memetik pelajaran darinya. Apalagi di
sebuah negeri yang pemimpinnya dipilih langsung oleh rakyat, selera para
pemilih kebanyakan tentu masih sebagaimana keadaan mereka.
Barangkali ada yang kecewa dengan perkembangan politik
hari-hari ini, gemas karena suara ‘ulama yang sebelumnya selalu jadi rujukan
kini tak lagi diperhatikan, atau kesal karena calon yang diidamkannya tak
mendapat jalan untuk maju memperbaiki negeri, fatawakkalnaa ‘alallaah.
Pertama mari perbanyak doa; sebab Allah tak kekurangan
cara untuk menghadirkan kebaikan melalui siapapun yang dikehendakinya. Bisa
jadi ketika kita mendoakan pemimpin, maka Allah perbaiki negeri ini dengan
memperbaiki beliau.
Kedua; tak ada lagi manusia yang sempurna.
Sepelik-peliknya pilihan kita nanti, mari kita ikuti arahan ‘ulama. Siapkan
hati; barangkali memang kita akan memilih salah satu yang terbaik, tapi boleh
jadi juga kita hanya akan memilih salah satu yang paling kecil madharatnya.
Kita tahu pemilihan presiden Indonesia bukan cuma urusan kita, ada negara-negara
adidaya hingga tikus maupun naga yang telah menyiapkan bertumpuk modal dan
proposal untuk kepentingannya.
Ketiga; dakwah jalan terus. Kita sudah harus
memikirkan agar 800.000 Masjid kita, tiap satu seharusnya mencetak seorang
pemimpin. Dengan itu kita takkan kekurangan 2 Capres-Cawapres, 30-an Menteri,
550 Aleg, 130-an senator, 30-an Gubernur, 450 Bupati/Walikota, 5400 Camat,
70.000 Kepala Desa, dan Ratusan Ribu Ketua RW-Ketua RT. Bismillaah, dari Masjid
kita lahirkan pemimpin bangsa. Insyaallah.
Sumber :
www.salimafillah.com
Post a Comment