Bagaimana Mungkin Doanya Akan Dikabulkan?



Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.

Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan,”Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kaum mukminin apa yang Allah perintahkan kepada para rasul-Nya”. Salah satunya terkait makanan, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan.” (QS Al-Mu’minun[23]:51).

Jadi, perintah Allah Ta’ala kepada para rasul-Nya dan perintah-Nya kepada kaum mukminin sama, yaitu agar mereka memakan makanan yang baik, sedangkan makanan yang buruk hukumnya haram atas mereka, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla ketika menyifati Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka.” (QS Al-A’raf[7]:157).
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan memakan makanan haram menghalangi terkabulnya doa seseorang meskipun yang bersangkutan memiliki faktor-faktor penyebab dikabulkannya doa.

Pertama, seseorang telah menempuh perjalanan jauh, padahal perjalanan jauh merupakan faktor penyebab dikabulkannya doa. Kedua, seseorang yang rambutnya acak-acakan dan pakaiannya berdebu, padahal Allah itu sangat memperhatikan orang yang hatinya terkoyak mengharap belas kasih-Nya. Pada Hari Arafah Allah melihat hamba-hamba-Nya dan berfirman, “Hadapkanlah kepada-Ku orang yang rambutnya acak-acakan dan pakaiannya berdebu.” Jadi, kondisi tersebut juga merupakan faktor penyebab dikabulkannya doa

Ketiga, seseorang mengangkat kedua tangan ke langit padahal mengangkat kedua tangan ke langit merupakan faktor penyebab dikabulkannya doa. Allah Ta’ala malu kepada hamba-Nya apabila ia mengangkat kedua tangan untuk mengembalikan kedua tangan itu dengan hampa.

Keempat, seseorang yang memanjatkan doa kepada-Nya, “Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku.” Ini adalah bentuk tawasul kepada Allah Ta’ala menggunakan sifat rububiyyah-Nya dan tawasul ini adalah salah satu faktor penyebab dikabulkannya doa. Meskipun yang bersangkutan memiliki 4 faktor penyebab dikabulkannya doa tetapi karena makanannya haram, pakaiannya haram, dan ia mendapatkan makanan yang haram, maka doa yang bersangkutan tidak akan dikabulkan karena salah satu syarat dikabulkannya doa adalah menjauhi makanan haram.

Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan hanya menerima sesuatu yang baik.’ Allah Ta’ala Maha Baik terkait dengan dzat, sifat, dan perbuatan-Nya dan Allah Ta’ala hanya menerima sesuatu yang baik terkait dengan materi dan cara memperolehnya. Sedangkan sesuatu yang buruk materinya, seperti halnya khamer, atau buruk cara memperolehnya, seperti penghasilan riba, Allah Ta’ala tidak akan menerimanya.

Allah Ta’ala haramkan untuk umat ini, salah satunya terkait makanan, dengan perintah-perintah kepada hamba-hamba-Nya sebagai bentuk penjagaan dan perlindungan-Nya terhadap perkara-perkara yang membuat mudharat bagi kita. Allah Ta’ala memperingatkan kita dari musuh yang nyata yaitu setan yang telah menipu nenek moyang kita, Adam alaihissalam, yang menjerumuskannya ke dalam perbuatan yang telah Allah Ta’ala haramkan.  Allah Ta’ala berfirman, “Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]:168).

Allah Ta’ala telah menghalalkan untuk orang-orang mukmin makanan yang baik-baik agar dapat membantu kita untuk taat Allah Ta’ala dan mengharamkan kekejian agar tidak memberikan dampak buruk bagi kita. Oleh karena itu, la haulawa la quwwataillabillah, mari kita mengupayakan semaksimal mungkin apa yang difirmankan oleh Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah.” (QS Al-Baqarah [2]:172).

Makanan yang halal itu sudah jelas. Makanan haram juga sudah jelas. Supaya doa kita tidak terhalang, pastikan kita penuhi faktor-faktor terkabulnya doa, dan upayakan semaksimal mungkin makanan yang kita konsumsi dan cara memperolehnya adalah halal. Jauhi makanan haram, termasuk juga makanan yang syubhat.

Penulis : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi., Pemimpin Redaksi Majalah Fahma

Powered by Blogger.
close