Bikin Malas Beramal Sholih
Oleh : Galih Setiawan,
S.Sos.I.
Ustadz Bahtiar Nasir dalam sebuah acara
kompetisi hafidz cilik di salah satu stasiun televisi pernah berpesan pada
orangtua untuk senantiasa memberikan makanan kepada keluarga dari jalan yang
halal. “Boleh jadi, anak-anak kita susah diatur, sulit diajak beribadah,
mungkin karena ada zat-zat haram yang tercampur di dalam rizki kita,” seperti
ini kurang lebih pesan beliau.
Sementara itu, Ustadz Adi Hidayat,
dalam sebuah tausiyahnya mengingatkan orangtua bahwa percuma saja kita berdoa
memohon anak yang sholih, namun dalam keseharian, anak-anak disuguhi sesuatu
yang tidak halal.Tidak hanya dalam hal makanan. Tapi juga tontonan, bacaan
serta aktivitas yang diperlihatkan orangtua pada anak. Maka dari itu, penting
bagi para orangtua untuk selalu memberikan rizki yang halal pada keluarga, baik
dari zatnya, maupun cara mendapatkannya.
Pendapat UStadz Bahtiar Nasir dan
Ustadz Adi Hidayat di atas menyimpulkan bahwa rizki dan makanan yang halal
adalah bekal dan sekaligus pengobar semangat untuk beramal shaleh. Buktinya
adalah firman Allah Ta’ala,
“Hai
rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thoyyib (yang baik), dan kerjakanlah
amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al Mu’minun: 51). Sa’id bin Jubair dan Adh Dhohak mengatakan bahwa yang
dimaksud makanan yang thoyyib adalah makanan yang halal (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, Ibnu Katsir, 10: 126).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Allah Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimush
sholaatu was salaam untuk memakan makanan yang halal dan beramal sholeh.
Penyandingan dua perintah ini adalah isyarat bahwa makanan halal adalah
pembangkit amal shaleh. Oleh karena itu, para Nabi benar-benar memperhatikan
bagaimana memperoleh yang halal. Para Nabi mencontohkan pada kita kebaikan
dengan perkataan, amalan, teladan dan nasehat. Semoga Allah memberi pada mereka
balasan karena telah member contoh yang baik pada para hamba.” (Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 10: 126).
Bila selama ini kita merasa malas dan
berat untuk beramal? Alangkah baiknya bila kita mengoreksi kembali makanan dan
minuman yang masuk ke perut kita. Jangan-jangan ada yang perlu ditinjau ulang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang baik tidaklah
mendatangkan kecuali kebaikan. Namun benarkah harta benda itu kebaikan yang
sejati?” (HR. Bukhari no. 2842 dan Muslim no. 1052)
Imam Ahmad pernah ditanya, apa yang harus
dilakukan, agar hati mudah menerima kebenaran, maka beliau menjawab,”Dengan
memakan makanan halal.” Hal ini termaktub dalam Thabaqat Al Hanabilah (1/219).
At Tustari, seorang mufassir juga pernah
mengatakan, ”Barang siapa ingin disingkapkan tentang tanda-tanda orang-orang
jujur (shiddiqun), hendaknya tidak makan, kecuali yang halal dan mengamalkan
Sunnah.” sebagaimana dikutip dalam Ar Risalah Al Mustarsyidin (hal. 216).
Contoh yang kita lihat
dengan jelas adalah pribadi Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang begitu
berhati-hati dan menjauhkan dirinya dari sesuatu yang dikhawatirkan berasal
dari sesuatu yang haram. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Aku pernah datang menemui
keluargaku. Kemudian aku mendapatkan sebutir korma jatuh diatas tempat tidurku.
Aku pun mengambilnya untuk aku makan. Lalu aku lhwatir jika kurma itu adalah
kurma sedekah, maka kuletakkan lagi kurma itu.”
Beliau shallallahu’alaihi wasallam juga menjauhkan cucunya dari sesuatu yang diharamkan, walaupun hanya sebutir korma yang berasal dari sedekah –yang beliau dan keluarganya diharamkan dari sedekah-. Sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Beliau shallallahu’alaihi wasallam juga menjauhkan cucunya dari sesuatu yang diharamkan, walaupun hanya sebutir korma yang berasal dari sedekah –yang beliau dan keluarganya diharamkan dari sedekah-. Sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“Al-Hasan bin ‘Ali radhiyallahu’anhuma memungut sebutir kurma dari korma sedekah, lalu dia memasukkan korma itu kedalam mulutnya. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun bersabda, “kikh, kikh”[11]! Buanglah korma itu! Apa kau tidak tahu, bahwa kita tidak diperbolehkan untuk memakan sedekah.”
Mengkonsumsi makanan haram memasukkan pelakunya
kapada pelaku maksiat yang mendapatkan ancaman neraka dan saat itu pula
keimanannya tergerus. Tentu dalam kondisi demikian, bisa membuat hati pelakunya
semakin keras dan enggan menerima kebenaran. Nah, mulai sekarang, pilihkan
usaha/pekerjaan yang sebisa mungkin menghasilkan penghasilan yang hanya halal
agar doa doa kita terus diterima Allah.
Penulis : Galih
Setiawan, S.Sos.I., Redaktur Majalah Fahma
Post a Comment