Game of Mind #1 Permainan Pikiran


Oleh: Ida S. Widayanti*)

“Teteh, aku ingin bercerai. Rasanya aku sudah lelah. Aku sudah tidak kuat lagi. Ini sudah tidak dapat diperbaiki lagi...” ujar seorang ibu dari 5 orang anak yang tinggal ratusan km dariku dan mampir ke tempatku untuk sejenak berbincang. Beliau istri seorang ustadz dan memimpin pesantren. Si istri juga memimpin sebuah sekolah PAUD.

Lalu bla..bla...bla ia memuntahkan sekian banyak alasan dan dapat diterima logika maupun emosi...

Setelah ia mereda, saya pun bertanya.

“Mbak pernahkah sangat memimpikan sebuah kendaraan?” Sejenak ia terdiam.

“Ya aku pernah sangat ingin sepeda motor.”

“Motor jenis apa dan warnanya apa?”

“Saya ingin Vario Merah, Teh” ujarnya berbinar-binar.

“Saat Mbak sangat ingin kendaraan tersebut. Apa yang Mbak lihat di jalanan.”

“Ya saya lihat banyak orang memakai Vario merah.”

“Apa yang Mbak lihat saat parkir?”

“Ya saya melihat banyak Vario merah yang diparkir!”

“Saat Mbak sudah tidak menginginkan lagi motor tersebut, apakah di jalanan dan di parkiran banyak Vario merah?”

Ia menggeleng. Lalu terdiam. Ia tampak berpikir cukup keras.

Sejurus kemudian ia berkata lirih.

“Teh, berarti kalau aku ingin bercerai, maka yang aku lihat HANYA keburukan suamiku dan hal-hal yang menguatkan perceraian ya?!” Ia berkata seolah untuk dirinya sendiri...

Aku menghela nafas lega...

“Ya Mbak. Itulah permainan pikiran. Itulah cara kerja otak. Otak manusia hanya bisa fokus pada 1 hal dalam satu kesempatan. Perasaan kita juga demikian. Tidak bisa senang dan sedih pada satu waktu. Jika Mbak bahagia maka yang Mbak lihat hanya hal-hal yang membahagiakan. Dan jika sedang sedih hanya melihat dan mengingat kesedihan...”

Beberapa bulan kemudian saya mendapat undangan Seminar Parenting di sekolahnya.

Saya dijemput di stasiun oleh pasangan suami istri tersebut, kami makan di pinggir jalan sama2.

Semoga hingga hari ini pasangan tersebut tetap baik-baik saja.

Semuanya sangat simpel tentang permainan pikiran, game of mind...

Karena itulah Allah berkata jika kita pandai bersyukur akan ditambah kenikmatan kita. Ini bisa berarti (menurut saya) jika kita memikirkan hal-hal positif maka kita akan semakin banyak melihat  hal-hal yang positif...

Jika kita kufur maka azab Allah maha pedih... jika kita melupakan hal yang positif dan membahagiakan, maka yang kita lihat semuanya negatif akan membuat kepedihan terus-menerus...

Itulah mekanisme otak yang Allah ciptakan untuk kita...

Penulis : Ida S. Widayanti, Penulis Buku Mendidik Karakter dengan Karakter
Powered by Blogger.
close