Games of Mind #2 Kisah Semangkok Mie Ayam


Oleh : Ida S. Widayanti

Pernah dengar kisah seorang anak perempuan yang minggat dari rumah karena bertengkar dengan ibunya? (Cerita ini pertama kali saya baca dari sebuh grup WA tak ada nama penulisnya, saya lampirkan di sini dengan sedikit disingkat).

Pertengkaran dipicu karena sang ibu menasehati anaknya, tapi si anak tidak suka, akhirnya terjadi perang mulut. Si anak ngambek langsung kabur dari rumah.

Singkat cerita ia sudah berjalan jauh ia pun sangat lapar. Dia baru tersadar kalau tidak membawa uang. Tak jauh dari tempatnya berdiri ada penjual mie ayam, ia sangat menginginkannya. Ia hanya bisa menatap kedai tersebut sambil menahan rasa lapar.

Melihat hal tersebut pemilik kedai itu bertanya pada anak itu apakah ia menginginkan mie ayam? Si anak mengangguk namun mengaku tidak memiliki uang. Si ibu pemilik kedai baik hati ia memberi anak itu semangkok mie ayam gratis.

Si anak pun memakan mie ayam pemberian si pemilik kedai dengan lahap. Tetapi kemudian ia menangis. Si ibu pemilik kedai pun bertanya mengapa ia malah menangis.

Si anak menjawab, “Saya terharu dengan kebaikan ibu, karena ibu bukan siapa – siapa saya, tetapi rela memberikan semangkok mie ayam secara gratis terhadap saya, sementara ibu saya sendiri hari ini baru saja bertengkar dengan saya, dan dia membiarkan saya pergi dan beliau tidak peduli kalau saat ini saya belum makan dan tidak membawa uang,” ujar anak tersebut.

Baca : Game of Mind #1  Permainan Pikiran

Mendengar ucapan anak tersebut ibu kedai itu berkata: “Nak, mengapa kau berpikir seperti itu? Aku hanyalah memberimu semangkuk mie ayam saja, tapi kau begitu terharu dan bilang aku sangat baik. Coba sekarang renungkan Ibumu telah memasak nasi, dan makanan lain, dari semenjak kamu lahir sampai sekarang, itu semua diberikan secara gratis. Kenapa orang yang selalu memberi makan tiap hari secara gratis malah kamu bilang tidak baik, kenapa justru aku yang hanya sekali memberi kamu semangkuk mie ayam kamu bilang sangat baik?

Ibumu yang mengandungmu, melahirkanmu, menyusuimu, memandikanmu, merawatmu dari kecil hingga kini, dia yang memberikan jiwa dan raganya untuk membesarkanmu dia lah yang sesungguhnya sangat baik terhadapmu.”

Mendengar nasihat tersebut anak itu kemudian menangis menyesali perbuatannya. Ia pun pamit.

Anak itu langsung berjalan dengan cepat menuju rumahnya, setelah sampai di depan rumah, ternyata sang Ibu sedang berdiri tepat di depan pintu rumah.

Seketika sang ibu berkata, “Nak kamu dari mana saja, ibu khawatir sama kamu, maafkan Ibu yah karena tadi sudah memarahi kamu, Ibu juga melihat dompet kamu ada di meja kamarmu, pasti kamu belum makan, Ayo nak masuk, Ibu telah menyiapkan makan untuk kamu”, ucap sang Ibu.

>>>>>>>>>>
Dalam perkawinan mungkin kisah serupa terjadi. Kepada suami yang menafkahi puluhan tahun kita bilang biasa, namun kepada teman lama yang mentraktir makan siang sekali saja adalah luar biasa.

Kepada suami yang memberi uang bulanan bertahun-tahun ia menganggap hal itu wajar, tapi kepada mantan yang mengisi pulsa Rp. 100.000, ia merasa diberi hadiah super besar.

Kepada suami yang telah berkata baik dan memuji belasan tahun itu biasa. Namun kepada seseorang yang menginbox sekali di medsos tepat di hari ulang tahunnya, “Sedang apa syantik? Selamat ulang tahun ya.” Si istri langsung kelepek-kelepek mengatakan orang itu baik sekali.

Kepada istri yang menyediakan makan untuk seluruh keluarga puluhan tahun, suami mengatakan, “Itu kan emang sudah tugas kamu!”
Kepada seorang perempuan yang ia sukai memberinya senyuman, ia merasa mendapatkan pemberian luar biasa.

Ketika istrinya yang sesekai marah dan berkata kasar, suami mengatakan seumur perkawiannya selalu dimarahi dan dikasari. Ia lupa bahwa sesungguhnya jika ditotalkan si istri lebih sering bermuka manis dan berkata baik. Ia pun lupa saat istrinya meregang nyawa dan kesakitan melahirkan anak2nya, saat menyusui dan segala kesusahannya.

Inilah Games of Mind permainan pikiran. Sangat simpel.

Penjelasannya begini...Jadi...di dalam otak ada suatu perangkat yang dinamakan RAS (reticular activating system). Ia semacam kaca mata pembesar yang dapat membesarkan apapun yang ingin kita lihat dan yang lain seolah tampak kecil dan tak berarti. Otak kita terbatas seperti kamera tak bisa men-zoom in segala sesuatu secara bersamaan.

Misalnya dalam hubungan persaudaraan atau pertemanan. Jika kita suka seseorang maka yang tampak besar adalah kebaikannya, sedangkan keburukannya tak terlihat.

Tapi jika kita sudah tidak suka dengan seseorang, maka secara otomatis otak kita akan men zoom in hal2-hal yang buruk sehingga tampak besar, yang baiknya nampak kecil...bahkan mungkin menjadi tidak tampak sama sekali.

Karena itu, hati-hatilah dengan Game of Mind. Saya sendiri sering mengalami hal ini...

Karena itu, Allah berkata bahwa Allah sesuai prasangka hambanya. Ini bisa berarti bahwa jika pikiran kita sudah berasumsi sesuatu hal, maka RAS kita akan men-zoom in memperbesar segala sesuatu sesuai anggapan kita... mata kita hanya akan melihat segala sesuatu yang menguatkan asumsi kita...

Itulah cara kerja RAS yg Allah ciptakan untuk kita.

Wallahu alam bis shawab.
Powered by Blogger.
close