Sekolah untuk Mendapat Ridho Allah


Oleh: Bagus Priyosembodo

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai” [Ar-Rum : 7]

Ayat di atas merupakan peringatan keras bagi orang yang hanya mementingkan urusan dunia sedangkan urusan akhiratnya dilupakan.

Begitu banyak orangtua menyerahkan pendidikan anaknya kepada lembaga pendidikan yang berorientasi dunia belaka, sedangkan masalah kebenaran aqidah, kebaikan adab dan keselamatan di dunia dan akhirat diabaikannya.

Ibnu Jarir rahimahullah berkata : “Allah mengabarkan orang yang mendustakan kebenaran berita Allah itu tahu, bahwa bangsa Romawi diberi kemampuan oleh Allah untuk mengalahkan kerajaan Persia, karena mereka memiliki kekuatan duniawi dan pengaturan ekonomi yang baik, akan tetapi bangsa ini lupa tidak memikirkan keselamatan dirinya besok pada hari kiamat” [Tafsir Ath-Thabari 21/16]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Umumnya manusia tidak memiliki ilmu melainkan ilmu duniawi. Memang mereka maju dalam bidang usaha, akan tetapi hati mereka tertutup, tidak bisa mempelajari ilmu Dienul Islam untuk kebahagiaan akhirat mereka” [Tafsir Ibnu Katsir 3/428]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rahimahullah berkata : “Pikiran mereka hanya terpusat kepada urusan dunia sehingga lupa urusan akhiratnya. Mereka tidak berharap masuk surga dan tidak takut neraka. Inilah tanda kehancuran mereka, bahkan dengan otaknya mereka bingung dan gila. Usaha mereka memang menakjubkan seperti membuat atom, listrik, angkutan darat, laut dan udara. Sungguh menakjubkan pikiran mereka, seolah-olah tidak ada manusia yang mampu menandinginya, sehingga orang lain menurut pandangan mereka adalah hina.
Akan tetapi ingatlah ! Mereka itu orang yang paling bodoh dalam urusan akhirat dan tidak tahu bahwa kepandaiannya akan merusak dirinya. Yang tahu kehancuran mereka adalah insan yang beriman dan berilmu. Mereka itu bingung karena menyesatkan dirinya sendiri. Itulah hukuman Allah bagi orang yang melalaikan urusan akhiratnya, akan dilalaikan oleh Allah Azza wa Jalla dan tergolong orang fasik. Andaikan mereka mau berpikir bahwa semua itu adalah pemberian Allah Azza wa Jalla dan kenikmatan itu disertai dengan iman, tentu hidup mereka bahagia. Akan tetapi lantaran dasarnya yang salah, mengingkari karunia Allah, tidaklah kemajuan urusan dunia mereka melainkan untuk merusak dirinya sendiri” [Taisir Karimir Rahman 4/75]

Teranglah begitu besar bahaya sekolah dan guru guru yang tidak memperhatikan ilmu dienul Islam, atau tidak berasaskan Islam.

Materi pendidikan yang buruk. Bertentangan dengan keyakinan islam nan diridloi Allah. Berselisih dengan adab akhlaq mulia yang dituntunkan Rasulullah. Adalah hal yang jamak terjadi pendidikan yang tidak memperhatikan syariat pergaulan siswa dan siswinya. Murid muridnya bergaul dengan cara yang melanggari syariat Islam.

Sebuah wasiat yang sangat berharga bagi kita: “Hendaklah penuntut ilmu mendahulukan pandangannya, istikharah kepada Allah untuk memilih kepada siapa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli, benar-benar lembut dan terjaga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang paling bagus dalam mengajar dan paling bagus dalam memberikan pemahaman. Jangan dia berguru pada orang yang sedikit sifat waranya atau agamanya, atau tidak memiliki akhlak yang bagus.”

Betapa jalan yang keliru apabila bangunan dan piala-piala dijadikan kompas untuk memilih sekolah pendidikan anak anak kita.

Imam Mawardi menegaskan urgensi memilih guru yang baik dengan mengatakan, “Memang wajib bersungguh-sungguh di dalam memilihkan guru dan pendidik bagi anak seperti kesungguhan di dalam memilihkan ibu dan ibu susuan baginya, bahkan lebih dari itu. Seorang anak akan mengambil akhlak, gerak-gerik, adab dan kebiasaan dari gurunya melebihi yang diambil dari orangtuanya sendiri. Sebab, waktu bergaul dengan gurunya lebih banyak dan waktu belajarnya dengan guru juga lebih lama. Anak akan selalu meneladani gurunya dan juga tunduk kepadanya.||

Penulis: Bagus Priyosembodo
Powered by Blogger.
close