Iblis Mengaku Tuhan
Oleh : Nur
Fitriyana
Tersebutlah seorang ulama yang bernama
Ahmad bin Nazzar. Kunyah beliau Abu Maisarah, Al-Qoiruwani. Salah seorang ulama
bermadzhab Maliki. Beliau dikenal sebagai Faqihul Maghrib (ahli fikih daerah
Maroko). Sosok yang dikenal doanya mustajab. Seorang ulama yang seimbang antara
ilmu dan amal. Hampir setiap malam beliau mengkhatamkan Al-Quran dalam shalat
tahajud di masjidnya.
Beliau pernah diminta oleh Gubernur
Al-Manshur bin Ismail untuk menjabat sebagai qadhi untuk daerah Qoiruwan, namun
beliau tidak bersedia menerimanya. Beliau wafat di tahun 338 H.
Ada satu kejadian menarik tentang
beliau. Di sela beliau sedang tahajud, tiba-tiba muncul cahaya sangat terang
dari tembok masjid. Cahaya itu mengatakan dengan lantang,
“Engkau telah memenuhi
wajahku, akulah tuhanmu.”
Apa yang bisa kita bayangkan ketika kita
mengalami kejadian semacam ini? Ya, kita sepakat akan merasa sangat bangga.
Kita akan merasa telah mencapai puncak beribadah. “Allah telah menampakkan
dirinya, berarti saya sudah mencapai derajat hakekat.” Atau kita akan meminta
banyak hal, mumpung ketemu langsung dengan Allah, “Ya Allah, berikan aku banyak
harta, rumah mewah, mobil mewah.” “Ya Allah, aku minta karamah, agar bisa
menolong hamba-Mu yang sakit.” “Ya, Allah jadikan dia pasangan hidupku.” “Ya
Allah, luaskan rizkiku, mudahkan urusanku, mudahkan aku tuk meraih
cita-citaku.” Dan seabreg permintaan lainnya, yang menunjukkan betapa tamaknya
kita dengan dunia.
Hampir bisa dipastikan, orang yang
mengalami kejadian semacam ini, esok harinya akan segera membuka praktek
pengobatan alternatif, suwuk. Karena merasa punya karamah.
Tapi tidak demikian yang dilakukan sang
imam. Ulama yang mulia ini memahami hal yang berbeda. Yang mendapat petunjuk
Allah melalui ilmu agama yang beliau pahami. Apa yang beliau lakukan?
Ternyata Imam Ahmad bin Nazzar ini
meludahi cahaya yang menampakkan wajah ini, dan mengatakan,
“Pergilah wahai makhluk terlaknat.”
Tiba-tiba cahaya itu padam.
Beliau memahami ini tipuan setan. Agar
orang menjadi ujub dalam beribadah. Selanjutnya dia mengaku telah mencapai
puncak nirwana ibadah, derajat makrifat atau hakekat. Selanjutnya dia
meninggalkan ibadah sama sekali.
Mari berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan yang amat
terkutuk. Godaan yang membuat terlena jiwa dan pikiran, hingga fisik melakukan
perbuatan dosa dan maksiat yang amat terlarang. Sebab memang, setan senantiasa
menghiasi segala bisikannya yang buruk dengan sampul kebaikan nan menawan dan
penuh pesona.
Mari berlindung kepada Allah Ta’ala dari dahsyatnya bisikan setan,
yang menggoda di sepanjang jenak, bahkan saat kita beristirahat dalam tidur.
Sebab itu, hanya Allahlah yang bisa melindungi diri nan lemah ini. Dialah yang
tidak tidur dan senantiasa mengurusi makhluk-makhluk-Nya.
Maka, hanya kepada-Nyalah kita menyembah, dan
hanya kepada-Nyalah kita memohon pertolongan.
Sumber : Siyar
A’lam Nubala: 15/396)
Penulis : Nur Fitriyana, Pemerhati dunia anak
Post a Comment