Karena Kita Bunda yang Hebat
Oleh : Rida Nahdhah, M.A.
Suatu hal yang paling penting dalam
proses pembangunan umat manusia adalah pendidikan, oleh karenanya pendidikan
takkan pernah kering dengan habis oleh permasalahan-permasalahan seputar
pendidikan. Salah satu permasalahan itu adalah mendidik anak, anak merupakan
generasi penerus pertumbuhan dan perkembangan umat manusia. Sehingga tujuan
manusia menjadi seorang khalifah di bumi tercapai.
Karena itu lingkungan keluarga
sebagai tempat anak belajar berbicara dan berbuat baik pada orang lain, tempat
anak belajar bersabar dan saling menghargari, mengharuskan orang tua untuk
menciptakan iklim pendidikan yang kondusif bagi perkembangan kognitif, afektif,
maupun psikomotor anak-anaknya.
Orang tua sebagai pendidik utama dan
pertama dituntut membina dan mengembangkan aspek akhlak, aspek akal, aspek
sosial, aspek jasmani maupun aspek psikis anak dengan tujuan tercapainya
kesempurnaan selaku hamba Allah dan segenap dimensinya, baik vertikal pada
Rabbnya maupun horizontal yaitu sebagai makhluk sosial yang senantiasa
berinteraksi dengan manusia lainnya, yang kesemuanya teraktualisasikan dengan
landasan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Berdasar tujuan mulia di atas, Muslimat
Hidayatullah (Mushida) Yogyakarta menghadirkan Ibu Kurnia Irawati yang biasa
dikenal dengan Irawati Istadi sebagai pengisi kajian parenting yang diikuti
oleh seluruh anggota Mushida se-DIY Jateng Bagsel, Sabtu/21/05/2016. Irawati
Istadi adalah pengurus Mushida pusat yang diberi amanah di Majelis Penasehat
Mushida sejak tahun 2010 hingga saat ini. Selain aktif di Mushida, Ibu dari 6
orang anak ini juga salah seorang penulis aktif yang telah menghasilkan sekitar
17 buku yang berkaitan dengan dunia parenting, seperti Dwilogi Mendidik Anak
dengan Cinta, Bunda Manager Keluarga, Istimewakan Setiap Anak, Ayo Marah, dan
masih banyak lagi.
BAGAIMANA SEORANG BUNDA MEMENEJ
KELUARGA?
Dalam penyampaiannya, Irawati Istadi
menegaskan pentingnya manajemen keluarga
baik bagi seorang ibu yang bekerja di luar rumah maupun yang tidak
bekerja di luar rumah. Ia pun berbagi pengalamannya bagaimana menyusun kerangka
manajemen keluarga yang baik.
“Materi manajemen keluarga ini mulai
saya pelajari saat saya punya anak ke-3. Semula prakteknya memang sulit, banyak
mindset berpikir yang harus diluruskan dan banyak pembiasaan yang harus diubah.
Namun alhamdulillah, manfaatnya sangat terasa membantu pengelolaan keluarga
lebih rapi dn profesional, hingga memiliki 6 anak, alhamdulillah saya bisa jadi
lebih produktif daripada sebelum-sebelumnya.”
Lebih lanjut Irawati menambahkan,
“Saya belajar lebih profesional mengatur keluarga dengan menetapkan tujuan,
target, dan rencana-rencana jangka panjang, menengah dan pendek. Untuk lebih
mudah merapikan manajemennya, saya bagi seluruh urusan rumah tangga bunda yang
biasanya overload ke dalam 8 departemen. Hal ini agar lebih mudah kita
merencanakan kegiatannya, tahapan-tahapannya, anggaran, juga kontrol dan
evaluasinya.”
Adapun 8 departemen yang harus
diduduki oleh seorang ibu sekaligus istri adalah sebagai berikut:
1. Departemen Personalia
Adalah tugas kita untuk memahami,
mengenal dan akhirnya meletakkan masing-masing personal anggota keluarga di
posisi masing-masing sesuai karakternya. Mengenal dan memahami serta
menyesuaikn diri dengan sifat-sifat dan karakter suami saja, kadang butuh waktu
bertahun-tahun. Apalagi mengenal masing-masing anak sesuai pertumbuhn usianya,
belum lagi kakek nenek yang tinggal bersama, plus tante, paman atau ART kalau
ada.
Jika kita menguasai personalia
dengan baik, keluarga terhindar dari konflik dan jadi lebih kompak.
2. Departemen Pendidikan
Inilah tugas bunda untuk mengenal
talenta anak sedini mungkin, lalu membuat road map ke depan berikut
tahapan-tahapannya sesuai minat anak tersebut, sehingga kesuksesannya kelak
sudah bisa dirancang sedini mungkin.
3. Departemen Spiritual
Yaitu tugas bunda untuk menciptakan
rumah sebagai basis pendidikan SQ terbaik bagi anak, melalui keteladanan,
pembiasaan ibadah dan akhlaqul karimah, dan penanaman nilai-nilai aqidah dalam
hidup keseharian.
4. Departemen Keuangan
Adalah keterampilan bunda mengelola
keuangan dengan qanaah sehingga bisa mencukupkan kebutuhan dengan apa yang
diterima dari suami. Selain itu, jika dibutuhkan pun memiliki keterampilan
entrepreneurship yang bisa membantu ekonomi keluarga.
5. Departemen SDM
Yaitu tugas bunda untuk
mengembangkan potensi masing-masing anggota keluarga sebagai aktualisasi diri,
khususnya SDM bunda sendiri yang sering terkalahkan oleh kewajibn-kewajiban
yang overload. Menyediakn me time setiap hari adalah solusi bagus untuk masalah
ini.
6. Departemen Properti
Adalah pengaturan sarana dan
prasarana dalam rumah pun perlu dibuatkan rencana manajemen perawatan,
perbaikan juga pembelian, supaya rapi. Kalau tidak, kadang perkara engsel pintu
rusak saja sampai berbulan-bulan tak kunjung beres gara-gara kelupaan.
7. Departemen Urusan Domestik
Urusan masak, beberes, cuci gosok
masuk di sini. Ini tugas berat yang monoton dan menghabiskn banyak waktu bunda.
Agar tidak stress menjalaninya, bunda perlu kreatifitas dan butuh ilmu untuk
mengefektifkan pekerjaan sehingga pekerjaan ini bisa hemat waktu dan tenaga,
supaya bisa disimpan tenaga bunda untuk dept. lain yg lebih penting.
8. Departemen Humas
Yaitu peran dan keaktifan yang bunda
mainkan di luar rumah, akan memberi dampak positif pada anak, namun tetap ada
batasan-batasan syar'i yang harus dipatuhi, sehingga tugas humas ini tidak
mengganggu tugas utama yang lain.
NO GADGET FOR KIDS!
Salah satu point yang disampaikan
Irawati dalam kajiannya, adalah tentang bahaya gadget terhadap anak. Ia menilai
sebaiknya anak tidak diberi fasilitas gadget dan akses internet. Buatlah proyek
di rumah se-kreatif mungkin agar anak tak fokus pada gegap gempita gadget di
zaman sekarang ini. Orangtua dalam hal ini dituntut untuk kreatif, yakni
mengalihkan kebiasaan sang buah hati bermain di depan layar kaca dengan membuat
permainan yang disukai anak. Ajak bernyanyi dan main petak umpet, misalnya.
Pokoknya, buat anak senang dan nyaman bermain bersama teman-temannya. Jangan
lupa pada momen seperti ini anak diasupi dengan permainan edukasi. Menghafal
surat-surat pendek, menebak tokoh-tokoh Islam, misalnya. Jadikan rumah sebagai
sarana pendidikan anak, tanpa gadget.
Terakhir, jauhkan gadget dari
jangkauan anak. Selain menjauhkan anak dari gadget ketika tidur, segala
aktivitas, baik orangtua, anak, dan orang di sekitar harus steril dari gadget.
Hal ini supaya sang anak, yang semula sudah enjoy dengan bermain bersama orangtua
atau teman sebaya, lupa akan gadget itu sendiri.
Mengingat banyaknya efek negatif
atau bahaya gadget bagi anak-anak, bahkan orang dewasa sekalipun jika keimanan
tidak menyertai penggunaan gadget, maka sudah menjadi keharusan bagi orangtua
untuk memproteksi anaknya terhadap ancaman tersebut. Sebagai orangtua yang baik
dan peduli terhadap unggul, menjauhkan bahaya gadget dari anak adalah sebuah
kewajiban. Bukan begitu?
JELI TERHADAP KELEBIHAN ANAK
Umumnya anak-anak kita suka jika
diberi perhatian. Terkadang jika ia tidak mendapatkannya dari orangtua
khususnya seorang ibu atau merasa kurang, maka ia akan mencari 1001 jalan untuk
mendapatkannya. Pentingnya bagi para orangtua agar tak salah dalam memberikan
perhatian, sebab perhatian dengan cara dan porsi yang salah akan membuat anak
akan semakin meminta perhatian dengan cara yang salah pula. Jangan sampai kita
hanya fokus memperhatikan hal-hal negatif pada diri anak.
Kebanyakan orangtua lebih banyak
mengingat negatifnya anak. Sedikit-sedikit dimarahi, sedikit-sedikit ditegur.
Ketika orangtua hanya melulu perhatian terhadap kesalahan anak, dan tidak
diseimbangkan dengan hal-hal positif dan kelebihan yang dimilikinya, maka
orangtua diibaratkan hanya seperti pemadam kebakaran, yang mana kalau tidak ada
api maka akan diam saja. Orangtua hanya akan menjadi sibuk dan bergerak hanya
saat anak melakukan kesalahan.
Cara yang salah dalam memberikan
perhatian hanya akan membuat anak selalu ingat bahwa ia sudah dicap sebagai
anak yang selalu negatif, karena yang direspon hanyalah kelakuan negatifnya
saja, dan anak akan berpikir; “Orangtuaku hanya mengingatku saat aku salah”,
alhasil selanjutnya ia akan senang melakukan kesalahan terus menerus.
Mengingatkan dan memperbaiki kesalahan anak itu wajib, tapi orangtua harus
mencari dan menemukan hal positif dari anak lebih banyak dari hal-hal negatif
ia dapatkan.
Cari hal positif anak
sebanyak-banyaknya, berikanlah perhatian terhadap kelebihan anak, lalu berikan
penghargaan. Meski untuk hal-hal sederhana, seperti suka tersenyum, membelai
adik, menyusun mainan, mengucap basmalah sebelum minum, dan yang lain
sebagainya, maka selanjutnya anak akan suka berbuat baik agar dapat perhatian
kita, dan tentunya dipahamkan akan ganjaran pahala dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas sekecil apapun kebaikan yang mereka lakukan.
Jangan berhenti mengaktualisasikan
dan mengembangkan diri, karena kita bunda yang hebat!
Post a Comment