Ketika Anak Beranjak Baligh



Oleh : Muhammad Abdurrahman

Islam sangat memperhatikan masalah pembinaan dan pendidikan anak. Sangat ironis jika ada orangtua yang mengabaikan pendidikan anaknya. Mereka menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada sekolah. Padahal sekolah berbasis agama saja tidak akan mampu memberi garansi, apalagi sekolah-sekolah umum yang minim sentuhan agama.

Apalagi tantangan mendidik di era modern ini. Anak zaman sekarang banyak yang baligh lebih cepat dari generasi yang sebelumnya. Banyak orangtua yang belum memberi bekal yang cukup pada anak-anaknya, sehingga ketika baligh, mereka minim bekal. Mereka kebingungan dengan apa yang terjadi pada diri mereka di masa awal baligh. Karena itu, sejak pra-baligh, anak harus mendapat bekal yang cukup.

Ajarkanlah kepada sang buah hati untuk minta izin ketika hendak masuk ke kamar orangtua. Allah telah berfirman bahwa hendaklah anak meminta ijin sebelum masuk menemui orangtua mereka.

“Dan apabila anak-anakmu telah sampai hulm (ihtilam), Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nuur [24]: 59)

Sungguh tidak mungkin Islam mengajarkan sesuatu tanpa adanya hikmah di dalamnya. Sesungguhnya orangtua adalah teladan bagi anak-anak mereka. Ketika anak memasuki kamar orangtua tanpa izin, boleh jadi mereka akan melihat kedua orangtua mereka dalam keadaan yang tidak pantas untuk mereka lihat. Anak yang melihat orangtua mereka dalam keadaan berbeda dengan keadaan sehari-hari yang mereka lihat akan berdampak kepada pekerti mereka, karena mereka melihat sesuatu yang sebenarnya belum waktunya untuk mereka pahami. Kewibawaan orangtua pun akan jatuh di mata anak.

Hendaknya setiap orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjaga pandangan dan menutup aurat sejak masih kecil. Hal tersebut lebih baik dan lebih mudah untuk membentuk kebiasaan yang baik pada diri mereka. Anak akan merekam segala hal yang berkesan dalam ingatan mereka. Makna berkesan bagi anak berarti sesuatu yang baru dan segala sesuatu yang baru akan tampak menarik di mata anak. Apabila anak melihat sesuatu yang tidak pantas atau belum waktunya mereka lihat, maka jiwanya akan terguncang dan pikirannya akan terganggu dengan apa yang dilihatnya.

Anak yang tidak dibiasakan untuk menjaga pandangannya akan melihat aurat orang lain yang tidak boleh dilihatnya, apalagi pada zaman sekarang ini begitu banyak manusia mengobral auratnya tanpa merasa malu sedikit pun. Allah telah berfirman,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat’.” (Qs. An-Nuur [24]:30)

Orangtua juga harus mengajarkan pada mereka untuk menutup aurat sejak dini. Biasakan anak kita untuk menutup aurat mereka agar tumbuh dalam jiwa si kecil perasaan malu dan kecintaan mereka terhadap hijab. Menutup aurat dapat diajarkan pada si kecil ketika shalat sebagai syarat sah shalat, kemudian biasakanlah ia memakai hijab di luar sholat sedikit demi sedikit.

Pisahkanlah tempat tidur mereka. Rasulullah adalah pendidik yang sangat cermat, sehingga tidak terluput dari perhatiannya prinsip yang sangat penting dalam membina anak-anak yang berlainan jenis. Rasulullah telah mengajarkan kepada orangtua untuk memisahkan tempat tidur anak-anak mereka. Imam Ahmad (6467) meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan sanad hasan,

“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ketika meninggalkannya apabila mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”

Pisahkanlah ranjang anak-anak ketika mereka telah mencapai usia 10 tahun. Hal ini disebabkan ketika berusia 10 tahun, syahwat mereka telah mulai berkembang dan bila tidak diatur bisa jadi mereka akan melampiaskan nafsu seksualnya pada jalan yang diharamkan oleh agama.

Orangtua juga wajib mengajari anak tentang kewajiban-kewajiban mandi dan tata cara membersihkan diri dari janabat. Tidak kalah penting dari kedua hal tersebut, hendaknya kita selalu memperingatkan mereka agar tidak terjerumus dalam perbuatan keji dan perzinaan. Wallahu a’lam.

*) Muhammad Abdurrahman, Pemerhati dunia anak
Powered by Blogger.
close