Mahasiswa yang Office Boy


Oleh : Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A.

Suatu saat saya ke kantor desa untuk urusan dengan bapak lurah. Pada waktu menunggu, saya duduk bersebelahan dengan seorang bapak setengah baya yang akan menanyakan informasi tentang program kelompok belajar paket C (setingkat SMU).

Saya tanya ke beliau, siapa yang akan mengikuti program tersebut. Ternyata keponakannya yang tujuh tahun yang lalu lulus SMP, tidak melanjutkan sekolah karena kenakalannya. Padahal orangtuanya masih mampu untuk membiayai.

Sangat disayangkan memang. Sekarang dia kesulitan untuk melamar pekerjaan karena pendidikannya hanya sampai dengan sekolah menengah pertama. Padahal banyak anak yang ingin sekolah tetapi orangtuanya tidak mampu. Bahkan saya pernah bertemu dengan seseorang yang sewaktu kecil rela menjadi kuli bangunan karena ingin tetap bisa sekolah. Anak tersebut sekarang sudah menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi yang saya visit dalam rangka untuk akreditasi di pertengahan tahun 2018 ini.

Ada hal yang menarik ketika mewawancarai para mahasiswa dan alumni bahwa hampir semua mahasiswa yang kelas sore atau malam, mereka kuliah sambil bekerja. Kebanyakan mereka bekerja dalam bidang yang ada kaitannya dengan kompetensi bidang keteknikan, seperti agen/dealer atau bengkel kendaraan bermotor, bengkel reparasi peralatan elektronik rumah tangga, bengkel las, ekspedisi di pelabuhan, dan ada yang bekerja sebagai teknisi di pabrik pengawetan ikan.

Para alumni yang hadir juga saya minta menceritakan perjalanan karir setelah lulus, untuk memotivasi yang masih kuliah. Kebanyakan mereka setelah lulus langsung dipromosikan oleh pihak manajemen perusahaan di mana mereka bekerja.

Ketika wawancara sampai ke mahasiswa yang terakhir, dia mengatakan bahwa sambil kuliah dia bekerja jadi OB, dan CS. Saya merasa asing dengan istilah itu, sepertinya saya belum mengenal istilah itu di bidang keteknikan. Setelah saya konfirmasikan lagi, ternyata OB adalah office boy, pelayan yang biasanya di perkantoran atau hotel, dan CS itu cleaning service.

Mendengar penjelasannya itu saya menjadi terharu. Bayangkan, seorang anak muda yang seharian telah bekerja keras sebagai pelayan, malamnya dia masih mengikuti kuliah di fakultas teknik. Anak muda ini telah merelakan segala macam hiburan yang seharusnya bisa dia nikmati bersama teman-temannya.

Dilihat dari sisi kompetensi sarjana teknik, maka kompetensi OB dan CS itu sangat jauh, tidak mudah dicari keterkaitannya. Berbeda dengan mereka yang bekerja di bengkel, agen atau servis kendaraan bermotor, atau pabrik pengawetan ikan.

Saya penasaran untuk mengetahui lebih lanjut, terutama tentang motivasinya. Namun saya harus hati-hati jangan sampai dia tersinggung, karena hal seperti ini mungkin akan sensitif. Saya tanyakan bagaimana dia bisa mempunyai niat kuliah di fakultas teknik. Ternyata kesempatan sekolah hanya sempat dia nikmati sampai SMP, karena dia harus bekerja membantu orangtuanya mencarai nafkah sebagai kuli bangunan, meskipun sebetulnya dia masih sangat ingin melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan (SMK). Sambil bekerja di pagi hari, sorenya dia ikut program paket C, dan dengan semangat yang dia miliki, akhirnya dia dapat menyelesaikan paket ini dengan baik.
 
Dengan bekal ijasah ini, dia diterima sebagai office boy di sebuah instansi. Keinginan kuliah muncul gara-gara pertanyaan yang diajukan oleh pimpinannya ketika dia sedang menyajikan minuman “Kamu tidak ingin melanjutkan kuliah ?”. Nampaknya pimpinan itu tahu semangat belajar pegawainya. Akhirnya si office boy melanjutkan kuliah di fakultas teknik karena lingkungan tempat bekerja banyak para sarjana tekniknya. Allah TaAla selalu memberikan jalan bagi umatnya yang telah bekerja keras. Wallahualam Bishawab.


Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A., Guru Besar Fakultas Teknik Mesin Universitas Gajah Mada, Pemimpin Umum Majalah Fahma

Powered by Blogger.
close