Salah Pilih Teman, Rugi Dunia Akhirat


Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Psi.

Nak, Allah Subhanahu Wa Taala mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih teman-teman sekaligus memberikan kriteria utama dan terbaik dalam memilih teman, karena akibatnya, dampaknya, untung ruginya bukan hanya berpengaruh pada kebaikan kehidupan kita di dunia tetapi kebaikan kehidupan di akhirat.

Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Benar dan Maha Menjelaskan Segala Sesuatu Sesuai Hakikat Kebenaran berfirman dalam  Al-Quran Surat Az-Zukhruf [43] ayat 67:
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa."

Allah yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan menghitung segala-galanya, yang zhahir dan yang batin, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang di atas dan yang di bawah, mengetahui apa yang telah berlalu, apa yang sekarang terjadi, apa yang akan terjadi dan apa yang tidak terjadi seandainya terjadi dan bagaimana terjadi, memastikan ketika Kiamat telah datang, maka teman-teman akrab ketika di dunia sebagian mereka menjadi musuh bagi yang lain sehingga putuslah tali persahabatan dan cinta kasih di antara mereka karena persahabatan dibangun di atas kemaksiatan kepada Allah Taala—dalam Tafsir As-Sadi ditegaskan bahwa persahabatan dan saling mencintai di antara mereka di dunia bukan karena Allah Taala, tetapi berteman dalam kekufuran, pendustaan, dan kemaksiatan.

Sebaliknya, tali persahabatan dan cinta kasih yang didasarkan karena Allah Taala, dengan menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, menjaga diri dari kesyirikan dan kemaksiatan, dipastikan akan kekal dan tetap bersatu karena cinta mereka abadi dan menyatu dengan keabadian cinta karena Allah Subhanahuwa Taala.

Nak, pentingnya agama sebagai kriteria utama dalam memilih teman juga ditegaskan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi waSallam,
“Seseorang itu tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa dia berteman (HR Ahmad, HR At-Tirmidzi, dan HR Abu Dawud)

Nak, kita hendaknya berteman dengan seseorang yang agama dan akhlak kita ridhai, bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara, ilmu, dan adab karena kebiasaan, tingkah laku, sikap, dan gaya hidupnya akan sangat mempengaruhi siapa kita. Teman yang demikian dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia kita. Sebaliknya, sebaiknya menjauhi teman dekat dan teman duduk yang berakhlak jelek karena menimbulkan bahaya yang nyata dan tidak bias dihindari, bagaimana pun kerasnya usaha kita untuk menjaganya.

Berteman akrab dengan orang-orang kafir, orang-orang munafik, pelaku dosa besar, dan orang-orang yang suka melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Taala, akan mendatangkan kemudharatan pada agama, dapat merusak agama dan dunia kita.

“Permisalan teman duduk yang shalih dan yang akhlaknya buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bias jadi ia memberimu minyak wangi, atau engkau membeli minyak wangi darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi ia membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang tak sedap darinya.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Jadi, agar tidak menyesal di dunia sampai di akhirat, mari kita berhati-hati ya Nak dalam memilih teman-teman akrab kita. Mari jadikan apa pun yang lebih disukai oleh Allah Taala dan Rasul-Nya lebih kita utamakan dalam mengambil keputusan memilih atau tidak memilih seseorang menjadi teman akrab kita. Memilih karena Allah Taala dan tidak memilih karena Allah Taala semata.

 “ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran sesudah Al Quran itu dating kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)||

Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Psi., Dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia
Powered by Blogger.
close