Asyiknya Berkisah
Oleh: Suhartono
Di masa kecil kita dulu, saat hendak tidur, kita sering dibacakan kisah oleh orangtua kita.
Di masa kini, kebiasaan ini sudah jarang sekali kita lihat. Banyak orangtua yang lebih suka memutarkan film melalui HP atau televisi. Padahal ada banyak manfaat di balik berkisah pada anak.
Kebanyakan anak memiliki rentang perhatian yang lebih rendah dan sulit berkonsentrasi pada sesuatu yang lama. Mereka juga berbicara lebih banyak daripada mendengarkan.
Membacakan buku cerita untuk anak memastikan bahwa mereka tidak hanya memperhatikan, tapi juga ingin mendengarkan dan mengerti.
Ketika kebiasaan mendengarkan cerita ditanam di dalam diri anak, mereka belajar untuk menjadi pendengar yang lebih baik. Ini memberi mereka pelatihan yang diperlukan untuk mendengarkan dan memahami lebih banyak, daripada berbicara.
Mendengarkan sebuah cerita membantu seorang anak membayangkan karakter, tempat, plot dan lainnya alih-alih melihatnya di media visual. Hal ini juga meningkatkan kreativitas, membuat mereka lebih imajinatif dan terbuka terhadap ide dan pemikiran bebas.
Membacakan buku cerita bisa membantu meningkatkan ingatan si kecil. Begitu kita selesai membacakan cerita, kita bisa memintanya untuk mengulang cerita yang sama setelah beberapa hari. Atau sebagai alternatif, kita juga bisa memintanya untuk bisa mengembangkan lanjutan cerita tersebut versi si kecil. Ini adalah cara yang menyenangkan untuk meningkatkan ingatannya dan mendorong konsentrasi.
Keuntungan lain dari kegiatan sederhana ini yaitu mendorong anak-anak untuk membingkai dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka dengarkan dan pelajari. Ini tidak hanya mengajarkan anak bagaimana memulai percakapan, tapi juga meminta mereka untuk berbicara dengan percaya diri.
Membacakan buku cerita ataupun mendongeng adalah seni yang membawa anak, orang tua, dan kakek-nenek mendekat secara fisik satu sama lain.
Jadi ini merupakan cara yang bagus untuk menghabiskan waktu bersama. Artinya kegiatan ini bisa membantu membangun dan memperkuat ikatan keluarga.
Bukan hanya itu, kegiatan ini juga meletakkan dasar untuk keterampilan sosial, komunikasi, dan interpersonal seumur hidup anak kita. Dari isi buku cerita, anak bisa belajar memahami konsep dengan lebih baik. Misalnya kita bisa mencoba bercerita kisah yang mengajari anak bahwa rasa sakit dan penderitaan adalah bagian dari kehidupan. Nah, cerita yang tepat dapat membantu anak untuk menghadapi suatu masalah dengan baik untuk menghadapi atau kehidupan di berbagai situasi.
Tips membacakan kisah pada anak
Mulailah kebiasaan mendongeng (membacakan cerita) sejak awal sedini mungkin bahkan sejak selagi anak masih dalam kandungan. Banyak manfaat yang akan dirasakan dari kebiasaan ini sejak masih dalam kandungan.
Untuk anak yang masih kecil (di bawah usia 3 tahun), Anda sebaiknya memilih buku cerita yang lebih banyak gambar dan warna-warna menariknya daripada teks.
Sebaiknya orangtua menguasai dongeng secara utuh atau membaca buku cerita tersebut terlebih dahulu sebelum membacakannya untuk anak agar orang tua tahu seperti apa cerita yang akan disampaikan kepada anak. Hal ini penting agar orang tua bisa memberikan penekanan-penekanan pada bagian-bagian penting yang sebaiknya diketahui anak, mana yang perlu mendapatkan variasi suara, intonasi dan sebagainya.
Bacakan cerita saat rileks atau santai bersama anak dan minimalkan gangguan yang mungkin terjadi, seperti tidak sambil memasak atau sambil menonton TV. Ini juga penting agar anak bisa belajar lebih fokus pada aktivitas yang sedang dilakukannya, mampu mencerna cerita yang disampaikan dan manfaat dongeng akan benar-benar sampai ke anak.
Mulailah mendongeng dengan cara yang indah secara kreatif. Hal ini akan membuat anak menjadi semakin tertarik untuk mendengarkan cerita yang Anda sampaikan karena pada usia anak-anak biasanya mereka memiliki rentang perhatian yang masih sedikit (pendek) sehingga menjadi mudah bosan dan beralih ke aktivitas lain.
Bila mendongeng lewat buku, orang tua bisa menggunakan aneka variasi suara disesuaikan dengan tokoh yang ada dalam dongeng. Misalnya suara besar untuk suara beruang, suara kecil untuk suara kelinci. Ikut juga menggunakan intonasi dan suara-suara yang pas dan sesuai dengan kejadian yang ada di cerita. Misalnya untuk kejadian yang menyedihkan orangtua bisa menggunakan suara yang juga agak murung dan sedih. Begitu pula sebaliknya, untuk kisah atau kejadian yang menyenangkan.
Penulis: Suhartono. Pemerhati dunia anak
Post a Comment