Optimis


Oleh : Imam Nawawi

Optimis itu seperti oksigen bagi paru-paru, sangat penting bagi kehidupan dan kesehatan tubuh.
Meski demikian, tak banyak orang mau dan berhasil hidup dengan optimis. Ada beragam fakta dan data yang mengantarkan mereka mengambil kesimpuan sebaliknya, pesimis.
Mulai tidak ada modal, tidak ada peluang, hingga akhirnya tidak ada jalan.
Padahal, di dalam hidup, kekacauan dan logika selalu berhimpitan, mencari ruang terbesar di dalam diri setiap manusia.
Beruntunglah orang yang jiwanya masih ada keimanan, sehingga logika akan selalu siap menghadapi kekacauan yang ada. Bukan disikapi dengan pesimis, tapi gairah optimisme.
Hal itulah yang dimiliki oleh seorang Nabi bernama Yusuf Alayhissalam. Masalah demi masalah mendera hidupnya sejak belia, namun semakin bertubi-tubi sebuah ujian hidup, semakin semangat ia menyalakan keimanan dalam dadanya, sehingga tak ada ruang di kepala dan hatinya, selain daripada optimisme.
Jadi, jika kaum Muslimin hari ini dilanda masalah, sedangkan Al-Qur’an, Hadits, dan bimbingan ulama tersedia di sisinya, apalagi yang harus membuat diri kita tidak optimis?
Di sinilah, penekanan Al-Qur’an agar kita senantiasa berpikir, wajib benar-benar kita pahami dan laksanakan.
Jalaluddin Rumi menulis indah perihal optimisme.
Saat kau lewati masa sulit
Saat kau pikir tak bisa lanjut
Semenit lagi pun
Jangan menyerah
Ini justru saatya
Keadaan kan berbalik
Meminjam kesan Fahri Hamzah terhadap KH. Abdullah Said kala Ngopi Bareng di arena Silatnas (24/11), “Bagi beliau tidak ada ruang sama sekali bagi pesimisme. Ini yang saya tangkap dari sosok beliau yang membangun Hidayatullah di Gunung Tembak ini,”
Imam Nawawi
Bogor, 3 Rabiul Akhir 1440 H
Powered by Blogger.
close