Manajemen Pembelajaran Berbasis Tauhid, Melahirkan Kecerdasan Qur’ani
Oleh : Usman
Wakimin, M.Pd.
Memahami manajemen menjadi hal yang sangat penting
bagi semua guru. Manajemen tidak hanya dibutuhkan untuk mengelola sekolah, akan
tetapi juga dalam mengelola sebuah pembelajaran. Diperlukannya manajemen dalam
pembelajaran agar fungsi pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efesien.
Pembelajaran merupakan sesuatu konsep yang bisa
berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan berkaitan dengan
kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas
sumber daya manusia. Dengan demikian, pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan
sekolah yakni kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap
komponen-komponen yang berkait dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai
tambahan standar yang berlaku.
Pengelolaan pembelajaran adalah suatu upaya untuk
mengatur (mengelola dan mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk mensukseskan tujuan
pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang
diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian.
Penilaian tersebut pada akhirnya akan dapat dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan
pembelajaran lebih lanjut (Rohani, 2004: 1).
Tauhid secara terminologis berarti pengakuan
terhadap Allah, secara metafisis dan aksiologis tauhid menduduki posisi yang
tertinggi (Achmadi, 2010 : 86). Formulasi tauhid yang paling singkat sekaligus
sangat tegas adalah kalimat thayyibah : “La ilaha ilallah” yang berarti
tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Kalimat tersebut merupakan
penegas dan pembebas bagi manusia dari perbuatan yang menyekutukan Allah.
Manajemen pembelajaran berbasis tauhid merupakan
sebuah pengelolaan pembelajaran yang mampu mengarahkan peserta didik agar semakin
meningkatkan keyakinannya dalam beragama Islam. Mengajar pelajaran apapun
adalah dalam rangka mengenalkan kebesaran Allah, sehingga tuntutan dalam
pembelajaran tauhid adalah diperlukan sosok-sosok pendidik yang memiliki
semangat dalam mengajarkan Islam. Hasil dari pembelajaran tauhid adalah
lahirnya kecerdasan Qur’ani.
Kecerdasan ini hanya didapatkan dari proses
kesadaran diri (self Conciousnes), pengembangan diri (self development) dan kesadaran berbagi (self contribution). Kalau kecerdasan IQ, EQ,
SQ atau multiple intelegent bisa diukur,
bagaimana dengan kecerdasan Qur’ani? Kecerdasan
Qur’ani dapat diukur dengan pertanyaan sejauh mana tingkat kesabaran dan
kesyukurannya? Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan bahwa sesungguhnya
orang-orang mukmin itu ketika diberikan kebaikan ia
bersyukur dan jika diberi ujian ia bersabar.
Subhanallah, kalau
kita bisa melahirkan anak didik yang memiliki dua karakter ini sungguh kita
menjadi sosok pendidik yang memiliki visi sukses hakiki dan pantas diberi
hadiah surga. Sungguh sedih rasanya di setiap penghujung tahun ajaran baru kita
membaca berita kasus bunuh diri terhadap anak didik yang disebabkan karena
faktor tidak lulus atau belum bayar SPP. Betapa rapuhnya mental anak didik kita
kemudian mengambil jalan penyelesaian dengan cara pintas/bunuh
diri. Maka sudah selayaknya kita selaku pendidik mengevaluasi diri, bagaimana
proses pembelajaran yang diberikan kepada anak didik kita? Apakah
hanya sekedar transfer ilmu saja atau kita telah membangun mental anak didik
kita agar memiliki kekuatan mental untuk menghadapi ujian apapun. Di sinilah
pentingnya kecerdasan Qur’ani mulai ditumbuhkan di semua level pendidikan kita.
Wallahu a’lam.
Usman Wakimin,
M.Pd., Pendidik
SDIT Lukman al Hakim, Kudus, Jawa Tengah
Post a Comment