Melibatkan Allah dalam Pengasuhan Anak
Oleh : Rika
Kadarwati
Suatu ketika, saya pernah bertanya kepada seseorang tentang
doa apa yang sering dia panjatkan kepada
Tuhan untuk anak-anaknya. Jawabannya sungguh di luar dugaan dan membuat saya
terhenyak. Dia berkata,“Aku pikir aku tidak
perlu mendoakan anak-anak, karena mereka semuanya akan baik-baik saja“. Pertanyaan
tersebut saya ajukan tigabelas tahun yang lalu, tepat setelah kelahiran anak saya yang pertama.
Tapi, tahukah Anda apa yang terjadi kemudian pada
keluarga orang tersebut? Bagaimana keadaan anak-anaknya setelah mereka beranjak
dewasa dan ada yang sudah berkeluarga? Beberapa waktu yang lalu saya bertemu
kembali dengan orang tersebut dan bercerita bahwa dia merasa seperti tidak mempunyai
anak dan merasa heran dengan anak-anaknya. Dia merasa anak-anaknya cenderung
cuek, kasar, dan tidak sopan. Di kala sakit tidak ada elusan sayang dari
anak-anaknya. Di kala ada masalah, tidak ada kepedulian dari mereka untuk ikut
menyelesaikan masalah. Yang pernah terjadi malah komentar negatif dari anak, “Bukan ibu saja yang punya masalah, aku juga punya. Ibu selesaikan saja
sendiri!”
Tanpa bermaksud menyederhanakan permasalahan, kejadian tersebut
setidaknya mengingatkan kita sebagai orangtua untuk senantiasa melibatkan Allah
dalam setiap usaha mengasuh anak menjadi anak yang shalih, berakhlak mulia, dan berprestasi. Senantiasa melibatkan Allah
dalam memulai, menjalani, dan mengakhiri kegiatan pengasuhan anak
setiap harinya.
Kebutuhan untuk senantiasa melibatkan Allah dalam setiap
kegiatan pengasuhan tumbuh karena kesadaran bahwa anak adalah karunia sekaligus
amanah dari Tuhan dan tidak semua pasangan suami istri yang menikah diberikan
kepercayaan tersebut. Tentu saja, ada
amanah, ada evaluasi. Amanah tersebut kelak akan dipertanyakan dan dimintai
pertanggungjawabannya, apakah dalam memperlakukan anak sudah sesuai sebagaimana
yang dikehendaki-Nya atau tidak.
Melibatkan Allah dalam setiap
kegiatan pengasuhan berarti menjadikan kegiatan pengasuhan sebagai bentuk
penghambaan untuk mendapatkan keridhaan dan kecintaan Allah. Ketika keridhaan
dan kecintaan Allah menjadi tujuan utama dari
setiap usaha yang kita lakukan dalam membantu anak-anak kita berbakti
kepada-Nya, maka kesulitan dan kerepotan yang kita temui dalam mengasuh anak
tidak akan membuat kita surut dari bersungguh-sungguh mempersembahkan
pengasuhan yang terbaik. Kesulitan dan kerepotan yang dialami tidak akan
membuat kita menderita dan sengsara karena kita meyakini sepenuhnya Allah selalu
memberi yang terbaik bagi setiap hamba-Nya dan tidak pernah memberi beban di
luar kesanggupan kita untuk menyelesaikannya.
Melibatkan Allah dalam kegiatan pengasuhan menjadikan
orangtua terjaga dari perasaan dan pikiran bangga yang berlebihan ketika
mendapati kesuksesan anak-anaknya, karena menyadari sepenuhnya bahwa setiap
kebaikan yang dilakukannya sungguh merupakan karunia Allah semata. Kesadaran
bahwa Allah Maha Menyangi orang beriman membuat orangtua akan meletakkan kesulitan
yang ditemui dalam pengasuhan sebagai jalan untuk mendapatkan karunia dan
anugerah yang akan datang sesudahnya,
mensikapinya dengan bersabar karena orang-orang yang bersabar akan
disempurnakan balasannya tanpa hisab, membuatnya sebagai hamba yang senantiasa
dibersamai dan dicintai-Nya.
Melibatkan Allah dalam setiap kegiatan pengasuhan berarti
menyerahkan kendali kepada Allah dan
bersandar kepada-Nya dalam seluruh usaha yang sudah dilakukan dalam mendidik
agar menjadi anak yang berakhlak mulia. Terus menerus memohon pertolongan dan
bantuan Allah dalam usaha memperbaiki dan mendidik anak, senantiasa menginginkan anak-anaknya berada
dalam kebaikan, dalam perlindungan, dan dibarakahi Allah.
Rika Kadarwati, Ibu tiga anak,
tinggal di Sleman
Post a Comment