Bagaimana Mungkin Kita Bangga?
Oleh: Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.
Sungguh sangat memprihatinkan menyaksikan masyarakat yang mayoritas beragama Islam senantiasa meniru Barat dalam segala hal, baik dalam ucapan maupun tindakan, aktivitas, dan sikap, tradisi dan pakaian, karena meyakini Barat merupakan sumber kebudayaan, pusat peradaban, dan jalan menuju kebangkitan.
Kehormatan dan kesucian wanita telah digantikan dengan keterbukaan dan perhiasan, sehingga kaum wanita membuka diri, telanjang, dan membuka aibnya.
Mereka menganggap kekejian dan keterbukaan (telanjang) sebagai mode yang lagi nge-trend, padahal Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam menegaskan, ”Wanita manapun yang melepaskan bajunya (menyingkapkan bajunya di hadapan orang asing, tidak menutupi auratnya) selain di rumah suaminya, maka sungguh ia telah membukan aib antara dirinya dan Allah Azza wa Jalla (Allah telah menurunkan pakaian untuk menutupi tubuhnya, yaitu pakaian ketakwaan, tidak menjaga pandangan, dan menghianati suaminya).”
Mode yang hina tersebut telah menjadikan kaum wanita menyerupai kaum lelaki, dan kaum lelaki menyerupai kaum wanita, padahal Rasul-Nya bersabda, “Allah melaknat kaum wanita yang menyerupai kaum lelaki, dan kaum lelaki yang menyerupai kaum wanita (penyerupaan dalam berpakaian, berjalan, atau ucapan).”
Nak, Allah Subhanahu wa Taala melarang kita meniru kaum kafir karena Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kita untuk memohon kepada Allah di waktu siang dan malam sebanyak 17 kali supaya diberi petunjuk kepada jalan yang lurus,
“Yaitu jalan orang-orang yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat ” (QS Al-Fatihah:7)—padahal Rasul-Nya menjelaskan, “Kaum Yahudi merupakan kaum yang dimurkai, sedangkan Kaum Nasrani merupakan kaum yang sesat.”
Bagaimana bisa kita merasa biasa saja, nyaman, bahkan mungkin bangga bisa menyerupai kaum kafir padahal mereka dimurkai dan dinyatakan sesat, mereka akan jadi kayu bakar neraka jahanam?
Nak, Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengingatkan kita untuk tidak menyerupai kaum kafir karena “Sungguh kalian akan menjalankan tradisi kaum sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai seandainya salah seorang dari mereka masuk ke sarang biawak pun, niscaya kalian akan memasukinya. Sampai seandainya salah seorang dari mereka menggauli ibunya sendiri di tengah jalan pun, niscaya kalian akan mengerjakannya pula” dan pada akhirnya kita akan dihukumi sama seperti kaum kafir, dianggap termasuk golongan kaum kafir,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum itu. Apabila pakaian menyerupai pakaian suatu kaum, maka akhlak pun akan menyerupai akhlak kaum tersebut—niscaya hatinya pun ikuti menyerupai hati kaum tersebut”, “Barangsiapa yang membuat perayaan dan festivalnya menyerupai Akhli Kitab, kemudian ia tetap dalam kondisi demikian sampai meninggal dunia—tidak bertaubat—maka ia akan dihimpun bersama Akhli Kitab itu pada Hari Kiamat.”
Nak, homoseksual atau lesbi merupakan warisan dari kaum Luth, mengambil kelebihan takaran di luar hak yang seharusnya dan menguranginya saat menjualnya merupakan warisan kaum Syuaib, berlaku sombong di muka bumi adalah warisan kaum Firaun, angkuh dan takabbur adalah warisan kaum Hud.
Jadi, siapa pun yang memiliki sikap seperti demikian, maka ia termasuk golongan mereka, kaum yang telah Allah musnahkan. Maka, jangan meniru mereka, Nak!||
Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi., Dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia
Post a Comment