Tak Ada Kata Berhenti Belajar Walau Dikejar Ajal

Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Namanya Arata Isozaki. Usianya sudah cukup tua ketika mendapat medali perunggu Pritzker Architecture Prize, penghargaan tertinggi bidang arsitektur. Di usia 87 tahun, Isozaki terbang ke Perancis untuk menerima penghargaan tersebut di Château de Versailles (Istana Versailles).

Isozaki memang bukan penerima medali emas. Tetapi ada yang istimewa dari sosok kakek yang telah bekerja sebagai arsitek selama lebih dari 6 dasawarsa ini. Isozaki yang memulai karier sebagai arsitek lokal di Jepang ini memiliki kegairahan belajar yang luar biasa dan terus-menerus meningkatkan kapasitas dirinya sehingga, sebagaimana dikatakan oleh dewan juri, karya arsitektur Isozaki melampaui zamannya. 


Kakek yang telah mendesain 100 bangunan penting di seluruh dunia ini disebut-sebut memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah dan teori arsitektur, dan mencapai derajat avant-garde." Apa yang istimewa dari Arata Isozaki? Pembelajar yang tak pernah hanya meniru status quo dan tidak berhenti pada pencapaian terbaik yang sudah ia raih. Tetapi Isozaki terus melakukan pencarian untuk arsitektur yang bermakna. Ini tercermin dari berbagai karya arsitekturnya yang sekaligus menabrak kategorisasi gaya arsitektur.

Sebagaimana dinukil oleh Al-Jazeera, Martha Thorne, direktur eksekutif Pritzker Architecture Prize mengatakan, "Isozaki selalu mencari makna yang mendasari arsitektur atau tempat arsitektur dalam sejarah, budaya dan teori dan itu cukup unik."

Sebuah pelajaran, tak ada kata berhenti untuk berbenah dan belajar meski sudah dikejar ajal.



Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku
Sumber : IG Mohammad Fauzil Adhim
Powered by Blogger.
close