Agama Para Kakek
Agama
seseorang bergantung dengan agama temannya. Seseorang yang bergaul dengan
tukang pandai besi, maka sedikit atau banyak dia akan terkena percikan api dari
si tukang besi. Seseorang yang bergaul dengan tukang minyak wangi, maka sedikit
atau banyak dia akan terkena wanginya minyak. Begitulah yang digambarkan
Rasulullah akan sebuah pertemanan.
Teman
memang sedikit banyak akan mempengaruhi pola pikir kita. Ketika kita punya
teman yang hobinya merokok, lama kelamaaan kalau bukan kita yang mempengaruhi
dia tidak merokok, maka kita yang terpengaruh untuk merokok. Kalau kita punya
teman yang hobinya mabok, kalau bukan teman kita yang terpengaruh tidak mabok,
maka kitalah yang akan terpengaruh untuk jadi pemabok. Kalau kita punya teman
yang rajin menabung, rajin ibadah, rajin beramal, rajin berorganisasi, maka
kalau bukan kita yang akan mengubah kebiasaan mereka, kitalah yang diubah
menjadi seperti mereka.
Nah,
kalau teman baik, tentulah dampaknya akan baik-baik saja. Hal ini tidak menjadi
masalah buat orangtua, guru, atau masyarakat. Yang menjadi masalah adalah saat
berteman dengan manusia yang berakhlak buruk. Virus keburukkan ini sangat cepat
menyebar menguasai diri manusia, tidak memerlukan waktu lama. Sangat jauh
berbeda dengan virus kebaikkan, yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
menguasainya. Sebagai contoh, rata-rata yang shalat subuh berjamaah di masjid
bagi kaum adam adalah para kakek-kakek, jarang ada jamaah anak-anak dan kaum
remaja yang istikomah shalat di masjid. Mengapa? Karena para kakek-kakek tadi,
minimal sudah ingin banyak berbuat baik di usia senjanya. Setelah, mungkin,
sekali lagi mungkin, mereka dulu saaa masih perkasa banyak berbuat buruk. Naah,
untuk bisa berbuat baik mereka butuh waktu yang sangat lama, harus menunggu
jadi kakek-kakek. Bagaimana kalau umur kita tidak sampai kakek-kakek?
Oleh
sebab itu, ada baiknya para anak, remaja, pemuda untuk belajar agama layaknya
kakek-kakek. Penulis yakin, para kakek-kakek itu sangat ikhlas menjalankan
ibadah mereka. Cobalah bertanya ke kakek kita, jam berepa mereka bangun? Tentu
mereka akan menjawab jam 03.00 rata-rata mereka sudah bangun, dan setelah itu
mereka tidak bisa tidur kembali. Kalau bangun terus ngapain Kek? Saya ambil
wudhu lalu shalat malam sampai bedug subuh. Naaah, itulah agama para kakek.
Mereka menjalankan rutin, istikomah setiap hari. Berbeda dengan anak-anak,
remaja, atau orang dewasa yang masil labil, kadang shalat malam, eh kadang
bangun siang. Kadang banyak berbuat maksiat, eh di kala sadar berbuat baik.
Mari
beragama layaknya para kakek, yang dalam orientasi mereka sudah akhirat dan
akhirat, bukan dunia dan dunia. Untuk mencapai hal ini tentu diajarkan dari
sekarang, diajarkan oleh orangtua di rumah, para guru di sekolah, dan
masyarakat dalam lingkungan mereka.
Wallahu
a’lam bishawab, dan Allahlah yang tahu kebenaran
Tuswan
Reksameja, Redaktur Majalah Fahma
Post a Comment