Menjaga Isi Perut



Oleh : Ust. Abdurrahman Muhammad

~Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim itu sebanarnya mereka memasukkan api ke dalam perut mereka, dan mereka akan masuk ke dalam neraka sa’ir~ (Q.S. An-Nisaa [4] : 10)

Sebagai aktivitas dakwah yang otomatis ahli ibadah, menjaga perut merupakan urusan yang sangat penting. Bagaimana tidak, gara-gara perut ini banyak orang yang tumbang di dunia dan di akhirat. Yang dulunya aktifis, karena urusan memenuhi isi perut akhirnya pensiun sebelum waktunya. Gara-gara perut, banyak juga yang akhirnya berurusan dengan pihak berwajib.

Ukuran perut manusia memang kecil, tapi kapasitasnya sangat besar. Dunia dan isinya bisa dilahapnya. Bahkan bagi mereka yang sudah terkena penyakit thama’ atau serakah, seluruh dunia tidak akan pernah mengenyangkannya. Tidak pernah ada puas-puasnya.

Bagi aktifis dakwah yang ahli ibadah, menjaga perut tidak sekadar menghindari dari makan dan minum yang haram, tapi juga menjaga agar tidak boros dan berbuat sia-sia. Terhadap yang halal saja harus hati-hati, apalagi sampai jatuh pada yang haram.

Makanan yang haram atau subhat, sedikit atau banyak akan menjadi penghalang kita untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Ketika kita malas beribadah dan enggan berbuat kebaikan, segera periksa diri, jangan-jangan ada makanan atau minuman haram yang masuk dalam perut kita. Ketika baca Al-Qur’an sebentar saja sudah mengantuk, periksa sekali lagi makanan kita.

Lebih jauh lagi, harta yang haram, baik zatnya maupun cara memperlolehnya akan mendatangkan amarah Allah Ta’ala. Pelakunya diancam dengan neraka. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mengingatkan dengan peringatan yang keras.

Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu niscaya kamu menjadi orang yang terkabul doanya. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada dalam genggamanNYA, sesungguhnya seseorang yang memasukkan sesuap makanan yang haram dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari makanan haram, maka api neraka lebih berhak atasnya.” H.R. Ath-Thabrani.

Para aktifis dakwah dan ahli ibadah tentu sangat merindukan pertemuan dengan Allah Ta’ala. Namun bagi mereka yang makanan dan minumannya haram akan ditolak menghadap Allah. Logikanya sederhana, orang yang sedang junub atau yang sedang berhadats saja dilarang untuk tinggal di dalam masjid dan membaca Al-Qur’an, lalau bagaimana dengan orang yang berlumuran barang haram dan syubhat? Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah itu suci. Dia tidak menerima kecuali yang bersih saja.” HR Muslim.

Jika akibat makan dan minum yang haram serta syubhat seperti itu, lalu bagaimana dampak yang ditimbulkan dan minum yang berlebihan? Yang bisa langsung dirasakan adalah hati menjadi keras. Orang-orang yang berlebihan dalam akan dan minum cenderung memandang remeh Tuhan. Telinga ingin mendengarkan hal-hal yang tidak berguna. Demikian juga mata, tangan, kaki, dan mulutnya.

Wallahu a’lam.

Ust. Abdurrahman Muhammad, Pimpinan Umum Hidayatullah
Foto Budi CCLINE
Powered by Blogger.
close