Anak Murid vs Anak Kandung
Oleh : Fitra
Wilis Masril
Saat
ngajarin calistung pada murid (6tahunan) yang belajar privat sama aku :
"Adek...bu
Fitra udah datang, ayo salim, mulai belajar," kata mba pengasuh. Si adek
datang, membawa punggung tanganku ke hidungnya. Lalu kami ngobrol ringan
sebentar.
"Yuuk
mulai dengan doa. Baca Alfatihah ya," kataku.
Dia nurut.
"Menulis
dulu, lalu berhitung, lalu bu Fitra akan bacakan buku cerita bagus, terakhir
baru nanti Adek yang baca sendiri," kataku lagi
Dia nurut.
"Coba
tulis 'buah mangga'..."
Dia nurut.
Aku koreksi. Dia udah bisa menulis lengkap, gak ada huruf yang tertinggal.
Diktenya udah bagus,
"Bagus
banget... pinter, sekarang coba hurufnya dikecilkan yaa....jangan besar-besar.
Jangan melebihi satu baris. Kayak gini nih....nggak menyentuh garis," aku
memberi contoh.
Dia nurut.
Aku koreksi lagi.
"Makin
bagus.... dikasih jarak dikit ya Dek antara kata 'buah' dan 'mangga'.... coba
di hapus dulu kata 'mangga' dan bikin berjarak yaa..."
Dia nurut.
"Nah...iya
kayak gini. Sekarang bikin 5 baris ya, biar terbiasa. Hurufnya jangan
besar-besar, jangan menyentuh baris, dan kasih jarak antar kata,"
Dia nurut.
Lalu
berhitung. Beberapa keliru. Kuajarkan prinsip berhitung yang memudahkan. Dia
paham.
"bu
Fitra bacakan buku cerita ya...Adek mau buku yang mana?" Tanyaku. Matanya
berbinar, memilih-milih buku. Lalu menjatuhkan pilihan pada salah satunya. Buku
yang bercerita tentang binatang onta.
Aku mulai
membaca, dia mendekat. Kepalanya menempel di lenganku. Menyimak dengan seksama.
Kutanyakan
ulang apa yang tadi kubacakan.
"Onta
sekali minum bisa abis berapa liter Dek?" Tanyaku
"100
liter, bisa abis dalam 15 menit"
"Onta
bisa tahan gak minum berapa lama?"
"2
minggu..tapi sekalinya minum banyaaaaak," jawabnya antusias.
"Bibir
onta seperti apa?"
"Seperti
bahan karet, biar gak perih kalo ontanya makan tumbuhan berduri,"
"Pinter
banget murid bu Fitra..." pujiku. Dia tertawa senang. Kami ber 'toss' ria.
Lalu dia
membaca. Tersendat-sendat. Tapi nurut setiap kukoreksi. Mau disuruh ulang
bagian yang belum lancar.
Lalu aku
pamit pulang setelah sebelumnya kami minum teh dan makan cemilan bersama. Dia
melambaikan tangan. "Sampai ketemu minggu depan bu Fitra," katanya
mencium punggung tanganku.
Maminya,
-temenku- selaluuuuuu bilang "tuh kan, kalo sama bu Fitra atau sama guru
manapun, dia mau belajar, kalo sama maminya, subhanallah....banyaaaaaak aja
ngelesnya,"
Aku
tertawa mengingat itu. Karena aku pun mengalami hal yang sama.
☘☘☘
Sekarang,
saatnya ngajarin anak kandung sendiri. Umurnya sama nih sama muridku. Sekitar
6tahunan, menjelang 7 tahun.
"Adek...yukk
belajar, baca Alfatihah dulu," kataku
"Aku
udah baca...." jawabnya cepat.
"Kapan?
Mama gak denger?"
"Aku
baca dalam hati,"
"Ya
udah ulang lagi yaa...Mama mau denger,"
"Nggak
mau...aku pegel,"
(Sabarrr....)
"Coba
tulis 'buah mangga' sekarang," lanjutku
"Aku
maunya berhitung dulu," jawabnya. "Tapi gak mau banyak-banyak
yaa...satu aja," lanjutnya lagi.
Kukasih
soal hitungan. Mengikuti moodnya dia.
"5+8....kan
Mama udah tau, kok Mama nanya lagi," dia gak mau menjawab. Hanya
mencoret-coret buku.
"Kan
Adek maunya berhitung dulu," jawabku
"13...aku
udah tau,"
"Iya,
ditulis jawabannya,"
"Tapi
ada syarat...nanti aku jajan es milo," negonya.
"Atau
aku jajan susu nasional," lanjutnya lagi
"Atau
Mama kasih aku 2 ribu," berlanjut.
"sekarang
tulis dulu jawabannya, nanti baru kita ngobrol," jawabku
"Mama
nih...apa-apa nulis. Apa-apa baca. Kan aku capek,"
"Capek
apa sih Dek? Dari tadi adek main terus, gak mau baca kalo gak Mama suruh, ayo
nulis," jawabku
Dan dia
keliru menulis angka 3. Kebalik ngadepnya
"Angka
3 itu ngadepnya gak gitu Dek...it huruf 'ain," koreksiku
"Gak
apa-apa...nanti bu guru di sekolah juga tau kalo ini angka 3" ngelesnya
"Benerin
dulu" perintahku
"Aku
pegel banget Mama....aku mau main....aku ngantuk....aku mau jajan dulu....tapi
mama bikinin sirup pake es batu ya....tapi mama kasih aku 2 ribu yaa....tapi
nanti aku boleh main ujan yaa.....bla...bla...."
Subhanallah.
Ngebenerin nulis angka 3 yang salah aja urusannya bisa sepanjang
ini....(sabaaaaar....sabaaaaaaaarrrr 😌😌)
"Sekarang
mama bacakan buku,"kataku
"Aku
mau dibacakan 10 buku," katanya
"Nggak
mau. Mama pegel,"
"Tuh
kaaan...Mama boleh pegel, giliran aku gak boleh pegel,"
"Mama
bacakan 1 buku, nanti Adek baca sendiri buku yang lain"
"Ya
udah Mama bacain 7 buku aja..."
(Sabaaar...sabaaaaaaar...sabaaaaaaaar)
Kutanyakan
ulang apa yang udah kubacakan.
"Kenapa
mata onta gak kelilipan kemasukan pasir meskipun dia tinggal di padang pasir
dan anginnya bertiup kencang?" Tanyaku
Dia diam.
"Adek,
jawabbbb!"
"Aku
udah jawab, dalam hati,"
😲😲😲ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤ðŸ™ƒðŸ™ƒðŸ™ƒ
(Sabar...sabaaaaaar.....)
"Kenapa
kaki onta nggak ngejeblos masuk ke pasir saat berjalan padahal badan onta
besar? Gak boleh dijawab dalam hati," tegasku
"Aku
tau...."
"Iya
kenapa, katanya tau. Coba jawab,"
"Mama
nih kepo..."
"Kalo
nggak menjawab, mama nggak mau bacakan buku lagi," ancamku
"Aku
jawab, kasih 2 ribu yaa"
"Nggak!"
"Aku
jawab besok aja kalo gitu, "
"Jawab
sekarang...gak boleh main kalo belum menjawab" ancamku.
"Karena
kaki onta ada bantalan empuk kayak bantal. Ya kan? Aku tau kan?" Akhirnya
dia menjawab juga.
"Pinteeeer
anak Mama.." pujiku. "Sekarang Adek lanjutin membaca sendiri
yaa..." kataku lagi
"Lhaa.....kata
Mama aku udah pinter....berarti gak usah baca lagi.... sekarang aku mau main
dulu..."
"Kan
adek belum membaca sendiri....baca dulu biar makin lancar..."
"Lancar..emangnya
jalanan, ada lancar ada macet..." jawabnya
"Baca
yang ini yaaa..." kusodorkan buku berhuruf besar-besar yang mudah dibaca.
"Nggak
mau....aku capek...aku mau main...aku pegel..."
"Adek
kalo suruh baca swlalu bilang capek, pegel, giliran main sampai sore gak pegel,
gak capek," suaraku meninggi
"Mama
jangan marah-marah..... orang marah-marah itu temannya setan...."
😲😲😲😲😌😌😌😲😲
"Eh
ada susu nasional..." katanya, ada musik khusus penanda dari abang yang
jualan. "Bentar ya Ma....aku jajan susu nasional dulu, pake duit THR aku
sendiri....Mama tidur aja dulu biar gak marah-marah," katanya lagi
Aduhai
pemirsa.....sungguh...ngajarin anak kandung sendiri itu bikin laper....aku
pengen makan mie ayam........ dua mangkok....., yang pedeeeees
By Fitra
Wilis Masril
Menulis
untuk mengabadikan kenangan, semogaaaaaa di hari tua nanti, di sebuah pagi yang
hangat, aku yang udah tua dan Brahma yang udah dewasa bisa tertawa bersama
mengenang kenangan ini semua. Aamiin
Post a Comment