Menerima yang Tidak Mudah
Oleh : Imam Nawawi
Menerima ternyata bukan perkara mudah. Kecuali yang umum dilakukan oleh banyak orang setiap bulan, yakni menerima gaji, menerima hadiah, atau menerima apapun yang menyenangkan.
Menerima yang sulit di sini adalah menerima ketentuan Allah berupa hal-hal yang mengharuskan diri manusia bersabar.
Seperti menerima rasa sakit dengan ikhlas. Jelas ini tidak mudah. Jangankan manusia awam, orang terdidik pun tidak banyak yang bisa lolos.
Terlebih kala harus menerima cacian, padahal diri sedang mengajak manusia ke jalan kebenaran, jelas lebih butuh jiwa besar dan iman yang tidak kacangan.
Hal demikian juga dialami oleh Rasulullah.
فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَىٰ إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَنْ يَقُولُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ جَاءَ مَعَهُ مَلَكٌ ۚ إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu.” (QS. Hud [11]: 12).
Menerima sekali lagi memang tidak semuanya mudah.
Dalam konteks sejarah, kita bisa bayangkan betapa beratnya seorang ibu merelakan anaknya dihanyutkan ke sungai. Tetapi itu harus dilakukan, karena ia sudah menerima perintah Allah. Itulah ibunda Nabi Musa ‘alaihissalam.
Hal berat juga harus diterima oleh Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Dirinya cerdas, rupawan, dan kesayangan seorang ayah yang luar biasa tetapi mesti menerima kenyataan dibuang, dijual, dan dipenjara.
Jadi, menerima hal yang tidak mudah itu harus kita jalani dan alami dalam perjalanan episode kehidupan fana ini. Meski demikian, jangan pernah bersedih hati jika ada keharusan menerima yang tidak kita sukai, sebab boleh jadi itu adalah kebaikan yang tepat untuk kita sendiri.
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).
Kemudian, kita harus sadar, memahami, dan meyakini bahwa apa pun yang Allah tetapkan adalah baik, betapa pun itu tidak mudah kita jalani.
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memelihara hamba-Nya yang beriman dari kesenangan dunia, karena Dia mencintainya, seperti manusia yang menjaga beberapa jenis makanan dan minuman karena takut akan menimbulkan penyakit.” (HR. Imam Ahmad dan Hakim dari Abu Sa’id).*
Sukabumi, 8 Syawal 1440 H
Imam Nawawi
Imam Nawawi
Post a Comment