Surat Dari Seorang Ayah Untuk Para Ayah
Oleh : Jamil Azzaini
Assalamu’alaikum wr. wb.
Para ayah,
perkenalkan saya Jamil Azzaini, seorang pebisnis sekaligus trainer atau
inspirator. Saya seorang ayah yang memiliki 5 orang anak dari istri saya dan 52
orang anak asuh dari berbagai latar belakang. Usia mereka berkisar antara 16
hingga 27 tahun.
Menurut saya,
keberhasilan kita bekerja atau berbisnis sangat dipengaruhi juga oleh kondisi
dan masalah yang dihadapi anak-anak kita. Termasuk keberhasilan mereka sangat
dipengaruhi bagaimana kita sebagai ayah memperlakukan mereka.
Saya pernah
membuat anak-anak saya stres, terluka dan sakit hati sehingga membuat mereka
ingin lari dari rumah bahkan ada yang terpikir untuk bunuh diri. Padahal ketika
itu saya merasa sudah menjadi orang tua yang baik.
Ya, saya
sudah merasa menjadi orang tua yang baik karena sudah memilihkan sekolah
terbaik untuk mereka, menyediakan waktu untuk mereka, membantu mereka menemukan
potensi dirinya, mendampingi mereka saat menyusun mimpi-mimpi mereka dan
mendukung mereka mewujudkan mimpi-mimpinya serta menyediakan berbagai fasilitas
yang memadai untuk mereka. Saya juga sering bermain bersama mereka, pergi
bersama, berdoa bersama dan menemani mereka.
Ternyata itu
tidak cukup, mereka masih stres, mereka masih terluka, terkadang demotivasi dan
terkadang merasa dituduh tidak taat dan tidak hormat kepada orang tua. Mereka
sering tertekan karena merasa bersalah tidak bisa membahagiakan orang tua.
Bersyukur kebiasaan di
keluarga kami saling terbuka untuk berbicara, saya sadar untuk terus belajar
menjadi orang tua. Dan dari pengalaman dan pembelajaran itu saya sadar bahwa
saya pernah melakukan kesalahan besar sebagai orang tua. Dan pengalaman itu
saya bagikan melalui tulisan ini untuk para ayah dengan harapan menginspirasi
dan putra-putri Anda tidak stres dan terluka sebagaimana yang pernah dialami
anak saya.
Para ayah, ternyata yang
paling membuat anak-anak stres adalah karena ada perbedaan persepsi, maksud dan
pemahaman antara seorang ayah dan anak.
Contoh,
pengertian “minta izin” antara ayah dan anak bisa berbeda. Bagi seorang anak,
memberi tahu melalui whatsapp bahwa ia pergi keluar kota sudah merupakan izin.
Sementara bagi seorang ayah, minta izin itu harus ada kata persetujuan dari
dirinya.
Saat sang
anak pulang dari luar kota, sang ayah menegur bahkan memarahi anaknya karena
pergi keluar kota tanpa izin. Sementara sang anak merasa sudah minta izin. Sang
anak pun stres karena disalahkan padahal ia merasa benar.
Untuk itu wahai para
ayah, biasakanlah menyamakan maksud, persepsi dan arti tentang hal-hal yang
sering menimbulkan mis komunikasi.
Hal kedua yang perlu
kita pahami sebagai seorang ayah adalah jangan banding bandingkan anak kita
dengan anak orang lain. Bukankah talenta, bakat, passion dan impian mereka
berbeda. Saat kita membandingkan anak kita dengan anak orang lain pasti yang
muncul dalam ucapan adalah kelemahan dan kekurangan anak kita. Hal ini membuat
anak kita semakin minder, tidak percaya diri dan hina dimata orang tuanya.
Para ayah,
bersegeralah temui putra-putri Anda untuk meminta maaf apabila Anda pernah
melakukan ini. Memang permintaan maaf tidak akan menghapus pengalaman buruk
sang anak namun setidaknya mengobati luka hati mereka. Luka yang sangat
menyakitkan bagi seorang anak justeru luka yang tidak mengeluarkan darah. Salah
satu luka itu adalah dibanding bandingkan dengan anak lain.
Para ayah, hal ketiga
yang perlu diperhatikan adalah jangan pernah menyebutkan kelemahan dan
kekurangan anak kita kepada orang lain dihadapan anak kita. Itu sangat
menyiksa dan melukai mereka.
Meski yang dihadapan
kita adalah expert, psikolog, terapis atau siapapun mereka, jangan pernah
menyampaikan kelemahan atau kekurangan mereka saat anak kita ada bersama kita.
Para ayah,
pernahkah Anda mendapat titipan barang berharga atau barang yang mudah pecah?
Apa yang Anda lakukan agar titipan selamat dan tetap utuh sampai tujuan? Anda
sangat berhati-hati bukan?
Anak adalah
titipan berharga dari Allah swt yang mudah pecah. Mari jaga titipan itu dengan
sebaik-baiknya.
Semoga
pengalaman dari seorang ayah yang sedang terus belajar ini, menginspirasi para
ayah dimanapun Anda berada.
Jamil Azzaini, Seorang ayah yang
sedang berbenah
Sumber : www.jamilazzaini.com
Post a Comment